Kyai Introgasi Jokowi Soal PKI

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 25 Mei 2018 09:10 WIB

Kyai Introgasi Jokowi Soal PKI

SURABAYAPAGI.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku pernah diinterogasi empat mata oleh kyai pengasuh pondok pesantren terkait isu dirinya sebagai anggota Partai Komunis Indonesia (PKI). Hal itu terjadi saat Jokowi berkunjung ke sebuah pondok pesantren. "Beliau meminta klarifikasi, tabayun untuk yang berkaitan dengan tuduhan PKI itu, karena memang yang namanya politik itu kadang-kadang jahatnya seperti itu," kata Presiden Jokowi saat penyerahan sertifikat hak atas tanah wakaf, di Masjid Agung Al Imam, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Ia pun kemudian menjelaskan, saat PKI dibubarkan di tahun 1965 dirinya masih berusia 3-4 tahun. Jadi, tidak mungkin ia menjadi anggota PKI. "Masa ada PKI balita? Logikanya enggak masuk tapi ada yang mempercayai," ujarnya, dikutip dari laman setkab.go.id, Jumat (25/5). Setelah tuduhan yang dialamatkan kepadanya telah dibantah, lanjut Jokowi, kemudian tuduhan PKI ditujukan kepada orang tuanya. Padahal, lanjutnya, sangat mudah sekali untuk mencari tahu silsilah keluarganya. Terlebih, di Solo banyak sekali cabang ormas-ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah, Parmusi, dan lain-lain yang bisa dengan cepat dan mudah mencari tahu silsilah keluarganya. "Tanya saja ke masjid dekat rumah orang tua saya, di dekat rumah saya, gampang sekali. Siapa kakek-nenek saya, siapa Ibu/Bapak saya gampang sekali mengecek, enggak ada yang bisa ditutupi sekarang ini," tegas Jokowi. Jokowi mengaku akan menjawab tuduhan yang dialamatkan kepadanya agar isu-isu tersebut tidak berkembang terus. Ia juga mengingatkan, agar masyarakat tidak mudah curiga dan berprasangka buruk antarsesama. "Kenapa yang tidak kita kembangkan yangkhusnul tafahum, yang penuh dengan rasa kecintaan terhadap saudara-saudara kita, berprasangka selalu positif, berprasangka selalu baik," kata dia. Presiden juga mengingatkan masyarakat agar tak mudah percaya terhadap isu-isu terutama yang muncul di media sosial. Berbeda dengan koran dan stasiun televisi yang memiliki redaktur yang bisa menyaring, menurut dia, di media sosial setiap orang bisa berpendapat dan mengunggah konten tanpa disaring. "Jangan sampai hal-hal tidak ada filter itu kita percayai. Tolong klarifikasi, tolong ditanyakan kepada yang lain sehingga ada penyaringnya," ujarnya. Presiden pun mengingatkan agar masyarakat berhati-hati dan bijak dalam menggunakan media sosial. "Omongan banyak yang satu sampai seratus dipotong hanya lima, konteksnya tidak pas, menjadi tidak benar. Kita percaya, ya bisa keliru kita," kata Jokowi.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU