Home / Pilgub2018 : Jelang Pendaftaran Paslon ke KPU, Poros Tengah Bin

KHOFIFAH KIAN KUAT

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 03 Jan 2018 01:34 WIB

KHOFIFAH KIAN KUAT

SURABAYAPAGI.com, Surabaya- Menjelang tahapan pendaftaran pasangan calon (paslon) ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) 8 Januari 2018, partai politik gencar melakukan manuver politik. Tak terkecuali di Jawa Timur. Pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak terlihat makin kuat, setelah mendapat dukungan resmi dari Partai Nasdem, Selasa (2/1/2018). Sebelumnya, kandidat calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (Cawagub) ini telah diusung Partai Demokrat, Golkar dan Hanura. Rivalnya, Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Abdullah Azwar Anas, sejauh ini belum mendapat tambahan dukungan parpol lagi selain PDIP dan PKB. Sementara Partai Gerindra yang akan membentuk Poros Tengah bersama PAN dan PKS, hingga kini tak kunjung menemukan calon yang diusung. Poros ini seperti kebingungan, tampak dari tidak ada kepastian. Jika sebelumnya akan mengusung Moreno Suprapto, mantan pembalap yang juga anggota DPR RI, kini malah merayu Yenny Wahid, putri Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) untuk menjadi Cagub. ------------ Laporan : Riko Abdiono Ibnu F Wibowo, Editor: Ali Mahfud ------------ Dukungan resmi Partai Nasdem ini dibuktikan dengan surat rekomendasi yang diberikan kepada Khofifah dan Emil Dardak, di kantor DPP Partai Nasdem, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (2/1/2018) sore. Dalam penyerahan surat rekomendasi tersebut, Khofifah dan Emil didampingi Sholahudin Wahid dan Asep Saifuddin dari Aliansi Kyai Santri. Sedang penyerahan rekom dilakukan Sekjen Partai Nasdem Johnny G Plate Sekjen. Namun Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh tidak hadir karena sedang ke luar negeri. "Ini adalah penggalangan yang mana suatu proses panjang yang diawali ketum NasDem Surya Paloh yang mencari tokoh yang tepat untuk Jawa Timur yang mengantarkan bu Khofifah menjadi cagub Jatim," kata Johnny G Plate. Johnny meyakini kalau koalisi yang mendukung Khofifah-Emil akan bergerak cepat menyampaikan program-programnya ke masyarakat Jawa Timur. "Kami meyakini koalisi sudah terbentuk lengkap, diharapkan kerja sama koalisi di Jawa Timur bersama seluruh jajaran pemenangan Pilkada Jawa Timur dari paket ibu Khofifah dan mas Emil dapat bergerak cepat secara efektif untuk menyampaikan program-program kepada masyarakat," lanjut dia. Meski mendapatkan amunisi baru, Khofifah menyikapi dengan bijak. Apalagi, lawan politik yang dihadapi sesama tokoh Nahdlatul Ulama (NU), yakni Saifullah Yusuf (Gus Ipul). "Kita ini kan berkontestasi. Saya sampaikan kepada kita semua bahwa kedewasaan berpolitik di keluarga besar NU sudah teruji sejak masa orde lama. Ketika fungsi partai berjalan di tahun 73, kemudian NU di tahun 84 akhirnya kemudian ada proses reformasi dimana Gus Dur mendirikan PKB," papar Khofifah usai deklarasi di kantor DPP Nasdem. Khofifah berduet dengan Bupati Trenggalek Emil Dardak. Dia meyakini dengan menggandeng Emil, para generasi muda akan melirik dan keduanya mendapat suara yang banyak. "Ya kalau pemilih sekarang itu kan 40 persen pemilih milenial. Ada kedekatan bangunan komunikasi dari sisi proses untuk bisa berinteraksi. Kan kalau saya ibaratnya kategori zaman old beda," tutur Menteri Sosial ini. Alasannya memilih Emil juga dikarenakan suami artis Arumi Bachsin itu memiliki kapasitas dalam sejumlah bidang. Dia meyakini program program Emil dapat membuat masyarakat Jawa Timur sejahtera. Poros Tengah Sementara itu, Partai Gerindra tengah menggodok nama putri Presiden ke-4 Gus Dur, Zanubah Ariffa Chafsoh atau yang akrab disapa Yenny Wahid untuk maju Pilgub Jatim. Sosok Yenny dinilai sesuai untuk menjadi pemimpin Jatim karena mewakili kalangan NU. "Secara geopolitik Jawa Timur Mbak Yenny itu kan mewakili trah dari Nahdlatul Ulama, apalagi abahnya Mbak Yenny mantan Ketua Umum PBNU, mantan Presiden dan juga mewakili NU, Gusdurian di Jawa Timur," ungkap Ketua DPP Partai Gerindra Nizar Zahro saat dihubungi, Selasa (2/1). Politisi asal Madura ini tidak menampik keluarnya nama Yenny untuk maju di Pilgub Jatim itu demi kepentingan politik tahun 2019. Menurutnya seluruh proses pilkada 2018 memang dipersiapkan untuk 2019 (Pilpres). "Pastinya pilkada 2018 itu serta 17 pilkada serentak di kabupaten dan provinsi pastinya kepentingan untuk tahun 2019," ujarnya. Namun Nizar menegaskan, wewenang keputusan pengusungan tetap berada di tangan Ketua Umum Gerindra Parbowo Subianto. Sebagai kader, anggota Komisi V DPR ini juga akan siap memenangkan setiap pilihan Ketumnya. Terpisah, Bendahara DPW PAN Jatim Agus Maimun mengakui ada rapat yang digelar ditingkat DPP terkait nasib poros tengah di Pilgub Jatim Selasa (2/1) malam di Jakarta. Mengenai ada tidaknya pasangan calon yang dimunculkan, tergantung keputusan dari ketua umum partai. Pembahasan tidak hanya Jatim saja, tetapi juga daerah yang lainnya dibahas pada malam ini (kemarin, Red), ujar Agus, kemarin. Ketua Fraksi PAN DPRD Jatim tersebut menyebutkan bahwa pihaknya tidak mengikuti rapat tersebut. Meski tidak ditampiknya bahwa perwakilan pengurus DPW juga diajak rembug oleh pimpinan pusat. Saya di Jakarta sekarang, namun setelah ini kembali ke Surabaya, jelasnya. Sampai sekarang, lanjutnya, DPW PAN memilih menunggu, apapun keputusan pengurus pusat akan diikuti. DPW sudah dimintai pertimbangan, sekarang full di DPP, sebutnya. Pertimbangan yang dimaksud adalah usulan beberapa nama dari internal partai, seperti Bupati Bojonegoro Suyoto, Ketua DPW PAN Jatim Masfuk dan anggota DPR RI Anang Hermansah. Mengenai nama Yenny Wahid, Agus mengakui bahwa putri Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid itu memang masuk juga dalam usulan dari eksternal partai. Pihaknya tidak menampik jika memang mempertimbangkan untuk diusung dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur 2018. Yenny dianggap bisa menandingi elektabilitas Saifullah Yusuf dan Emil Elistianto Dardak. "Memang ada nama Mbak Yenny yang sudah menjadi pertimbangan. Tapi kita menunggu kesediaan beliau," tuturnya. Agus mengakui, selain Yenny ada beberapa nama yang juga muncul untuk dipertimbangkan diusung oleh partai yang bergabung dalam poros tengah itu. "Pokoknya lebih dari tiga nama, kita lihat saja ke depan," pungkasnya. Rapatkan Barisan Cagub Jatim dari PKB dan PDIP, Gus Ipul dan Cawagub Azwar Anas mengawali tahun politik 2018 dengan bersilaturrahim ke sejumlah pemimpin tarekat di Jombang dan Kediri, Senin (1/1/2018) malam hingga Selasa (2/1/2018) dini hari. Duet Gus Ipul-Mas Anas sowan ke Pemimpin Tarekat Shiddiqiyah KH Muhammad Muchtar di Jombang dan Pemimpin Wahidiyah KH Abdul Latif Madjid di Kediri. Turut hadir Ketua DPW PKB Jatim Abdul Halim Iskandar (Pak Halim), Ketua PDIP Kota Kediri Gus Sunoto serta para pengurus PKB dan PDIP setempat. Selain bersilaturrahim ke para ulama, Gus Ipul-Anas juga bertemu dengan sejumlah kelompok lain di daerah yang merupakan kawasan Mataraman (bagian Barat Jawa Timur) tersebut. Di antaranya pertemuan dengan kelompok relawan yang digelar di sebuah rumah makan di Jombang. Gus Ipul menambahkan, saat ini pihaknya terus berkonsolidasi memperkuat gerak tim pemenangan. "Simpul-simpul pemenangan makin rapi. Tanggal 6 Januari kami juga ada pertemuan besar se-Jatim dengan teman-teman partai pengusung," ujarnya. PDIP Meradang Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyoroti berbagai manuver elite politik menjelang penyelenggaraan pemilihan kepala daerah atau Pilkada 2018 pada Juni mendatang. Termasuk soal menteri yang mencalonkan diri menjadi gubernur. Hasto menyebut manuver tersebut sebagai anomali atau keanehan. "Pilkada 2018 ini aneh, ada yang sudah jadi menteri kok pengin jadi gubernur," ucap Hasto lewat keterangan tertulis, Selasa (2/1/2018). Ucapan Hasto ini seakan menyindir Khofifah yang saat ini masih menjadi Menteri Sosial. Ada pula yang semula ingin menjadi gubernur, lanjut Hasto, mendadak berubah menjadi wakil gubernur. "Pendeknya, pragmatisme kekuasaan begitu kentara saat ini," tandas Hasto. Menjelang batas akhir pendaftaran calon pada 8 Januari mendatang, partai politik gencar melakukan manuver politik. Nama-nama baru pun muncul dalam kontestasi politik di Pilkada 2018. Terutama di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah yang saat ini santer disorot media karena tarik-ulur dukungan partai politik terhadap pasangan calon. Sejumlah partaimemunculkan tokoh-tokoh yang dianggap lebih potensial, mulai dari menteri yang masih menjabat, mantan menteri, mantan pembalap, jenderal purnawirawan TNI, hingga penyanyi. Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago mengatakan partai politik harus cermat menimbang keputusan-keputusan politik di ketiga daerah tersebut. "Ketiga daerah itu akan sangat menentukan kemenangan calon presiden di Pilpres 2019, kata Pangi. Menurut dia, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur adalah lumbung-lumbung suara bagi calon presiden. "Mengusung tokoh baru sah saja, tapi kalkulasi politik juga harus cermat." kata dia. "Kalau asal berbeda saja, itu bunuh diri namanya," tandas dia. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU