Duka Ramadan & Penjualan Ritel Indonesia Mulai Sekarat

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 08 Apr 2020 12:09 WIB

Duka Ramadan & Penjualan Ritel Indonesia Mulai Sekarat

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Penjualan ritel Indonesia pada Februari 2020 mengalami kontraksi. Penjualan ritel yang tumbuh negatif mengindikasikan bahwa perekonomian Indonesia sedang mengalami tekanan. Bank Indonesia (BI) merilis data survei bulanan penjualan ritel. Penjualan ritel bulan Februari 2020 mengalami kontraksi 0,8% (yoy). Kontraksi yang terjadi lebih dalam dibanding periode bulan Januari yang hanya 0,3% (yoy). Namun realitanya, penjualan ritel bulan Februari masih lebih baik daripada perkiraan sebelumnya. Pada saat rilis data survei penjualan eceran bulan Januari lalu, BI memperkirakan penjualan ritel bulan Februari terkontraksi 1,9% (yoy). Penurunan penjualan eceran tersebut disebabkan oleh penurunan penjualan kelompok barang lainnya khususnya subkelompok barang sandang dan subkelompok barang budaya dan rekreasi. BI memperkirakan, penjualan eceran turun lebih dalam pada Maret 2020, yang tercermin dari prakiraan pertumbuhan IPR Maret 2020 sebesar -5,4% (yoy). Kontraksi penjualan terjadi pada seluruh kelompok komoditas yang disurvei, terutama pada subkelompok komoditas Sandang sebesar 45,9% (yoy), lebih dalam dari -40,4% (yoy) pada Februari 2020. Maklum, Maret merupakan awal merebaknya wabah corona di tanah air. Sejak kasus pertama dilaporkan pada 2 Maret 2020, sekolah-sekolah terutama di DKI Jakarta diliburkan, kantor-kantor juga mulai menerapkan kebijakan social distancing dengan bekerja dari rumah. Pusat-pusat perbelanjaan juga mulai sepi pengunjung, akibat orang-orang diimbau untuk tetap tinggal di rumah demi menekan penyebaran virus yang makin meluas dan meningkatnya angka infeksi. Ramalan kontraksi penjualan ritel bulan Maret juga senada dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang juga tergerus. Pada bulan Maret 2020, IKK berada di posisi 113,8 dan menjadi level terendah sejak Oktober 2016. Walau masih optimistis (IKK>100), tetapi optimisme konsumen tergerus. Jika wabah corona makin merebak dan tak terkendali, konsumen akan cenderung menahan untuk belanja dan perekonomian akan semakin tertekan. Konsumsi rumah tangga merupakan penopang terbesar struktur Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Pada 2019 saja kontribusi konsumsi rumah tangga mencapai 57% sendiri. Masalahnya sekarang konsumsi masyarakat tanah air menjadi terancam akibat corona. Bagaimana tidak? Corona justru hadir dan merebak jelang momen puasa Ramadan dan Idul Fitri. Umumnya, momen puasa dan lebaran konsumsi masyarakat akan naik terutama untuk konsumsi makanan, sandang bahkan transportasi dan rekreasi karena fenomena mudik. Namun dengan adanya corona momen puasa Ramadan dan hari raya Idul Fitri tahun ini tampaknya akan jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Corona juga membuat sektor usaha mulai sekarat. Apalagi untuk sektor-sektor yang langsung terdampak seperti perjalanan, pariwisata, transportasi dan maskapai penerbangan. Industri restoran dan perhotelan juga kena imbasnya. Anjloknya mobilitas orang akibat corona membuat pendapatan industri di sektor tersebut menjadi tergerus. Tak ada pilihan, sektor-sektor tersebut harus pangkas sana-sini untuk mengurangi beban biaya yang harus ditanggung. Jalan merumahkan karyawan pun juga tak luput dari opsi yang ditempuh. Jika wabah terus merebak dan berlarut-larut, maka makin banyak industri yang sekarat. Gelombang tsunami PHK bisa jadi bukan hanya mimpi belaka. Namun jadi realita (jangan sampai). Pasalnya para pengusaha sudah memberikan alarm kepada pemerintah. Melalui Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), pengusaha berpesan bahwa mereka hanya mampu bertahan hingga Juni. Setelah itu tidak ada jaminan. Hal ini disampaikan langsung oleh Ketua Kebijakan Publik Apindo Sutrisno Iwantono pada Senin lalu (6/4/2020). "Hasil konferensicall kita di APINDO dengan teman-teman di daerah dan pelaku sektoral, bisa kita ambil kesimpulan sementara daya tahancash flowkita hanya sampai bulan Juni tahun ini. Lewat dari itucash flow kering, kita tidak akan sanggup membiayai pengeluaran, tanpa pemasukan alias tutup," paparnya. Jika sektor usaha berbondong-bondong mengalami kebangkrutan, maka daya beli masyarakat jelas akan tergerus. Walau kebanyakan masyarakat Indonesia kebanyakan berada di kelas menengah, tetapi banyak dari mereka yang rawan jatuh miskin. Kajian Bank Dunia menunjukkan ada 115 juta masyarakat Indonesia yang rawan miskin. Ini yang jadi sangat membahayakan dan jadi mimpi buruk bagi perekonomian tanah air. Sekalinya sektor usaha sekarat, masyarakat kehilangan pekerjaan, daya beli tergerus mereka akan kembali jatuh miskin. Pemerintah Kudu Lebih Gercep Semua dampak corona sebenarnya bisa diminimalkan, terutama dengan intervensi di sektor kesehatan dan kebijakan ekonomi yang efektif. Stimulus ekonomi sudah ditebar oleh RI-1 Jokowi sebesar Rp 405 triliun melalui Perppu Nomor 1 tahun 2020. Sebanyak 27% dari anggaran tersebut dialokasikan untuk program jaring pengaman sosial. Namun dari segi intervensi di sektor kesehatan, pemerintah masih jauh dari kata efektif dalam menangani wabah. Ambil satu contoh saja tentang deteksi dini virus. Untuk melawan corona, salah satu langkah krusial yang kudu ditempuh adalah deteksi dini yangrapid, massive & sensitive (RMS). Dengan adanya deteksi dini yang RMS tadi setidaknya orang yang terinfeksi bisa langsung diisolasi agar tidak menulari yang lain. Kebijakan seperti ini sudah ditempuh Korea Selatan dan terbilang ampuh meminimalisir transmisi. Sebagai gambaran. Indonesia merupakan negara dengan populasi penduduk yang besar (~270 juta jiwa), tetapi tes corona hanya dilakukan pada segelintir orang saja. Per 1 juta penduduk, RI hanya mengetes 36 orang saja. Angka ini jauh berbeda dengan negara-negara lain yang melakukan tes corona secara masif dan agresif. Lihat saja Malaysia melakukan tes kepada 1.605 orang per 1 juta populasi. Singapura melakukan tes 6.666 orang per 1 juta populasi. Korea Selatan bahkan nyaris 9.000 orang per 1 juta populasi. Ke depan kita semua berharap pemerintah bergerak lebih cepat dan tanggap lagi merespons pandemi yang sekarang terjadi. Semoga semua mimpi buruk yang tadi disebutkan bisa dihindari sedini mungkin. Amin.(cnbc/cr-01/dsy)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU