Lombok Marathon Diwarnai Keributan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 29 Jan 2018 12:44 WIB

Lombok Marathon Diwarnai Keributan

SURABAYAPAGI.com - Lombok Marathon 2018 yang digelar pada Minggu (28/1/2018) tidak berjalan mulus seperti Lombok Marathon tahun sebelumnya. Kali ini, Lombok Marathon diwarnai protes para peserta. Peserta dari luar daerah menuding panitia melakukan penipuan. Ini tidak benar, ini penipuan ini. Janji panitia untuk memberikan medali pada seluruh finisher tidak bisa mereka penuhi. Ini event terburuk yang saya ikuti. Dua tahun saya mengikuti event macam ini, baru kali ini saya temukan event paling buruk di Lombok Marathon ini, ujar Minda Mora Purba, peserta asal Jakarta. Minda dan sejumlah peserta mengamuk di hadapan Wakil Gubernur NTB Muhammad Amin, Kapolda NTB Brigjen (Pol) Firli, dan pejabat daerah yang hadir dalam acara tersebut. Saya sudah keluarkan uang banyak untuk mengikuti event ini, tapi apa yang saya dapatkan? Ini sungguh mengecewakan," ujar Minda yang mengikuti kategori half marathon. Awalnya, pergelaran tahunan ini berjalan mulus. Peserta memulai start di Senggigi Squre, Lombok Barat, untuk kategori 10 km dan 42 km afaufull marathon. Sementara peserta yang mengikuti maraton 5 km melakukan star dari simpang lima kota tua Ampenan. Panitia Lombok Marathon mengklaim peserta sebanyak 5.000 orang. Ada 15 orang yang berasal dari sejumlah negara. Mereka ikut serta pada pergelaran 2017. Peserta menikmati jalur Senggigi dan kota Mataram yang ramah. Masalah mulai muncul ketika sejumlah peserta mulai memprotes lantaran mereka tak mendapatkan tanda khusus untuk mengambil medali. Padahal, catatan waktu mereka masuk dalam katagori penerima medali. Dalam pengumuman yang kami baca di website resmi Lombok Marathon, semua peserta akan mendapatkan kaus dan semua finisherakan mendapatkan medali. Sekarang kok hanya 500 orang yang akan dapat medali, keluh Andy, peserta dari Lombok Barat. Situasi makin memanas saat hari makin siang. Peserta menunggu berjam-jam untuk mendapatkan medali. Panitia yang menyuguhkan musik dan peresean, olahraga tradisional Lombok, mulai dituding mengulur-ulur waktu. Hingga muncul teriakan para peserta yang menuding panitia melakukan penipuan terhadap mereka. Protes itu tepat di hadapan Muhammad Amin dan Kapolda NTB yang duduk di podium tamu. Putra Kapolda yang ikut kegiatan itu kaget dan menangis atas aksi protes itu. Di tengah keributan suara protes itu, Kapolda menenangkan putranya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Muhammad Amin menenangkan peserta yang marah dan meminta panitia memenuhi janji mereka. Minda yang sejak awal sudah memprotes mengatakan bahwa dia menginginkan medali finisher dan kaus. Berikan saya kaus dan medali finisher itu. Kami sudah lari lho, lari pakai tenaga ya, itu hak kami, jangan rampas hak kami dari dunia lari. Siapa pun yang membuat event itu akan saya teruskan ini, ini penipuan, ungkap Minda. Sementara itu, Muhammad Amin meminta panitia untuk bertanggung jawab. Awalnya event ini sudah berjalan bagus, ini kasuistik. Kami akan perbaiki agar ke depan lebih bagus, saya kecewa juga atas kejadian ini, kata Amin. Wibowo yang disebut sebagai ketua panitia tampak buru-buru meninggalkan lokasi halaman kantor Gubernur NTB tempat berkumpulnya ribuan peserta. Wibowo mengaku dirinya bukan ketua panitia dan menunjuk seseorang yang bernama Franky, yang sebenarnya hanya penanggung jawab medali. Salah seorang anggota KONI, Nasruddin, mengatakan, medali yang diributkan itu hanya berjumlah 500 buah dan baru sampai dari Singapura, tempat panitia memesannya. Nasi sudah jadi bubur, ini benar-benar memalukan NTB, kami enggak akan dipercaya lagi, ungkap Dedy, salah seorang peserta asal NTB. Sampai berita ini diturunkan, informasi resmi nama-nama juara Lombok Marathon belum diperoleh. (kp/cr)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU