Data Ekspor Minerba, BPK Temukan Keanehan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 02 Apr 2019 12:04 WIB

Data Ekspor Minerba, BPK Temukan Keanehan

SURABAYAPAGI.com - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan keanehan data ekspor mineral dan batu bara yang berpotensi menimbulkan kerugian negara yang cukup besar. Anggota IV BP Rizal Djalil mengatakan keanehan tersebut terlihat dari data ekspor mineral dan batu bara Indonesia ke empat negara yakni, India, Korea Selatan, Jepang dan China. Ekspor tersebut, ternyata berbeda dengan data impor mineral dan batu bara yang dimiliki empat negara tersebut dari Indonesia. Ambil contoh untuk ekspor mineral dan batu bara Indonesia ke India. Pada 2017-2018 kemarin total ekspor mineral dan batu bara Indonesia ke India mencapai 174,6 juta ton. Tapi data jumlah impor dari India atas impor mineral dan batu bara asal Indonesia pada saat bersamaan justru mencapai 197,3 juta ton. Artinya ada selisih kekurangan tonase ekspor mineral dan batu bara yang dicatat oleh pihak Indonesia sebesar 22,7 juta ton. Untuk Korea Selatan, dari sisi Indonesia tercatat pada periode 2017-2018 ekspor mineral dan batu bara tercatat 62,1 juta ton. Tapi dari Korea Selatan, impor yang tercatat mencapai 78,7 juta ton, atau 16,6 juta ton lebih tinggi dibanding yang dicatat di Indonesia. Untuk Jepang, data ekspor mineral dan batu bara mencapai 53,1 juta ton. Tapi, dari sisi Jepang, impor mineral dan batu bara yang tercatat dari Indonesia mencapai 60,9 juta ton atau 7,8 juta ton lebih tinggi. Sementara itu untuk China, data Indonesia ekspor mineral dan batu bara ke Negeri Tirai Bambu tersebut mencapai 80,8 juta ton. Tapi dari sisi China, impor mineral dan batu bara yang tercatat hanya mencapai 72,9 juta ton atau lebih kecil 7,9 juta ton dibanding data Indonesia. "Ada dispute antara barang yang dikirim Indonesia dan penerima di mana, ekspor minerba kita itu terbesar ke India. Tapi di sana yang diterima lebih besar 22 juta ton," ujarnya, Senin (01/04). BPK kata Rizal meminta kepada pemerintah untuk segera memperbaiki data tersebut. Caranya, pemerintah perlu segera memperbaiki koordinasi di internal mereka agar perbedaan data tersebut tidak terus berlangsung. "Mungkin harus koordinasi antara Kementerian Keuangan, Bea Cuka dan Kementerian ESDM, karena ini menyangkut penerimaan negara yang cukup besar," katanya. Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Bambang Gatot mengakui perbedaan data tersebut. "Kami sedang kerja sama dengan BPS, Bea dan Cukai serta Kementerian perdagangan untuk membuat satu indikator data ekspor dan impor tersebut," katanya.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU