Jumlah Bank Nasional Harus Dipangkas

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 12 Agu 2019 12:44 WIB

Jumlah Bank Nasional Harus Dipangkas

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, pemerintah ingin agar Indonesia memiliki bunga kredit yang hanya 7 persen atau sejajar dengan Thailand. Menurutnya, bunga kredit di Indonesia masih cukup tinggi, yakni mencapai 10-11 persen. Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira berpendapat, salah satu faktor yang membuat bunga kredit masih tinggi adalah jumlah bank yang terlalu banyak. "Untuk tekan bunga kredit, kuncinya di pengendalian inflasi dan persaingan antar bank dalam perebutan dana juga harus ditekan. Jumlah bank yang terlalu banyak membuat bunga masih mahal," ungkap dia, Senin (12/8). Bhima menyatakan, keberadaan bank yang beroperasi idealnya tak lebih dari 90 perusahaan. "Dari 115 bank idealnya ditekan dibawah 90," sambung dia. Ia juga menyoroti permintaan JK terhadap Bank Indonesia (BI) untuk kembali menurunkan suku bunga acuan. Menurut JK, jika suku bunga rendah maka aliran dana akan beralih ke investasi. Bhima menyebutkan, rendahnya suku bunga acuan juga akan membuat biaya pinjaman jauh lebih murah dan berujung pada peningkatan investasi serta pertumbuhan ekonomi. Dengan syarat, suku bunga acuan BI bisa kembali dipangkas sebanyak 50 basis poin (bps). "Memang prinsip ekonominya bunga yang rendah artinya biaya pinjaman jauh lebih murah. Pelaku usaha bisa beli mesin untuk naikan kapasitas produksi pabrik, perluas usaha, dan lain-lain," jelas Bhima. "Ujungnya, nilai investasi meningkat dan pertumbuhan ekonomi bisa di atas 5 persen. Tapi syaratnya, pemangkasan bunga acuan sebaiknya 50 bps lagi biar terasa signifikan," dia menandaskan. Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengatakan, sejumlah negara di dunia telah menurunkan suku bunga acuan. Penurunan tersebut merespons ketidakpastian ekonomi global. "Bagaimana kondisi dunia dan perang dagang. Tiga negara sudah turunkan suku bunga itu ada New Zealand, Thailand, dan India," tuturnya di Jakarta, Senin (12/8). Enggartiasto menjelaskan, dengan fenomena pemangkasan suku bunga serempak tersebut, tantangan Indonesia ialah membuat produk-produk domestik menjadi kompetitif dan unggul. "Tantangannya apakah produk-produk kita bisa komeptitif atau tidak karena saat ini produk kita tidak kompetitif dari segi harga," ujarnya.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU