Home / Pilpres 2019 : Prabowo Kian Agresif

Jokowi Minta Putihkan TPS, Prabowo Sebut ‘Hantu’

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 01 Apr 2019 08:31 WIB

Jokowi Minta Putihkan TPS, Prabowo Sebut ‘Hantu’

Rangga Putra, Sugeng P, Jaka Sutrisna Tim Wartawan Surabaya Pagi Debat keempat Pilpres 2019 antara calon presiden (capres) nomor 01, Joko Widodo versus capres nomor 2, Prabowo Subianto, berlangsung lebih hidup ketimbang debat sebelumnya. Bahkan Prabowo tampil lebih agresif, terutama di segmen pertahanan dan keamanan. Meski begitu, penampilan kedua capres ini dinilai imbang alias draw. Gaya debat kedua capres juga tak cukup signifikan memengaruhi undecided dan swing voters. Padahal, hari pencoblosan tinggal 17 hari lagi. Jika hasil Pilpres nanti dengan selisih suara tipis, pertarungan selanjutnya bakal memanas di Mahkamah Konstitusi (MK). ----- Demikian kesimpulan dari pakar politik di Surabaya dan Jakarta, Minggu (31/3/2019), menanggapi debat Pilpres ke-4 dan manuver dua paslon yang telah menggelar kampanye terbuka sejak pekan kemarin. Mereka adalah pakar komunikasi politik asal Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Suko Widodo dan dosen sosiologi politik Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Agus Mahfud serta pendiri Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai KOPI), Hendri Satrio. Suko Widodo menilai debat capres ke-4 berlangsung imbang. Masing-masing capres menunjukkan kapasitas mereka sebagai petahana dan penantang secara setara, walau tidak ada yang luar biasa. "Draw!" cetus Suko yang dihubungi Surabaya Pagi, Minggu (31/3/2019). "Tidak ada yang luar biasa. Yang satu masih dengan gaya permisi, dan yang satunya ofensif," lanjutnya. Walau Suko menilai debat berlangsung cukup bagus, namun dia tidak melihat debat capres ke-4 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap elektabilitas masing-masing capres. Pasalnya, debat adalah alat kampanye yang targetnya adalah massa intelektual maupun pemilih rasional. Oleh sebab itu, undecided dan swing voters di akar rumput di lapangan masih perlu digarap oleh tim sukses kedua calon alih-alih di televisi. Menurutnya, untuk memaksimalkan waktu yang tersisa, kedua paslon kandidat harus benar-benar bekerja ekstra keras. Selain menguatkan basis suara yang sudah ada, kedua kandidat paslon harus bisa merebut hati para swing voters. Oleh sebab itu, Suko menyebut, komunitas-komunitas yang ada juga perlu disasar. Pasalnya, menurut Suko peran komunitas bisa jadi faktor penting pendulang suara. "Saya lihat pendukung masing-masing capres sudah sangat militan dan loyal. Tapi saya belum melihat komunitas-komunitas tergarap dengan baik," tukas pria yang juga menjabat sebagai ketua Pusat Informasi dan Humas Unair itu. Potensi Sengketa Disinggung soal potensi sengketa, Suko enggan berandai-andai walau mengetahui terdapat sejumlah kejanggalan yang berpotensi berujung sengketa di MK, seperti 17,5 juta daftar pemilih tetap (DPT) bermasalah. Walau begitu, dia menghimbau seluruh stakeholder pesta demokrasi lima tahunan ini untuk bekerja dengan netral dan profesional. "Penyelenggara dan aparat harus netral," ungkap Suko. Pengamat politik dari Unesa, Agus Mahfud menilai potensi sengketa di MK sebuah kewajaran dalam kontestasi Pilpres yang hanya diikuti oleh dua pasangan calon. Menurutnya, dengan sejumlah temuan-temuan janggal, belakangan ini, sengketa pilpres itu hampir pasti terjadi. Namun, dia punya catatan tersendiri. "Karena berbarengan dengan pileg, pilpres ini lebih menyita perhatian. Padahal di pileg juga bisa saja terjadi kecurangan dan sengketa," papar Agus yang dihubungi terpisah, kemarin. Perkuat Relawan Terkait debat capres k3-4, menurut Agus, debat capres selalu ada dampak elektabilitasnya, baik meningkat atau menurun. Oleh sebab itu, banyak survei yang muncul setelah proses debat usai untuk mengetahui sejauh mana perilaku calon pemilih. "Hanya saja, pengaruh debat capres di televisi tidak cukup signifikan lantaran mayoritas calon pemilih sudah memiliki pilihannya sendiri," tuturnya. Dia menilai, para tim sukses maupun relawan kedua capres harus memperkuat kampanye mereka di lapangan menjelang masa tenang. Menurutnya, untuk meraih simpati para calon pemilih di sisa waktu jelang hari-H, visi dan misi para kandidat perlu disebarkan dengan masif melalui rapat-rapat terbuka maupun cara-cara legal yang lain. Debat Terbaik Peneliti politik dari Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai KOPI), Hendri Satrio, melihat debat keempat kemarin sebagai yang terbaik karena menampilkan segala aspek yang penting. "Inilah debat yang terbaik yang memang sesuai dengan harapan masyarakat," sebut Hendri, Minggu (31/3) kemarin. Penilaian Hendri didasari oleh aspek pertunjukan (show) yang terepresentasikan dengan memikat. Perdebatan semalam juga diisi dengan saling jual-beli konsep, sehingga bisa membuat audiens terpukau. Level kepemimpinan kedua calon juga terlihat jelas. "Sebetulnya kita lebih melihat level kepemimpinan para calon presiden kita lebih melihat level kepemimpinan para calon presiden kita yang mampu melihat secara helikopter view, tapi juga ada yang sangat peduli dengan hal-hal teknis," papar dosen Universitas Paramadina ini. Menurut Hendri, dia ada yang berbeda dari Jokowi dan Prabowo. Jokowi menawarkan jualan perbaikan birokrasi, sedangkan Prabowo menawarkan rasa aman bagi orang-orang. "Pak Prabowo kemarin tampil dengan menjual rasa aman bagi seluruh rakyat Indonesia. Sementara Pak Jokowi kembali seperti 2014, menjual perbaikan sistem untuk memperbaiki birokrasi yang ada di negara ini," terang Hendri. Jualan Jokowi disebutnya sama seperti jualannya pada Pilpres 2014 dulu, yakni perbaikan sistem birokrasi. Kini tinggal masyarakat yang menentukan pilihan, lebih tertarik jualan Jokowi atau Prabowo. Dia mengamati gestur Jokowi saat debat kemarin. "Nah kemudian nampaknya Pak Jokowi agak terkejut dengan penampilan Pak Prabowo yang berbeda dari debat pertama dan debat kedua. Sekali lagi itu adalah debat terbaik dari empat debat yang dilaksanakan, dari sisi show, konten, dari sisi debat secara letter lux bahwa ada perbedaan pendapat satu sama lain," pungkas Hendri. Garap Jatim Jawa Timur sepertinya masih jadi daya tarik dua capres untuk mendulang suara di Pilpres 2019. Buktinya, pada kampanye terbuka yang dimulai pekan kemarin, kedua paslon berebut suara di Jawa Timur. Jika awal pekan lalu Jokowi menggelar kampnye terbuka di tiga kabupaten yaitu di Banyuwangi, Jember, dan Malang. Giliran Prabowo bersama Sandiaga Uno, Minggu (31/3) kemarin, menggelar kampanye akbar di Gelora Delta Sidoarjo. Ribuan massa memadati daerah yang menjadi basis PKB, salah satu parpol pendukung Jokowi. Pada kesempatan itu, Prabowo meminta masyarakat mengawasi seluruh Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk menghindari hilangnya surat suara. Permintaan ini sebagai langkah antisipasi adanya hantu yang dapat menghilangkan suara pasangan Prabowo-Sandiaga. Pengawasan ini diharapkan dilakukan mulai dari tingkat RT hingga selesai pemungutan surat suara. Ini agar tidak ada hantu-hantu yang dapat menghilangkan surat suara, bahkan menusuk surat suara lebih dari dua suara. Ajak teman atau saudara untuk sama-sama mengawasi pemungutan suara, ungkap Prabowo di hadapan ribuan pendukungnya di di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Minggu (31/3) kemarin. Dalam kampanye akbar itu, Prabowo menyentil sistem kartu yang dibagikan kubu petahana, Joko Widodo, yang tidak dibarengi ketersediaan anggaran. Mengakhiri orasinya, Ketua umum Partai Gerindra berceloteh kepada pendukungnya yang hadir terkait perbandingan kegantengan Al Ghozali (anak Ahmad Dhani) dengannya. Putihkan TPS Sementara itu, Jokowi menggelar kampanye terbuka di Lapangan Karebosi Makassar, kemarin (31/3). Di hadapan ribuan pendukungnya, Jokowi meminta warga ramai-ramai mengajak tetangga dan saudaranya mendatangi TPS demi menggunakan hak pilih. Tak hanya itu, Jokowi juga meminta pendukungnya datangi TPS mengenakan baju putih. "Tanggal 17 April tinggal 17 hari. Marilah kita ajak teman kita saudara dan tetangga kita handai taulan kita datang berbondong-bondong ke TPS. Perlu saya ingatkan kita datang ke TPS memakai baju putih. Karena yang akan dicoblos bajunya putih. Putih adalah kita, kita adalah putih," kata Jokowi. Jokowi juga mewanti-wanti warganya agar tidak golput dalam pilpres 2019 nanti. Menurutnya, pemilu merupakan kesempatan masyarakat Indonesia ntuk ikut andil dalam menentukan masa depan bangsa. Di hadapan pendukungnya di Lapangan Karebosi, Jokowi juga mempromosikan tiga kartu sakti yang ia cetuskan, yakni Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk kuliah, Kartu Prakerja, dan Kartu Sembako. Jokowi berharap ketiga kartu tersebut bisa menjawab kebutuhan warga, khususnya di bidang pendidikan formal dan vokasi. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU