Dolly Kini, Dari Prostitusi Menjadi Tempat Kreatif

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 16 Jan 2018 01:29 WIB

Dolly Kini, Dari Prostitusi Menjadi Tempat Kreatif

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Hidup tidak sesederhana alur cerita kebanyakan sinetron dakwah. Ada orang tersesat di jalan maksiat, lalu insaf atau diinsafkan, maka dia pun menjadi orang alim dan hidupnya bahagia berkelimpahan harta (15/01). Dalam realitas, menempuh jalan benar dan lurus tidak otomatis diiringi dengan kemudahan. Bahkan boleh jadi justru disertai kesulitan. Saya menemukan hal itu saat mengunjungi kawasan eks lokalisasi Moroseneng di Putat Jaya, Surabaya. Kawasan prostitusi ini telah ditutup permanen oleh Pemkot Surabaya, sejak 2014. Bahkan pembubarannya lebih dahulu dibanding penutupan lokalisasi super besar Dolly yang masyhur itu. Kini media massa pun tak banyak memberitakannya, karena Moroseneng sudah tidak news lagi. Tabiat berita memang begitu. Hanya sibuk melompat-lompat dari satu kejadian baru ke kejadian lain. Agak malas menoleh pada apa yang terjadi setelah itu. Tapi benarkah pasca penutupan semua sudah selesai, dan baik-baik saja? Bagi para pelaku dan masyarakat, dampak penutupan bisnis esek-esek itu masih terasa hingga sekarang. Banyak bekas wisma, rumah karaoke, cafe, dan sebagainya masih kosong tak terawat. Beberapa wisma dibeli oleh SKPD Pemkot Surabaya, tapi dibiarkan begitu saja, lantas halamannya digunakan tetangga kiri kanan untuk parkir kendaraan atau menjemur pakaian. Warung kopi banyak yang kukut. Sisanya masih bertahan jualan dengan jumlah pembeli yang tentu tidak seramai dulu.Wis, ajur ekonomine wong kene, Pak, keluh seorang ibu yang sedang menyapu depan rumahnya. Polisi dan Satpol PP masih rutin razia di situ, dan sesekali memergoki ada mantan pengelola wisma yang masih nekat buka praktik di situ. Sungguh setelah palu penguasa diketok, masih banyak pekerjaan rumah yang mesti dilakukan. Mulai dari patroli pemantauan kawasan, penanganan warga terdampak dengan memberi skill baru, hingga membuatkan lapak-lapak baru sebagai sumber penghasilan pengganti. Untungnya tidak semua orang memasang wajah murung. Beberapa remaja Karang Taruna terlihat bersemangat membuat seni mural di tembok kampung, menyuarakan harapannya dengan lukisan hidup berkanvas tembok itu. Beberapa rumah kosong milik Pemkot dimanfaatkan untuk tempat mereka berkreasi sehingga membuat tempat itu semakin menarik. Heri Sumargo selaku lurah menuturkan Warga di sini sudah mulai bangkit ekonominya. Mereka membuat kampung kreatif, memproduksi layang-layang, tas manik-manik, beberapa produk kuliner dan masih banyak lagi. Kita buatkan lapak tempat jualan dan event bazar, jelasnya. Beberapa warga berharap berkembangnya dolly sebagai pusat kampung kreatif di Surabaya bisa mengangkat eksistensi dolly yang dulu dikenal tempat prostitusi terbesar di Asia Tenggara, menjadi tempat wisata baru dengan kampung kreatifnya. by

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU