Dampak Pembatasan Impor Batu bara

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 21 Mar 2019 11:10 WIB

Dampak Pembatasan Impor Batu bara

SURABAYAPAGI.com - Pasar batu bara global kembali memanas menyusul ekspor batu bara termal Australia ke China berada di bawah tekanan. Indikasi pembatasan ekspor menyebar ke pelabuhan-pelabuhan utama lainAdapun, Indonesia diuntungkan dalam posisi ini. Kantor berita Platts melaporkan bahwa pembatasan oleh China yang menargetkan batu bara thermal Negeri Kanguru telah menyebar ke pelabuhan selatan Fangcheng. Hal ini mengikuti laporan bulan lalu bahwa impor batu bara thermal ditahan tanpa batas waktu oleh pejabat bea cukai di pelabuhan utara Dalian. Laporan Platts mengutip sumber anonim yang menyebut pejabat bea cukai tengah mengetes untuk radioaktif dalam batu bara Australia. Sumber itu menyebut, pengujian batu bara tersebut bisa memakan waktu selama 3 bulan. Pergerakan harga [batu bara] sebenarnya bukan karena pengaruh kekuatan pasar, tetapi lebih terkait dengan kebijakan, kata seorang pialang yang berbasis di Australia. Menurutnya, produsen Australia ingin menjual kargo mereka, tetapi tak ada banyak perusahaan yang menerimanya sehingga harga kemungkinan akan melunak lebih lanjut bila hal ini berlangsung. Baik pemerintah China dan Australia telah mengecilkan pembicaraan tentang larangan impor ini. Namun, banyak pengamat pasar melihat batu bara Australia sepertinya telah ditargetkan secara resmi atau tidak terkait kebijakan tersebut. Tim komoditas dari bank investasi Credit Suisse mengatakan, importir kini menghindari beberapa lini batu bara termal yang ditujukan untuk industri pembangkit listrik China. INDONESIA Credit Suisse mengatakan kepada klien bahwa pergerakan harga batu bara termal Australia relatif bertentangan terhadap para pesaing, dengan jaminan oleh Pemerintah China dan Australia bahwa tidak ada larangan batu bara Australia di pelabuhan-pelabuhan China. "Apakah ada larangan atau hanya pembatasan, harga menunjukkan importir tidak tertarik untuk belajar dari pengalaman dan menghindari termal Australia." Pemenang besar tampaknya adalah Indonesia. "Sementara harga batu bara termal Australia anjlok, harga batu bara termal Indonesia melonjak karena pembeli China bergegas mencari kargo CV [nilai kalor] menengah ke atas dari sumber lain," Editor Pelaksana Thermal Coal Asia Platts, Deepak Kannan mengatakan, batu bara Indonesia sekarang menarik signifikan di atas batu bara Australia. Kesenjangan ini semakin lebar karena beberapa jalur batu bara termal abu-tinggi dari Australia berada di posisi terendah secara multi-tahun. Kannan mengatakan, kargo Australia telah menghadapi kesulitan impor di China selama berbulan-bulan. "Sumber-sumber pasar menunjuk pada pemeriksaan kualitas yang dilakukan di beberapa pelabuhan Tiongkok dan penundaan dalam pembongkaran kapal, serta bea cukai yang bisa memakan waktu hingga 3 bulan," katanya. Sementara itu, harga batu bara global kembali memanas, setelah sempat melemah. Harga batu bara kontrak Juni di bursa ICE Newcastle menguat 0,44 persen atau 0,40 poin di level US$90,85 per ton pada perdagangan, Senin (18/3/2019), usai melemah 1,68 persen atau 1,55 poin pada level US$90,45 per ton pada perdagangan sebelumnya. Pemandangan yang sama juga terlihat pada harga batu bara di ICE Rotterdam. Harga batu bara kontrak April di bursa tersebut berakhir menguat 0,22 persen atau 0,15 poin di level US$69,80 per ton, setelah dibuka melemah 0,79 persen atau 0,55 poin di level US$69,10 per ton.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU