Gunung Mayon di Filipina Akan Meletus, 12 Ribu Warga Mengungsi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 15 Jan 2018 12:32 WIB

Gunung Mayon di Filipina Akan Meletus, 12 Ribu Warga Mengungsi

SURABAYAPAGI.com - Lebih dari 12 ribu orang di Filipina diperintahkan mengungsi setelah aktivitas vulkanologi terpantau di Gunung Mayon. Para pakar memperingatkan gunung berapi paling aktif di Filipina itu akan meletus dalam waktu beberapa minggu, bahkan beberapa hari ke depan. Seperti dilansir AFP dan Reuters, Senin (15/1/2018), warna merah menyala mulai tampak di bagian kawah Gunung Mayon yang ada di Provinsi Albay. Gempa vulkanis dan longsor bebatuan mulai melanda bagian puncak Gunung Mayon dalam 24 jam terakhir. Sejumlah pakar vulkanologi menyebut rentetan erupsi yang dipicu uap panas dari kawah Gunung Mayon juga terjadi beberapa waktu terakhir. Gunung Mayon berada di lokasi berjarak 330 kilometer sebelah barat daya ibu kota Manila. Otoritas setempat memerintahkan lebih dari 12 ribu orang yang tinggal dalam zona evakuasi yang berjarak 7 kilometer dari kawah Gunung Mayon, untuk mengungsi. Peringatan longsoran lahar dan awan panas yang beracun juga dirilis untuk zona evakuasi. "Berbahaya bagi keluarga-keluarga setempat untuk tetap tinggal dalam radius itu dan mengirup abu (vulkanis)," ujar Kepala Kantor Pertahanan Sipil setempat, Claudio Yucot, kepada AFP. "Karena hujan terus mengguyur dalam beberapa minggu terakhir, puing-puing yang tertahan di lereng Mayon bisa memicu banjir lahar. Jika hujan tidak berhenti menguyur, (situasinya) bisa berbahaya," imbuh Yucot. Erupsi uap panas dan longsor bebatuan mulai melanda pada akhir pekan lalu. Kawah Gunung Mayon mulai menyala merah pada Minggu (14/1) malam waktu setempat. Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (Phivolcs) menyebut hal-hal itu mengindikasikan pembentukan kubah lava baru pada Gunung Mayon. Terakhir kali lava keluar dari Gunung Mayon pada tahun 2014 dan memaksa 64 ribu orang mengungsi. "Kami pikir lava yang sekarang lebih cair dari tahun 2014. Ini berarti alirannya bisa mencapai lebih jauh ke bawah (lereng) dalam kecepatan lebih cepat," sebut Direktur Phivolcs, Renato Solidum, kepada AFP. "Kami melihat kemiripan dengan erupsi saat fase pertama yang dimulai dengan aliran lava dan mencapai puncak dalam bagian eksplosif atau berbahaya. Itulah yang berusaha kami pantau dan membantu orang-orang menghindarinya," imbuhnya. Gunung Mayon yang memiliki ketinggian 2.460 meter ini memiliki sejarah panjang erupsi mematikan. Pada Mei 2013, empat turis asing dan satu pemandu wisata tewas saat Mayon meletus. Pada 1814 silam, lebih dari 1.200 orang tewas saat aliran lava Gunung Mayon menimbun kota Cagsawa.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU