Home / Kriminal : Kasus Pertama di Indonesia dan Jatim. Tak Terima D

GURU DIBUNUH MURIDNYA

author surabayapagi.com

- Pewarta

Sabtu, 03 Feb 2018 04:49 WIB

GURU DIBUNUH MURIDNYA

SURABAYAPAGI.com, Surabaya Kekerasan fisik dalam dunia pendidikan di Jawa Timur kembali terjadi. Bila biasanya guru yang dilapori orang tua siswa karena tindak kekerasan fisik. Namun kini korbannya justru seorang guru, bahkan menemui ajalnya di tangan siswanya sendiri. Akhmad Budi Cahyono (27 tahun), guru honorer SMAN 1 Torjun, Sampang, meregang nyawa setelah dianiaya oleh siswa kelas XI di sekolah itu berinisial HI (17 tahun). Kejadian ini menjadi tamparan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Saiful Rachman, yang sejak 2017 lalu mengambil alih pengelolaan SMA/SMK se Jatim. ---------------- Laporan : Firman Rachman, Riko Abdiono, Gandhi - Editor : Ali Mahfud ---------------- Korban meninggal dunia setelah dilarikan ke RSUD dr Soetomo Surabaya, Kamis (1/2/2018) malam, sekitar pukul 21.40 WIB. Dari keterangan dokter yang menangani korban, saat itu kondisi korban kritis dan tidak akan mampu bertahan lama. Hasil diagnosa, korban mengalami mati batang otak (MBA). Semua organ dalam tubuh sudah tidak berfungsi. Jumat (2/2/2018) kemarin, jenazah Ahmad Budi Cahyono dikebumikan ke pemakaman umum Desa Jrengik, Kecamatan Jrengik, Sampang. Pemakaman dihadiri ribuan pelayat. Termasuk Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Saiful Rachman. Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera menceritakan kronologi kejadian penganiayaan tersebut. Berdasarkan keterangan yang diperoleh Frans, peristiwa itu terjadi pada Kamis (1/2) sekitar pukul 13.00 WIB. Berdasar keterangan Kepala Sekolah SMAN 1 Torjun, Amat, insiden bermula saat Budi sedang memberikan materi pelajaran seni lukis di ruang kelas. "Saat itu, siswa yang beralamat tinggal di Dusun Brekas, Desa Torjun, Kecamatan Torjun, Sampang tersebut terlihat tidak mendengarkan pelajaran dan malah mengganggu dengan mencoret-coret lukisan teman-temannya," kata Barung, Jumat (2/2). Melihat hal itu, Budi kemudian menegur HI. Namun, teguran itu tidak dihiraukan. HI justru terus mengganggu teman-temannya. Budi lalu mengambil tindakan dengan mencoret pipi HI menggunakan cat lukis. Namun, HI tidak terima dengan tindakan Budi dan langsung memukulnya. Keduanya pun dilerai oleh siswa. Budi dibawa ke ruang guru untuk menjelaskan duduk perkaranya. Setelah mendengarkan penjelasan dan tidak melihat luka di tubuh Budi, Kepala Sekolah Moch. Amat mempersilakan guru kesenian itu untuk pulang lebih awal. Sampai di rumah, kondisi korban kian memburuk. Kepalanya pusing dan leher belakangnya sakit. Istrinya, Sianit Sinta (22) yang tengah hamil 5 bulan itu kaget melihat suaminya pulang dalam keadaan seperti itu. Awalnya korban tidak mengaku, jika telah dianiaya siswanya. Tapi karena terus memburuk, korban mengungkapkan kejadian yang dialaminya. Akhirnya korban dilarikan ke RSUD Sampang untuk mendapatkan perawatan medis. Namun karena korban tidak sadarkan diri, pihak RSUD Sampang merujuk korban ke RSUD dr Soetomo Surabaya didampingi istri dan sejumlah guru. Kamis malam sekitar pukul 21.40, korban dinyatakan meninggal. Lalu guru yang mendampingi korban menghubungi Kadisdik Sampang, Jufri Riady, jika korban sudah meninggal. Sementara istri korban yang mengetahui suaminya dinyatakan meninggal syok dan menangis. Kamis (1/2/2018), sekitar pukul 24.00, HI menyerahkan diri ke Polres Sampang. Menurut Kasat Reskrim Polres Sampang, AKP Hery Kusmanto sampai saat ini siswa yang diduga menganiaya korban hingga meninggal itu masih menjalani proses pemeriksaan di Polres Sampang. Terpisah, Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin mengatakan masih melakukan pendalaman terhadap kasus tersebut. Kasus tersebut terus ditangani Satreskrim Polres Sampang. Termasuk, sudah mengamankan siswa yang diduga melakukan penganiayaan terhadap gurunya. "Anak SMA ini masih dalam pemeriksaan. Meninggalnya tidak pada saat kejadian. Setelah kejadian, dibawa ke rumah sakit, beberapa jam kemudian meninggal dunia," ujarnya. Untuk meredam situasi di Sampang, kata kapolda, Kapolres Sampang sudah bekerja untuk mengondisikan wilayahnya. "Kapolres masih bisa menangani. Kita lihat nanti, misalnya kurang kondusif, pasti kita tarik (penanganan kasus ditangani Polda Jatim)," jelasnya. Istri Hamil 5 Bulan Sianit Sinta (23), istri Ahmad Budi Cahyono, masih terlihat berduka. Dengan mata yang masih sembab, ia pun bercerita. Sepulang dari sekolah, suaminya itu melakukan hal yang tak biasa. Setelah salat, suaminya lantas duduk bersandaran di tembok kamar. Padahal, biasanya suaminya itu salat di sekolah sebelum pulang. Saat Sianit memanggilnya dan mengajak untuk makan siang, suaminya muntah saat bangkit dari duduknya. Saat bangun, tubuhnya goyang, dia muntah, dari mulutnya keluar cairan bening, tambah perempuan yang sedang mengandung usia lima bulan itu. Saat itu Budi mengaku habis dipukuli muridnya di sekolah. Tak berapa lama kemudian, Budi ambruk tak sadarkan diri. Sianit kemudian minta bantuan warga sekitar untuk membawa suaminya tersebut ke Puskesmas Jrengik, Sampang. Namun karena kondisinya semakin kritis, akhirnya dirujuk ke RSUD Dr Soetomo, Surabaya. Di rumah sakit milik Pemprov Jatim itulah akhirnya Budi mengembuskan nafas terakhir. Tragedi Pendidikan Pasca kejadian tragis di Sampang, Kepala Dinas Pendidikan Jatim Saiful Rahman langsung turun ke lokasi dan mengecek sendiri apa yang terjadi sesungguhnya. Pihaknya ingin melihat bagaimana perilaku siswa sehingga berani sama pengajar di kelas. Apalagi Budi adalah sosok yang penuh talenta dan jago main musik. "Tidak hanya perilaku siswa, tapi kami ingin menekankan pada sistem pendidikan karakter. Pendidikan akhlak di sekolah. Ini penting," tanda Saiful. Syaiful menegaskan peristiwa pembunuhan guru oleh siswa di Sampang ini merupakan yang pertama di Indonesia dan di Jawa Timur. Kejadian ini diharapkan tidak terulang kembali di semua tempat. Saya sangat prihatin atas kejadian ini. Semoga ini yang terakhir kalinya, harap dia. Anggota Komisi E DPRD Jawa Timur, Mochamad Eksan menyebutnya sebagai tragedi pendidikan. Peristiwa di Sampang itu adalah potret buram pendidikan di Jatim. Ia menilai, betapa moral anak didik dalam relasi sosial antara guru dan murid, pada posisi titik nadir. Sebab, semua ajaran moral di dunia ini, baik yang berasal dari ajaran agama maupun budaya masyarakat, menggariskan anak didik menghormati guru. Alih-alih memukul guru, membantah perintah guru saja tak boleh. Apalagi, guru sampai masuk ke rumah sakit atau meninggal dunia, akibat menjadi korban kekerasan anak didik. Ini sungguh potret buram pendidikan yang harus dibenahi, tutur Eksan, Jumat (2/2). Kemendikbud Turun Tangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bakal menerjunkan tim untuk menyelidiki kasus pemukulan guru oleh siswa SMA Sampang, hingga meninggal dunia. "Kemendikbud menerjunkan tim untuk hadir ke Sampang," tutur Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemendikbud, Ari Santoso, Jumat (2/2). Ari menjelaskan, penanganan kasus penganiayaan itu akan dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku, yakni Pasal 10 Permendikbud Nomor 82 tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan. Kemudian, penanganan kasus tersebut juga wajib melibatkan lembaga lain di luar sekolah yang bersangkutan dan Kemendikbud karena telah mengakibatkan kematian. Lembaga lain yang dimaksud yaitu Pemerintah daerah dan kepolisian daerah setempat. Hal itu tercantum pada pasal 10. "Di peraturan sudah lengkap untuk menanggulangi atau pun mencegah terjadinya tindak kekerasan," kata Ari. PGRI Akan Investigasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) juga akan menginvestigasi kasus dugaan penganiayaan guru oleh seorang siswa SMA Negeri 1 Torjun, Sampang, hingga menyebabkan guru bernama Budi Cahyono tewas. "Setelah acara (Konkernas V PGRI) ini, saya akan langsung ke Sampang. Kami mendorong dilakukan investigasi atas kasus yang menyebabkan guru tewas. Hal ini tidak bisa dibiarkan," tegas Ketua Umum PGRI, Unifah Rosyidi usai acara pembukaan Konkernas V PGRI di Pacific Hotel, Batam, Jumat (2/2/2018). Unifah mengaku telah mendapat laporan terkait kejadian nahas itu. Dia menyebut, penganiayaan guru oleh murid tersebut sangat memilukan. Menurutnya guru sebagai pendidik harusnya dilindungi, bukan mendapt tindak kekerasan. "Kami tidak bisa menerima model (tindak kekerasan) seperti ini. Ini sudah tindak pidana. Kami mendukung kepolisian mengusut kejadian ini hingga tuntas," tegasnya. Unifah berpendapat, dari kejadian tersebut harusnya membuka mata banyak pihak bahwa pendidikan karakter sangat penting. "Ini agar anak didik berperilaku santun dan menghargai gurunya, sama seperti guru menyayangi anak didiknya," imbuhnya. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU