China Akali Kenaikan Tarif Trump dengan Lemahkan Yuan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 06 Agu 2019 16:57 WIB

China Akali Kenaikan Tarif Trump dengan Lemahkan Yuan

SURABAYAPAGI.com - Perang dagang masih memanas, mata uang yuan China terjun sampai angka 7 per dolar AS pada Senin petang. Melemahnya yuan saat ini merupakan level terendah selama 11 tahun sejak 2008. Atas ketegangan perang dagang China akan membiarkan mata uangnya terus melemah. Penurunan nilai yuan sebesar 1,4% ini terjadi setelah beberapa hari Presiden AS Donald Trump mengagetkan pasar keuangan dengan janjinya untuk mengenakan tarif sebesar 10% pada produk impor dari China senilai US$ 300 miliar. Pengumuman tersebut sebagai penanda berakhirnya gencatan senjata perang dagang. Perang dagang yang belum usai sepertinya akan berlanjut menjadi perang mata uang oleh kedua Negara ekonom terbesar di dunia. Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, bank sentral mengaitkan pelemahan yuan dengan dampak dari perang perdagangan. Tetapi PBOC mengatakan tidak akan mengubah kebijakan mata uangnya. Bank sentral menetapkan titik tengah harian yuan CNY = PBOC pada level 6,9225 per dolar sebelum pasar dibuka. Posisi itu merupakan level terlemah sejak 3 Desember 2018. "PBOC telah sepenuhnya memberikan lampu hijau untuk depresiasi yuan," ujar Ken Cheung, ahli strategi senior FX Asia di Mizuho Bank. Atas hal tersebut, Trump melabeli China sebagai manipulator mata uang sehingga akan meminta Dana Moneter Internasional (IMF) untuk menghilangkan persaingan tidak adil yang dipraktikkan Beijing tersebut, ujar Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin dalam sebuah pernyataan pada hari Senin (5/8/2019). Sikap tersebut disampaikan Washington setelah Bank Sentral China (PBOC) dengan sengaja membiarkan nilai yuan jatuh terhadap dolar AS sebagai bentuk balasan atas tarif impor Presiden AS Donald Trump. Perselisihan antara dua ekonomi terbesar dunia ini dengan cepat berubah menjadi lebih buruk dari sebelumnya dan berhasil mengguncang pasar. Indeks berjangka S&P 500 tergelincir hampir mencapai 2% pada satu waktu, meskipun gejolak mereda ketika China menetapkan tingkat yang lebih kuat dari yang diperkirakan untuk yuan dalam penetapan hariannya. Melemahnya mata uang yuan China dapat meicu keributan pasar global. Pernyataan AS yang mengatakan bahwa China adalah manipulator disampaikan menyusul deklarasi Gubernur PBOC Yi Gang, yang mengatakan bahwa bangsanya tidak akan menggunakan yuan sebagai alat untuk menangani sengketa perdagangan. "Saya sepenuhnya yakin bahwa yuan akan tetap menjadi mata uang yang kuat terlepas dari fluktuasi baru-baru ini di tengah ketidakpastian eksternal," kata Yi dalam sebuah pernyataan Departemen Keuangan mengatakan pernyataan dari Peoples Bank of China (PBOC) pada hari Senin menjelaskan bahwa pihak berwenang China memiliki kendali yang cukup besar terhadap nilai tukar yuan. PBOC mengatakan pada hari Senin bahwa pihaknya akan "terus mengambil tindakan yang perlu dan ditargetkan terhadap perilaku umpan balik positif yang mungkin terjadi di pasar valuta asing." "Ini adalah pengakuan terbuka oleh PBOC bahwa ia memiliki pengalaman luas memanipulasi mata uangnya dan tetap siap untuk melakukannya secara berkelanjutan," kata pernyataan Departemen Keuangan.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU