Dolar AS Terkerek Isu Tensi Perang Dagang

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 21 Mar 2019 11:17 WIB

Dolar AS Terkerek Isu Tensi Perang Dagang

SURABAYAPAGI.com - Indeks dolar Amerika Serikat (AS) bergerak positif pada perdagangan Rabu (20/3/2019), didorong laporan ketegangan baru dalam negosiasi perdagangan antara AS dan China. Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia naik 0,096 poin atau 0,10 persen ke level 96,479 pada pukul 10.28 WIB dari level penutupan sebelumnya. Pada perdagangan Selasa (19/3/2019), indeks dolar ditutup melemah 0,15 persen atau 0,141 poin di level 96,383. Indeks mulai berupaya bangkit dari pelemahannya ketika dibuka naik tipis 0,015 poin atau 0,02 persen di level 96,398 kemarin. Bangkitnya dolar AS terhadap sebagian besar mata uang lainnya didorong laporan ketegangan baru dalam negosiasi perdagangan antara AS dan China. Tensi tersebut pun mendukung pembelian untuk dolar AS yang memiliki sifat sebagai aset safe haven. Sejumlah pejabat pemerintah AS mengungkapkan kekhawatiran bahwa China bereaksi negatif atas permintaan AS dalam perundingan perdagangan. Apa yang disesuaikan dari pasar global adalah gagasan bahwa kita akan melihat resolusi negatif untuk perundingan perdagangan, ujar Chris Weston, kepala riset di Pepperstone, Melbourne. Hal terakhir yang perlu kita lihat saat ini adalah peningkatan ketegangan yang menunjukkan adanya kemungkinan tinggi bahwa AS akan menetapkan tarif sebesar 25 persen pada [impor barang-barang China] senilai US$200 miliar, tambahnya. Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin dikabarkan berencana mengunjungi China pekan depan untuk mengadakan putaran baru negosiasi perdagangan dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He. Meski demikian, kenaikan dolar AS tampak dibatasi sentimen pertemuan kebijakan moneter bank sentral AS Federal Reserve yang dijadwalkan berakhir hari ini (Rabu, 20/3) waktu setempat. The Fed diperkirakan akan mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di 2,25 persen - 2,50 persen. Investor juga menantikan petunjuk apakah otoritas moneter AS tersebut akan menegaskan komitmennya untuk bersabar soal kenaikan suku bunga.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU