Kubah Lava Gunung Merapi Terus Tumbuh, Waspadai Wedhus Gembel

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 31 Jan 2019 15:39 WIB

Kubah Lava Gunung Merapi Terus Tumbuh, Waspadai Wedhus Gembel

SURABAYAPAGI.com - Kubah lava di Gunung Merapi terus tumbuh dan berpotensi terus mengeluarkan guguran awal panas alias wedhus gembel. Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendra gunawan, pertumbuhan tersebut terus terjadi meski cenderung lambat. "Posisinya dekat dengan lereng puncak, sehingga mudah longsor dan menjadi guguran awan panas. Orang setempat menyebutnya wedhus gembel," ujar Hendra saat dihubungi, Kamis, 31 Januari 2019. Hendra mengatakan, guguran awan panas alias wedhus gembel itu menjadi bahaya utama khas Gunung Merapi. Bahaya khas ini sempat tergantikan dengan terjadinya letusan eksplosif gunung tersebut pada 2010. Fasenya khas, dimulai dengan pertumbuhan kubah lava disusul dengan terjadi guguran awan panas. Balai Penyelidikan Dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Merapi mencatat volume kubah lava saat ini menembus 461 ribu meter kubik. Laju pertumbuhannya 1.300 meter kubik per detik. "Walaupun kecil, kalau mengelundung jatuh, jadi awan panas. Itu bahaya utama yang harus dicermati," kata Hendra. Dia membandingkan dengan laju pertumbuhan kubah lava Gunung Sinabung di Sumatera Utara yang sama-sama menghasilkan guguran awan panas dalam lima tahun terakhir ini. "Gunung Sinabung itu pada 2015 kecepatan pertumbuhan kubah lavanya 2 meter kubik per detik. Dalam satu bulan sudah mencapai 1-2 juta meter kubik. Kubah lava Merapi pertumbuhanya kurang dari 1 meter kubik per detik," kata Hendra. Hendra mengatakan, luncuran guguran awan panas guguran kubah lava Gunung Merapi itu mengarah ke Kali Gendol. "Jarak luncuran maksimalnya 1.400 meter. Memang ke depan yang harus diwaspadai itu pertumbuhan kubah lava dan arahnya," kata dia. Namun, untuk sementara masyarakat bisa tenang. Sebab, ancaman guguran awan panas Gunung Merapi diperkirakan masih dalam daerah batas yang direkomendasikan PVMBG, yakni radius 3 kilometer. "Dalam radius 3 kilometer ini tidak boleh ada aktivitas manusia," kata dia. Daerah radius bahaya ini akan dievaluasi terus seiring tumbuhnya kubah lava Gunung Merapi. Dia mengimbau masyarakat untuk tidak masuk ke radis 3 kilometer tersebut. Pada 2006, wedhus gembel menimbulkan korban jiwa karena ada aktivitas manusia dalam radius tersebut. "Memang saat itu volume kubah lavanya lebih besar ketimbang saat ini," ujar Hendra. Sebelumnya, guguran awan panas kembali terjadi di Gunung Merapi, Selasa, 29 Januari 2019. Sepanjang pukul 00.00 WIB sampai 20.00 WIB terlihat 9 kali guguran yang mengarah ke Kali Gendol dengan jarak luncuran antara 200 meter hinga 700 meter. Awan panas guguran pertama teramati pukul 20.17 WIB dengan jarak luncuran menembus 1.400 meter selaam 141 detik. Peristiwa awan panas guguran kedua terjadi pukul 20.53 WIB dengan jarak luncuran 1.350 meter dengan durasi 135 detik. Ketiga terjadi pada pukul 21.41 WIB dengan jarak luncuran 1.100 meter dengan durasi 111 detik. "Semua awan panas guguran menuju hulu Kali Gendol," kata dia. Wedhus gembel tersebut terpantau menghasilkan hujan abu tipis di sekitar Boyolali dan Klaten. Status aktivitas Gunung Merapi masih dipatok di Level II atau Waspada. Masyarakat yang berada di Kawasan Rawan Bencanan III diimbau tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa, serta selalu mengikuti informasi aktivitas Merapi. Radius 3 kilometer dari puncak Gunung Merapi agar dikosongkan dari aktivitas penduduk.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU