IMF: Ekonomi China Masih Beresiko

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 22 Mar 2020 23:04 WIB

IMF: Ekonomi China Masih Beresiko

Berhasil menanggulangi Covid-19, ekonomi China dikabarkan telah bergairah kembali. Hal ini terdengar hingga telinga IMF. Meski demikian , IMF mengatakan bahwa gairah ini masih berisiko, untuk itu china disarankan tentang berbagai hal. SURABAYAPAGI.COM, Kontributor Surabaya Pagi di Washington Sejak dihantam Covid-19, ekonomi China mengalami keterpurukan paling terpuruk di sepanjang masa. Kegiatan ekonomi China yang berhenti secara tiba-tiba telah menghambat pasokan dan permintaan global. Data produksi industri dan penjualan ritel pun terpantau sangat lemah pada Januari dan Februari. Namun ketika wabah mulai mereda, ekonomi China berangsur-angsur bersahaja. Kebijakan ketat China dalam menanggulangi puncak wabah di tempat asalnya telah berpengaruh Signifikan pada provinsi Hubei. Meski jelas efeknya adalah memperlambat penyebaran penyakit. Kebersahajaan ini juga terlihat di mata International Monetary Fund (IMF). Sebagian besar perusahaan besar sudah mulai beroperasi dan staf lokal kembali bekerja. Meski demikian, ada risiko tingkat infeksi naik lagi, baik secara nasional maupun internasional seiring dengan perjalanan internasional kembali normal. Kepala misi IMF China, Helge Berger menyebut seiring dengan kembali normalnya aktivitas, risiko penularan kembali mengancam. "Wabah di negara lain dan perputaran pasar keuangan juga bisa membuat konsumen dan perusahaan mewaspadai barang-barang China," katanya dalam blog IMF terkait efek pandemik Covid-19. Untuk itu IMF menyarakan agar China melakukan koordinasi skala internasional mendukung pertumbuhan dan stabilitas keuangan. Berger mengatakan, kebijakan fiskal memiliki Peran penting ketika otoritas China bekerja mengurangi guncangan ekonomi dan mendukung pemulihan. Empat sumber kebijakan mengatakan pada Reuters, China diperkirakan akan mengeluarkan triliunan yuan stimulus fiskal, yang didukung oleh 2,8 triliun yuan atau 395 miliar dolar AS dalam obligasi pemerintah daerah. Ini demi menghidupkan kembali ekonomi domestik. "Meskipun masih terlalu dini untuk berbicara tentang beberapa opsi yang dibahas, akan sangat membantu untuk memberikan bauran kebijakan yang sesuai anggaran dan tepat Sasaran demi membantu mereka yang paling terkena dampak krisis saat ini," kata Berger kepada Reuters. Otoritas China diimbau untuk bertindak cepat untuk membantu rumah tangga rentan dan usaha kecil di sana. Selain itu menghapuskan biaya jaminan sosial, tagihan utilitas dan Menyalurkan kredit melalui perusahaan fintech, serta mengatur kredit bersubsidi untuk mendukung peningkatan produksi peralatan medis. Selain itu, pemerintah juga bisa memberi insentif kepada bank untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan yang lebih kecil dan memotong persyaratan cadangan. Sambil Terus memberikan pinjaman dengan biaya murah kepada perusahaan yang lebih besar dan perusahaan milik negara.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU