Dibentuk karena Tragedi 1998

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 05 Des 2019 08:10 WIB

Dibentuk karena Tragedi 1998

Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Organisasi merupakan bentuk setiap perserikatan manusia untuk mengejar tujuan bersama. Dalam mencapai tujuan bersama tersebut, keturunan suku Tionghoa kemudian mencoba membentuk Perhimpunan Indonesia Tionghoa yang pertama kali digagas di Kota Jakarta pada 10 April 1999 bertempat di Restoran Hai Lai, Ancol. Perhimpunan ini kemudian masuk kota Surabaya pada tahun 2004. Wartawan SurabayaPagi, Byta SURABAYAPAGI.COM, Surabaya -Sekitar 3500 orang mendeklarasikan berdirinya Perhimpunan Indonesia Tionghoa atau Perhimpunan INTI, yang saat itu diketuai Drs.Eddie Lembong. Perhimpunan INTI terbentuk setelah terjadinya dua peristiwa penting pada bulan Mei 1998. Yang pertama peristiwa atau tragedi 13-14 Mei 1998 dan kedua lengsernya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998, serta mulainya era reformasi yang dipelopori oleh para mahasiswa Indonesia. Perhimpunan INTI berupaya menjadi solusi untuk membantu Bangsa Indonesia agar tidak terulang kembali tragedi yang pernah terjadi, serta berupaya untuk memperjuangkan hukum yang diatur oleh undang-undang, seperti undang-undang anti diskriminasi, undang- undang admisnistrasi kependudukan, dan undang-undang kewarganegaraan. Upaya yang diperjuangkan oleh Perhimpunan INTI kemudian disahkan pada era BJ. Habibie dengan produk hukum Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 26/1998 (dikeluarkan pada tanggal 5 Mei 1999) dan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 4 Tahun 1999 (dikeluarkan pada tanggal 5 Mei 1999). Perhimpunan INTI merupakan organisasi yang bergerak pada sosial Kebangsaan. Gatot Seger Santoso selaku Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa Tingkat Jawa Timur menjelaskan, organisasi ini dibentuk sebagai ruang untuk mencegah tragedi yang pernah terjadi. Selain itu kami juga melakukan kerja sosial secara keseluruhan sebagai Warga Negara Indonesia, seperti dalam bidang pendidikan, bencana alam, dan keselamatan, tuturnya. Gatot juga menjelaskan bahwa warga keturunan Tionghoa memiliki peran penting bagi sejarah Indonesia, khususnya sebelum masa kemerdekaan. Beberapa peristiwa penting seperti rumah yang digunakan untuk melaksanakan Sumpah Pemuda merupakan rumah dari keturunan Tionghoa, perekam lagu Indonesia Raya yang dimainkan oleh WR. Supratman juga warga keturunan Tionghoa, dan koran yang memuat berita Sumpah Pemuda ialah milik warga keturunan Tionghoa. Sejarah memang tidak boleh hilang, maka setiap generasi harus terus didengungkan, harus terus diceritakan tentang bagaimana Bangsa Indonesia terbentuk dan bagaimana peran warga keturunan Tionghoa yang memiliki andil yang amat besar untuk Bangsa ini, pungkas Gatot.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU