Kapan Jakarta Lockdown: Disuruh Dirumah Aja Malah Mudik

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 27 Mar 2020 11:03 WIB

Kapan Jakarta Lockdown: Disuruh Dirumah Aja Malah Mudik

SURABAYAPAGI.com, Jakarta - Kementerian Perhubungan mengakui bahwa beberapa masyarakat di daerah sudah banyak yang colong start untuk melakukanmudik. Padahal, opsi pelarangan mudik demi cegah penyebaran virus corona sedang dikaji, imbauan tidak mudik pun sudah disuarakan. Dirjen Perhubungan Darat Budi Setiyadi mengatakan bahwa tanggal 20 hingga 22 Maret kemarin terjadi beberapa peningkatan penumpang pada beberapa terminal tipe A di luar Jakarta. Penumpangnya pun kebanyakan dari Jabodetabek. Budi mengatakan kegiatan ekonomi yang lumpuh di Jakarta, disinyalir jadi alasan untuk orang-orang ini pulang kampung lebih awal. "Kami mensinyalir ada mudik yang sebelum waktunya. Karena kan kegiatan ekonomi di Jakarta ada penurunan. Catatan kami tanggal 20, 21, 22 ada lonjakan terminal tipe A di daerah yang datang dari Jabodetabek," kata Budi lewat video conference bersama wartawan, Jumat (27/3/2020). Kebanyakan, Budi mengatakan arus lonjakan penumpang terjadi di Jawa Tengah, mulai dari Wonogiri, Purwokerto, hingga Solo. "Ada beberapa di Jawa Tengah yang ada lonjakannya, di Wonogiri, Purwokerto, Solo dan beberapa tempat lain. Mappingnya memang banyak yang cenderung balik ke daerah masing-masing," jelas Budi. Karena hal tersebut maka Adita menegaskan niat pemerintah untuk melarang mudik. Dia khawatir apabila mudik tidak dilarang jumlah zona merah virus corona makin meluas ke daerah lainnya. "Baru saja kami terima laporan di Sumedang ODP meningkat karena dapat limpahan mudik dari Jabodetabek. Ini tuh belum puncaknya, maka kalau nggak ada pelarangan kita khawatir ini akan makin luas Covid-nya dan menambah zona merah," kata Adita pada kesempatan yang sama. Sebelumnya, Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan menjelaskan, begitu pemerintah waktu itu menetapkan wabah virus corona berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB), masyarakat mulai balik ke kampung halaman, padahal sudah ada imbauan untuk tidak mudik. Dilansir dari laman detikcom, "Jadi saya update dulu situasi terakhir ya. Sebenarnya dari pertama ditetapkan KLB itu beberapa masyarakat sudah melakukan pergerakan kembali ke daerah asal masing-masing," kata dia, Kamis (26/3/2020). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berkali-kali mengingatkan warga untuk tetap berada di rumah. Tapi, nyatanya banyak warga yang justru memanfaatkan itu untuk mudik. Padahal, tindakan mudik di tengah wabahcorona sangat berbahaya. Tak hanya bagi mereka yang mudik, tapi bagi keluarga atau orang-orang yang ditemuinya. Anies memang sudah menyerukan untuk bekerja di rumah. Semua perusahaan juga diminta menghentikan semua aktivitas perkantoran dan menerapkan bekerja di rumah. Hal ini memang berdampak pada sejumlah sektor ekonomi. Misalnya saja mereka yang bekerja dan mendapat penghasilan secara harian. Kondisi ini pula yang diduga kuat membuat mereka memilih pulang kampung alias mudik. Dampaknya sudah mulai terasa. Penyebaran corona di daerah mulai meningkat. Sebut saja di Sumedang, Jawa Barat dan Wonogiri, Jawa Tengah. Mereka yang nekat pulang kampung di tengah wabah corona diduga kuat menjadi carrier atau pembawa virus corona ke orang terdekat mereka. Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir mengatakan, sejauh ini jumlah ODP di wilayahnya mengalami lonjakan mencapai angka 986 orang karena maraknya warga Jakarta yang pulang kampung. Mereka pun diminta untuk melakukan karantina dengan mendapat pemantauan dari petugas kesehatan Puskesmas dan Camat. Di sisi lain, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta warga Jabar yang bereda di Jakarta untuk tidak mudik. Sebab, Jakarta kini menjadi salah satu pusat penyebaran corona. "Saya imbau semua warga yang tinggal dan bekerja di Jakarta untuk tidak mudik karena sumber pandemi di Indonesia itu ada di Jakarta," kata Ridwan Kamil di Gedung Pakuan Bandung, Selasa (24/3). Hal serupa terjadi di Wonogiri, Jawa Tengah. Kepala Terminal Induk Giri Adipura Krisak, Agus Hasto Purwanto mencatat selama delapan hari kemarin total bus AKAP yang datang sebanyak 876 armada dan penumpang sebanyak 14.140 orang. Peningkatan jumlah kedatangan penumpang sebanyak ini biasanya terjadi pada saat arus mudik Lebaran. Melihat kondisi ini, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menginstruksikan para pemudik yang tiba di Jawa Tengah harus dicek kesehatan. Hal ini tak lain untuk menekan penyebaran corona. "Saya meminta kepada kepala daerah, bupati/wali kota untuk mencermati situasi ini. Mohon lebih tegas dan ketat dalam menerapkan protokol kesehatan, dan setiap perantau yang pulang cek kesehatannya, pantau terus," ucap Ganjar. Dengan kondisi penularan corona yang semakin meluas, sudahh saatnya Anies mengambil kebijakan pembatasan ketat pintu masuk dan keluar Jakarta. Hal ini sudah dilakukan oleh Pemprov Papua. Kita tidak lockdown, tapi pembatasan sosial. Ada beberapa daerah yang kita tutup seperti Lapago, Mepago, dan Animha. Hal ini kita lakukan untuk menyelamatkan masyarakat Papua dari virus ini, kata Gubernur Papua, Lukas Enembe, kepada wartawan usai pertemuan bersama bupati dan Forkopimda di Gedung Negara, Kota Jayapura, pada Selasa (24/3) sore. Anies memang tidak bisa memutuskan status lockdown untuk Jakarta. Dia juga sudah menyiapkan protokol penanganan warga saat Jakarta memang harus benar-benar lockdown. Mulai kebutuhan layanan kesehatan hingga menjamin ketersediaan bahan pokok di setiap rumah. api, Keinginan Anies untuk menutup Jakarta terbentur UU Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Undang-undang itu menyatakan, keputusan lockdown hanya bisa ditentukan oleh pemerintah pusat. Meski begitu, Anies bisa bersikap lebih tegas kepada warganya. Misalnya menerbitkan aturan dalam bentuk Peraturan Gubernur untuk benar-benar membatasi aktivitas warga, tidak keluar rumah, apalagi mudik. Saat ini, kebijakan hanya sebatas imbauan dan seruan. Alhasil, masih banyak perusahaan yang tetap saja melakukan aktivitas perkantoran. (dc/kp/cr-02/dsy)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU