Kisah di Balik Mangkuk Bermotif Ayam Jago

author surabayapagi.com

- Pewarta

Sabtu, 17 Feb 2018 09:40 WIB

Kisah di Balik Mangkuk Bermotif Ayam Jago

SURABAYAPAGI.com, Surabaya Para penggemar kuliner berkuah seperti mie ayam, bakso, dan lainnya, pastinyatidak asing dengan mangkuk bergambar ayam jago warna merah dan hitam. Orang-orang berusia produktif yang tumbuh di era 70-80an pun juga familiar dengan keberadaan mangkok ini. Bagi mereka, mangkuk ayam jago bisa menjadi pengikat ingatan kolektif masa-masa menyantap bakso di warung favorit. Tahukah Anda. Apa arti dari mangkok bergambar ayam jago tersebut? Di negara asalnya, China, mangkuk ini tidak hanya tenar sebagai perangkat makan sehari-hari. Ia juga terkenal karena sering menjadi properti di film-film Hong Kong karya Stephen Chow pada tahun 90-an. Tidak hanya itu, mangkuk ayam jago merupakan perangkat makan yang wajib digunakan sebagai "seserahan" dalam upacara pernikahan di China. Orang Kanton biasa menyebutnya dengan Jigongwan, penduduk di wilayah China bagian utara Gongjiwan, sementara mereka yang berdialek Minnan atau tinggal di China bagian selatan memanggilnya Jijiaowan. Lalu, bagaimana sebenarnya awal mula kisah si mangkuk ayam jago ini? Kisahnya berawal pada masa Dinasti Ming periode pemerintahan Kaisar Chenghua (1465-1487). Saat itu, Sang Kaisar memesan empat buah cawan bergambar ayam jago dan ayam betina pada pengrajin keramik khusus kekaisaran di daerah Jingdezhen (Propinsi Jiangxi) yang terkenal menghasilkan keramik untuk istana sejak abad ke-6 M. Kaisar Chenghua memesan empat buah cawan keramik dengan teknik doucai, khusus untuk dirinya dan istrinya sebagai tanda cinta. Cawan tersebut terkenal dengan Jigangbei atau "cawan ayam", yang terdiri dari gambar ayam jago, betina, dan anak ayam yang bermakna kemakmuran. Banyak anak, banyak rezeki. Dipuja-puja Kaisar China Cawan dan mangkuk ayam memiliki makna simbolis. Kata Ji, yang berarti "ayam", mirip bunyinya dengan kata Jia yang bermakna "rumah". Gambar tanaman peoni melambangkan kekayaan. Sementara pohon pisang dengan daun lebar bermakna keberuntungan untuk keluarga. Kaisar-kaisar China begitu menyukai cawan ayam jago tersebut. Di antaranya ada Kaisar Wanli (memerintah tahun 1572-1620)dan Kaisar Kangxi (memerintah tahun 1661-1722) dari Dinasti Qing. Saking menyukai cawan tersebut, mereka berani mematok harga mahal untuk gambar ayam jago. Kaisar Qian Long (memerintah tahun 1735-1796), bahkan membuat puisi khusus yang memuja mangkuk ayam jago itu pada 1776. Pada masa Dinasti Qing, mangkuk ayam jago mulai diproduksi massal. Masyarakat kelas menengah ke bawah di China pada masa itu hanya dapat menggunakan mangkuk bergambar ayam. Sebab, mangkuk-mangkuk bergambar naga, phoenix dan motif lainnya, lebih mahal harganya. Dalam perkembangan selanjutnya, bagi petani di China, mangkuk ayam jago merupakan lambang kerja keras untuk mendapat kemakmuran. Ini mengingat peran ayam jago yang selalu membangunkan mereka di pagi hari untuk segera bekerja di ladang. Incaran kolektor Sekitar awal abad 20, mangkuk ayam jago mulai merambah dunia. Awalnya dibawa oleh para perantau, yang pabriknya berada di Provinsi Guangdong. Lalu menyebar ke beberapa negara di Asia Tenggara. Mangkuk ayam jago pun semakin banyak diproduksi. Mulai dari menggunakan teknik gambar tangan hingga mesin. Saat ini, cawan ayam jago pada masa kekaisaran menjadi buruan bagi para kolektor barang antik di seluruh dunia. Sebuah Cawan Chenghua yang hanya ada empat di dunia, pernah dilelang oleh badan lelang Sotheby di Hong Kong pada tahun 1960, 1970an, 1980an, 1990an dan terakhir pada 2014. Lelang tertingginya mencapai 36,3 juta dollar AS.lx/kmp

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU