Harga Merangkak Naik, Pinsar Tolak Pemerintah Impor Lagi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 21 Jul 2019 19:33 WIB

Harga Merangkak Naik, Pinsar Tolak Pemerintah Impor Lagi

SURABAYAPAGI.com - Ayam, gemuk badan ayam saja sudah dapat membahagiakan peternak, apalagi dengan harga yang semakin menggemuk juga? Saat ini harga ayam dikabarkan sudah stabil dan harga ini merupakan harag yang jauh lebih baik dibandingkan beberapa waktu lalu yang sanagt merosot jauh hingga peternak depresi. Saat ini, harga ayam di tingkat peternak sempat mencapai angka Rp 20.000 sampai Rp 22.000 per kilogram. "Tetapi per hari ini terkoreksi harganya jadi Rp 19.500 di beberapa daerah," terang Sekertaris Jenderal Gopan Sugeng Wahyudi mengutip Kontan.co.id, Minggu (20/7). Suggeng bilang, dibandingkan harga pasca Lebaran, per awal bulan Juli harga ayam di tingkat peternak mengalami trend meningkat. Hal ini salah satunya karena saat momentum Lebaran ada pengurangan pasokan anak ayam sebesar 25% hingga 35%. Sementara itu, terkait langkah pemerintah mengurangi Day Old Chick (DOC) sebesar 30%, Sugeng bilang dampaknya akan baru terasa di akhir bulan. Ke depannya, ia berharap harga ayam di tingkat peternak akan kembali menguat dan stabil. Untuk mendorong hal ini, pekan depan Gopan akan mengusulkan kepada Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan supaya harga anak ayam atau DOC tidak lebih dari Rp 5.500. Selain itu, Gopan juga menyarankan agar harga pakan tidak lebih dari Rp 7.200. Usul ini bertujuan agar biaya pokok turun, sehingga peternak dalam berproduksi bisa lebih efisien dan efektif. Sekadar informasi, pada akhir Juni harga ayam di tingkat peternak berada di bawah Harga Pokok Penjualan (HPP) yang sebesar Rp 18.700 per kilogram. Kondisi ini telah berlangsunh 10 bulan terkahir. Bahkan titik terendahnya, satu kilogram ayam ras dihargai Rp 7000 hingga Rp 8.000 saja. Dilain sisi, impor daging ayam juga semakin marak hingga membuat Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia menolak keras pembukaan impor produk unggas dan by product dari negara manapun khususnya Brasil. Pinsar juga mendukung pemerintah untuk melakukan berbagai upaya agar impor tersebut tidak terjadi. Ketua Umum Pinsar Indonesia Singgih Januratmoko dalam suratnya mengatakan, Pinsar terus berjuang menahan impor daging ayam. Menurut Singgih, jika impor daging ayam terjadi akan menjadi tanda pasti kematian usaha peternakan rakyat UMKM dan tanda kehancuran industri perunggasan secara menyeluruh. Selain itu, menurut Singgih, jika importasi terjadi maka pemerintah Indonesia berarti membuka barang impor yang kehalalannya terus diragukan. Sebab, tiak ada jaminan daging ayam tersebut selalu dipotong secara hala di negara asalnya. Tak hanya itu, "Impor berarti hilangnya nilai multiplier effect terhadap perekonomian nasional dan devisa negara. Ini berarti juga bertentangan dengan upaya pemerintah dalam mengatasi defisit neraca perdagangan," jelas Singgih.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU