Dicari, Walikota yang Punya Jaringan Relasi Kuat dan Luas

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 19 Des 2019 06:16 WIB

Dicari, Walikota yang Punya Jaringan Relasi Kuat dan Luas

Surat Terbuka untuk Calon Walikota Surabaya, 2020-2025 (6) Pembaca yang Budiman, Sisa waktu Walikota Risma, memimpin kota Surabaya, pasti ada transisi kepemimpinan. Rencana pergantian kepemimpinan di kota Surabaya saat ini mulai direspon banyak pihak. Ini merupakan tantangan bagi calon walikota baru. Secara logika, dia harus lebih hebat dari Risma. Termasuk tidak memprioritaskan pencitraan semata, seperti yang selama ini ditudingkan kepada Risma. Tantangan-tantangan Walikota mendatang. Menurut saya tidaklah lebih ringan, karena kompleksnya perubahan pembangunan dan kian terbukanya tuntutan warga kota yang multikultural. Jadi, siapa pun calon walikota, bila merasa kelebihan beban dalam posisi memikul pembangunan kota ke metropolitan (program pemerintah pusat), itu berarti Anda calon walikota yang suka tantangan. Adalah penting bagi calon walikota untuk memiliki peta perjalanan dari tindakan yang akan dilakukan dengan posisi baru nanti. Ini artinya calon walikota baru harus memegang kendali penuh atas masa-masa awal transisi. Kenapa? Karena, transisi adalah masa-masa kritis dimana perbedaan sekecil apapun dalam tindakan calon walikota bisa berdampak besar bagi warga kota Surabaya. Apalagi selama ini Risma, pencitraannya patut diacungi jempol, sehingga bisa membentuk suporter. Walikota baru nanti, berada dalam posisi paling rentan pada beberapa bulan pertama di saat menjabat walikota. Maklum walikota baru juga harus konsolidasi memeta kepala-kepala dinas. Seberapa banyak kepala dinas yang loyalis militan Risma. Apalagi bila ia kurang mengetahui secara rinci tantangan yang dihadapi dan apa yang dibutuhkan untuk mengatasi tantangan membangun kota Surabaya sebenar-benarnya. Lebih-lebih bila calon walikota nanti juga belum mampu mengembangkan sebuah jaringan relasi untuk menopang keberadaannya. Hampir semua praktisi manajemen, setuju calon walikota Surabaya songsong pemerintah pusat akan membangun Surabaya menjadi kota metropolitan harus memiliki jaringan yang luas. Ini modal agar dirinya dapat menggerakkan jaringannya dalam mendukung pembangunan. Ini agar kota Surabaya makmur untuk semua warga kotanya. Makanya, logika berpikir saya mengatakan seorang walikota Surabaya mendatang harus memiliki pengetahuan yang luas, intelektual yang memadai dan paham nilai-nilai moralitas kemasyarakatan. Terutama warga kota yang multicultural dengan basis muslim moderat sebagai warga mayoritas. Syarat lain yang menurut saya tak kalah pentingnya, walikota mendatang harus memiliki mental sikap positif terhadap tugas yang diemban. Ini karena Risma, saat ini mampu menyihir sejumlah warga sangat bersimpati padanya. Sikap positif calon walikota nanti diperlukan agar mendapat dukungan dari publik. Terutama bila pada awal memimpin nanti, menunjukkan kemampuan dan keterampilan manajeral kelola kota Surabaya yang multicultural. Pembaca yang Budiman, Konsep blusukan yang dipopulerkan oleh Presiden Jokowi, berimplikasi pada gaya kepemimpinan hampir semua kepala daerah di Indonesia saat ini. Implikasi dari blusukan ini mendorong bahwa seorang kepala daerah harus bisa memberi contoh secara nyata terhadap cara-cara pemecahan dan penyelesaian masalah perkotaan. Bayangan saya, walikota pengganti Risma, selain mau blusukan di semua lini, ia adalah sosok yang memiliki kepemimpinan yang kuat, tidak tradisional paling tidak seperti gaya Risma, blusukannya terlalu dibuat-buat. Misal, ikut memadamkan api, mengatur lalulintas dan jerat-jerit urusan tanaman yang terganggu oleh ulah manusia. Memperhatikan fenomena blusukan Jokowi dan gaya pencitraan Risma, logika saya mengatakan walikota mendatang harus sering berada di tengah warga kota. Terutama dalam mengelola pemerintahan sehingga good governance bisa tercipta serta mampu menggunakan teknologi state of art. Makanya walikota mendatang bukan jago kandang seperti Wisnu Shakti dan Armudji. Apalagi Dyah Katarina. Ia harus memiliki network kuat dan luas. Saya menggali informasi dari tim litbang Surabaya Pagi, bahwa Irjen. Pol. (Purn.) Drs. Machfud Arifin, S.H. dilahirkan di Ketintang, Gayungan, Surabaya, 6 September 1960. Jabatan setelah Kapolda Jatim adalah Analis Kebijakan Utama bidang Sabhara Baharkam Polri. Lulusan Akpol 1986 ini berpengalaman dalam bidang reserse di berbagai provinsi di Indonesia. Machfud pernah menjadi Wakasatserse Polrestabes (1996). Ia juga tiga kali menjadi Kapolda yaitu Maluku Utara, Kalimantan Selatan dan Jawa Timur. Sementara, Whisnu Sakti Buana, S.T, pria kelahiran Surabaya, 22 Oktober 1974, jabatan politik di pemerintahan baru menjabat sebagai Wakil Wali Kota Surabaya dua periode. Meski demikian, saat masih menjadi Ketua DPC PDIP Surabaya, anak tokoh PDIP Ir. Sutjipto, dikenal Memiliki kekuatan di akar rumput. Sedangkan Ir. H. Armuji, M.H., pria kelahiran Surabaya, 8 Juni 1965,adalah Ketua DPRD Surabaya dua pertama, meski periode pertama hanya satu tahun yaitu sejak 2003 hingga 2004. Kini, kata wartawan Pokja DPRD Jatim, setelah menjadi anggota DPRD Jatim, namanya tenggelam oleh wakil wakil rakyat lainnya.Padahal, Armudji, peraih suara terbanyak di Dapil (Daerah Pemilihan) Jatim 1 (Surabaya). Lalu, Dyah Katarina, adalah kader PDIP keenam yang mengambil draf pendaftaran bakal calon wali kota Surabaya di DPC PDIP. Majunya Dyah, konon tidak direstui oleh suaminya, Mantan Wali Kota Surabaya Bambang Dwi Hartono (BDH). Kepada pers, Bambang DH mengaku memperingatkan bahwa jadi wali kota itu penuh risiko. Aku malah beri warning. Tidak mudah jadi kepala daerah sekarang. Aku justru beri gambaran risikonya, kata mantan ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP PDIP kepada wartawan. Bambang tak tahu bahwa Dyah mengambil formulir tersebut. Dia baru tahu informasi itu dari grup WhatsApp. Selain sibuk menjadi anggota DPRD Surabaya, Dyah aktif sebagai ketua Paguyuban Bunda Pos PAUD Terpadu Kota Surabaya. Masuk akal dia mendapat banyak dukungan dari bunda PAUD. Selain itu, Dyah juga dikenal memiliki jaringan kuat di PKK Surabaya. Mantan anggota Komisi D DPRD Surabaya ini diingatkan oleh suaminya resiko dengan masalah hukum. Misalnya, Bambang DH pernah dikejar masalah japung, padahal dia sudah berada dalam track yang benar. Lawan politiknya suka mencari-cari kesalahan dengan tujuan menjatuhkan. Hasil penelusuran saya bersama Litbang harian Surabaya Pagi sampai semalam, dari empat nama yang meramaikan bursa cawali Surabaya, mewakili kader dan simpatisan PDIP, hanya Irjen (Purn) Machfud Arifin yang jaringan kenusantaraannya terluas. Baik Wisnu Shakti, Armudji, apalagi Diah Katarina, jaringan sosial ekonominya masih tingkat lokal Surabaya atau masih jago kandang. Masya Allah. ([email protected], bersambung)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU