Konsumsi Meningkat, Industri Daging Jajaki Era Disrupsi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 26 Jul 2019 18:47 WIB

Konsumsi Meningkat, Industri Daging Jajaki Era Disrupsi

SURABAYAPAGI.com - Lembaga riset GIRA memperkirakan volume konsumsi daging sapi Indonesia pada 2022 mendatang dapat mencapai 840.000 ton, meningkat 8,3 persen dibandingkan volume konsumsi pada 2018 sebanyak 770.000 ton. Selain itu, Potensi pasar daging sapi di Indonesia sangat potensial. Pada tahun 2017 saja, sekitar 160.197 ton daging sapi diimpor ke Indonesia dengan nilai US$ 625 juta. Mayoritas diimpor dari Australia 53% atau setara dengan US$ 296,3 juta. Dan 10% dari angka impor ini untuk pasar premium, yang didalamnya ada wagyu. Kenaikan volume konsumsi daging sapi tersebut berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang diproyeksi mencapai 277,4 juta jiwa pada 2022. Valeska, Country Manager of Meat & Livestock Australia (MLA) untuk Indonesia, mengatakan peningkatan konsumsi ini diikuti pula dengan perubahan cara pandang konsumen terhadap daging sapi. Berkaca pada tren digitalisasi di berbagai sektor, khususnya industri pangan, konsumen kini cenderung menjadikan kemudahan akses sebagai pertimbangan. Hal ini dibarengi dengan meningkatnya kesadaran untuk mengonsumsi makanan yang jelas asal muasalnya. "Teknologi digital itu sudah mendisrupsi berbagai sektor. [Dari sini] kami melihat ada pergeseran pada konsumen. Mereka tidak hanya membeli di pasar atau swalayan, tapi sekarang sudah banyak yang mencoba membeli secara daring," tutur Valeska di sela-sela kegiatan diskusi bertema Beef Talk: Towards Industry 4.0 di Jakarta, Kamis (25/7/2019). Sebagai badan riset pengembangan dan pemasaran yang mewakili industri daging merah dan peternakan sapi Australia, MLA membawa misi khusus dalam menghadapi situasi ini. Valeska menjelaskan pihaknya kini tengah gencar menggandeng para peternak untuk berpikir di luar cara tradisional. Tujuannya sederhana, agar sisi hulu bisa berjalan dengan sinergi mengikuti kondisi konsumen. Ia mengatakan hal ini sejalan pula dengan peta jalan Indonesia dalam menghadapi Industri 4.0 yang digulirkan pemerintahan Joko Widodo. Pemanfaatan teknologi, kata Valeska, dapat diterapkan untuk mengetahui rantai pasokan daging. Lewat teknologi, konsumen bisa mengetahui secara jelas bagaimana proses pengolahan daging yang ia konsumsi. Untuk di Indonesia, Valeska mengemukakan penerapan sampai tingkat konsumen memang belum tinggi. Namun, ia menyatakan sejumlah pengusaha penggemukan dan peternak sapi di Indonesia telah mengaplikasikan sistem yang memungkinkan proses produksi daging terpantau secara digital.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU