Kemeriahan Tari Massal di Hari Jadi Kabupaten Kediri ke 1215

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 26 Mar 2019 16:05 WIB

Kemeriahan Tari Massal di Hari Jadi Kabupaten Kediri ke 1215

SURABAYAPAGI.com, Kediri - Dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Kediri ke 1215, ribuan penari massal berkumpul di Kawasan Simpang Lima Gumul, Senin (25/3/2019). Sesuai dengan tahun peringatan Hari Jadi Kabupaten Kediri yaitu ke-1215, jumlah penari masal yang menampilkan tarian-tarian juga berjumlah 1215. Acara dimulai pada pukul 09.00 pagi hari. Ribuan penari masal yang turut serta memeriahkan acara kali ini merupakan gabungan pelajar se-Kabupaten Kediri dengan membawakan empat macam jenis tarian. Tarian tersebut antara lain Topeng Panji Gagahan Alus, Panji Laras, Sarinjingku, dan Sang Bagawanta Bhari. Tarian masal yang ditampilkan memiliki makna yang disampaikan dalam bentuk komposisi seni gerak dan teatrikal. Topeng Panji Gagahan Alus, menceritakan tentang sang Panji sebagai sosok satria yang diidolakan oleh banyak orang, yaitu tokoh yang meneladani dalam hal prinsip kehidupan pola sederhana, peduli dengan sesama, arif serta bijaksana, dalam menghadapi tempaan lelakon urip yang dilalui dengan penuh kesabaran, dan akhirnya membuahkan kebahagiaan. Tarian berikutnya Panji Laras, menceritakan tentang rasa cinta, kasih sayang, dan perhatian Panji Laras kepada ayam jago kesayangannya, yang merupakan wahyu dari Sang Khalik dengan perantara elang. Segala hal yang dilakukan Panji terhadap jagonya ternyata mampu menumbuhkan rasa cinta, kesetiaan, dan kegigihan sang jago dalam membela dan meraih cita-cita, harapan-harapan sang Panji karena telah dirawat dengan baik penuh kasih sayang. Sampai pada akhirnya bertemu dengan sang ayahandanya Sang Raja. Selanjutnya tari Sarinjingku, berasal dari kata Rinjing, yaitu peralatan dari bambu yang multi guna, merupakan hasil karya tangan terampil di masa lampau dan masih ada hingga saat ini. Agar tetap mendapat tempat di masyarakat, Rinjing kita perjuangkan melalui media seni tari, serta bertujuan menanamkan rasa cinta dan menghargai produk anti polusi kepada anak generasi penerus. Tarian yang terakhir adalah Sang Bagawanta Bhari, menceritakan legenda asal usul Sungai Harinjing. Di masa kekeringan kemarau panjang, masyarakat resah karena tidak ada air. Kedatangan sang Bagawanta Bhari mengajak mereka bersama-sama berdoa berserah semua nasib, sumende ing ngarsaning gusti yang akhirnya mendapat petunjuk. Dengan sehelai daun dan didukung doa bersama oleh masyarakat, Sang Bagawanta Bhari bisa membuat sungai. Saat riang gembira sedang menikmati melimpahnya air, para wanita yang sedang beraktifitas di sungai, rinjing bawaannya hanyut. Maka oleh Sang Bagawanta sungai tersebut dinamakan sungai Harinjing. Kerukunan sayuk saiyeg-nya masyarakat sekitar Sugai Harinjing terdengar oleh sang maha raja Rakai Dyah Tulodong. Sehingga beliau turun ke desa memberikan hadiah sebagai wilayah bumi perdikan yang tertuang dalam Prasasti Harinjing. Bupati Kediri, dr. Hj. Haryanti Sutrisno mengatakan, cara peringatan hari jadi Kabupaten Kediri selalu menarik perhatian masyarakat. "Dengan adanya tari masal diharapkan dapat memberikan hiburan tersendiri bagi masyarakat dan juga bisa menambah wawasan tentang kisah-kisah sejarah yang ada di Kabupaten Kediri," pungkasnya. Adv/kominfo/can

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU