Flu Babi G4 yang Disebut Bisa Jadi Pandemi Baru dari China

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 30 Jun 2020 15:12 WIB

Flu Babi G4 yang Disebut Bisa Jadi Pandemi Baru dari China

i

Ilustrasi peternakan babi. Peneliti di China temukan strain virus flu babi baru, G4, yang bisa jadi bibit pandemi berikutnya. SP/ Istockphoto

SURABAYAPAGI.com, China - Para peneliti di China menemukan virus flu babi G4 tipe baru yang disebut bisa memicu pandemi baru.

Virus G4 ini merupakan turunan dari flu babi H1N1. Sebelumnya strain virus H1N1 telah menyebabkan pandemi pada 2009 lalu.

Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Anak Muda Sekarang Tidak Suka Bekerja di Kantor

Virus ini sangat unik, sebab menjadi gabungan dari beberapa virus sekaligus. Satu strain mirip dengan flu burung di Eropa dan Asia, strain H1N1 yang menyebabkan pandemi pada 2009, dan strain H1N1 dari Amerika Utara yang memiliki gen dari virus influenza pada burung, manusia, dan babi.

Menurut para peneliti, G4 dianggap sangat berbahaya. Sebab, inti dari virus ini adalah virus flu burung dengan campuran strain mamalia di dalamnya. Sementara manusia sama sekali tidak punya kekebalan terhadap virus ini.

Sebab ia mampu bereplikasi dalam sel manusia dan menyebabkan gejala yang lebih serius pada musang daripada virus lain.

Berdasarkan penelitian, virus ini sudah menular dari hewan ke manusia. Sebanyak 10,4 persen orang yang bekerja di peternakan babi ternyata sudah terinfeksi flu tersebut.

Selain itu, 4,4 persen dari populasi secara umum juga sudah terpapar virus ini. Tapi, belum ada bukti virus ini menular antar manusia. Penularan antar manusia-lah yang menjadi kekhawatiran utama para peneliti. China saat ini memiliki populasi babi terbesar di dunia.

Namun, menurut Robert Webster seorang peneliti influenza, saat ini masih menjadi tanda tanya apakah virus ini akan bermutasi dan siap bertransmisi antar manusia.

"Kita tak akan tahu kapan pandemi akan muncul, hingga ia tiba," tuturnya. "Apakah (virus) ini akan menjadi pandemi? Hanya Tuhan yang tahu."

Edward Holmes, ahli biologi evolusi di Universitas Sydney yang mempelajari patogen juga khawatir terjadi penularan antar manusia.

"Jelas situasi ini perlu dipantau dengan sangat cermat," tuturnya.

Gabungan peneliti dari sejumlah universitas di China telah mengambil 30.000 sampel swab. Liu Jinhua dari Universitas Agrikultur China memimpin tim yang akan memperkirakan strain flu yang berpotensi menjadi pandemi.

Sampel swab itu diambil dari rumah pemotongan babi di 10 provinsi di China sejak 2011 sampai 2018, seperti disebutkan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal sains AS, PNAS

Baca Juga: Ada Kemungkinan Akhir 2022, PPKM Berhenti

Dari 30.000 sampel swab itu, dihasilkan 179 virus flu babi yang sebagian besar merupakan jenis G4.

"Virus G4 telah menunjukkan peningkatan tajam sejak 2016 dan merupakan genotipe dominan dalam sirkulasi pada babi yang terdeteksi di setidaknya 10 provinsi," kata penulis utama Sun Honglei dikutip dari Science Mag

Lebih lanjut kata Honglei, gen G4 berpotensi mengarah pada penularan dari manusia ke manusia. Maka, ia menilai perlu dilakukan pengawasan yang lebih ketat.

Meski virus itu bisa berpindah ke manusia, tetapi pada kebanyakan kasus, virus ini tidak menular antar manusia. Dua kasus infeksi G4 sudah pernah didokumentasikan sebelumnya. Namun, kedua infeksi itu tidak menular ke manusia lain.

Sehingga, Ahli Biologi Evolusi dari US National Institutes of Health's Fogarty International Center, Martha Nelson, menganggap potensi virus ini menular antar manusia cukup rendah.

"Kemungkinan varian tertentu ini akan menyebabkan pandemi agak rendah. Namun influenza dapat mengejutkan kita dan ada risiko bahwa kita mengabaikan influenza dan ancaman lain saat ini," kata dia.

Namun ia mengingatkan bahwa pada 2011 lalu, tak seorang pun yang tahu kalau H1N1 bakal menjadi pandemi. Wabah ini baru mendapat perhatian ketika kasus infeksi manusia pertama muncul pada 2009.

Baca Juga: Riset: Tumbuhan Pegagan Embun Bisa Cegah Infeksi Covid-19

"Influenza bisa sangat mengejutkan kita."

Nelson juga sempat menyinggung sampel penelitian Honglei dan tim yang cukup kecil. Menurut dia, sampel untuk temuan ini perlu diperbesar.

Menanggapi hasil penelitian tersebut, Kepala Departemen Kedokteran Hewan dari Universitas Cambridge Jame Wood pun menyarankan untuk memperketat pemantauan orang-orang yang bekerja di peternakan babi.

"Pekerjaan ini datang sebagai pengingat yang baik bahwa kita secara terus-menerus menghadapi risiko munculnya patogen zoonosis baru," kata Wood dikutip South Morning China.

Infeksi zoonotik disebabkan oleh patogen yang menular dari hewan ke manusia, seperti dikutip South China Morning Post

Untuk meningkatkan kewaspadaan, Sun juga meminta agar segera dibuat vaksin untuk mencegah infeksi virus ini pada manusia dan babi.  dsy5

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU