Era Millenials, Pola Kampanye Harus Tentang Program

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 24 Jan 2018 17:25 WIB

Era Millenials, Pola Kampanye Harus Tentang Program

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Di era millenials, masyarakat sudah semakin cerdas. Pola kampanye yang digunakan untuk menarik hati para pemilih pun sudah harus berbeda. Pendapat tersebut diungkapkan oleh pakar komunikasi politik asal Unair, Suko Widodo. Menurut Suko, pola kampanye yang efektif untuk era modern sudah harus berkembang dari cara-cara lama yang usang. "Terlebih, untuk menarik generasi Millenials. Mereka ini butuh sesuatu yang kongkrit. Selain itu, mereka juga mencari solusi. Dan ini kita berbicara soal bukti nyata. Bukan janji semata," ujar Suko kepada Surabaya Pagi, Rabu (24/1/2018). Kondisi demikian, menjadikan visi dan misi belaka dipandang oleh Suko tidak akan menjadi barang jualan yang bagus untuk para pemilih. "Mereka butuh lebih dari itu. Bagaimanapun juga, mereka butuh bukti dan aksi nyata," jelas Doktor lulusan Unair tersebut. Bagaimana dengan silaturahmi kepada tokoh adat atau agama serta ziarah ke makam pemuka agama? Menurut Suko hal tersebut hanya akan efektif untuk pencitraan diri semata. "Itu lebih kuat di sisi branding. Memang, memiliki pengaruh, tapi hanya terbatas kepada mereka yang ada di sekeliling hal itu saja. Tidak akan bisa berdampak luas," tegas Suko. "Jadi, pada intinya begini. Pola kampanye primer yang harus digunakan untuk Pilkada di era Millenials ini adalah hal yang berkaitan dengan aksi nyata. Hal yang lebih dari sekedar visi misi. Apapun di luar itu, baiknya digunakan untuk pola sekunder saja," pungkas pria yang juga Kepala Pusat Informasi dan Humas(PIH) Unair tersebut. Di sisi lain, secara terpisah, Peneliti senior SSC Imam Sofyan juga berpendapat bahwa kontestasi politik di era sekarang adalah masih tentang bagaimana merebut hati (dukungan) pemilih. Karena itu pendekatan yang berdasar pada kebutuhan publik tetap perlu dirumuskan dalam wujud program "Itu semua agar tercipta hubungan yang saling menguntungkan antar kedua belah pihak, kandidat dan pemilih. Pengobatan gratis dan bazar murah misalnya. Meski itu adalah program kerja kampanye yang lazim dan banyak dilakukan oleh kandidat, tetaplah merupakan event yang dapat mendekatkan kandidat kepada pemilih," jelas Imam. "Karena umumnya masyarakat masih banyak membutuhkan hal itu. Terlebih pada karakteristik masyarakat tradisional yakni, wilayah pedesaan," pungkas pria yang juga pakar komunikasi politik Universitas Trunojoyo Madura tersebut.ifw

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU