Home / Surabaya : Angka Elektabilitas Jokowi-Ma’ruf Amin Belum Aman

Charta Politika Merilis Survei di Jawa Timur

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 28 Jan 2019 16:59 WIB

Charta Politika Merilis Survei di Jawa Timur

SURABAYAPAGI.com, Surabaya Pemilihan umum legislatif di tahun 2019 akan segera diselenggarakan pada 17 April mendatang, yang mana meliputi pemilihan DPD, DPR, DPRD, dan presiden beserta wakilnya. Pemilihan presiden sendiri tetap menjadi fokus masyarakat luas sehingga secara otomatis dinamika elektabilitasnya mengalami kenaikan maupun penurunan. Berbagai lembaga survei menjelang pilpres mulai membagikan berbagai hasilnya sebagai suatu gambaran. Salah satu lembaga survei, Charta Politika menyatakan elektabilitas paslon bernomor urut 1, Jokowi-Maruf di Jawa Timur meningkat yang mana dari 50,1 persen menjadi 55,6 persen. Berbeda dengan paslon bernomor urut 2, Prabowo-Sandiaga yang mana mengalami penurunan yaitu semula 36,8 persen menjadi 31,1 persen. Sementara itu, undecided voters dengan angka 13,3 persen yang sebelumnya 13,1 persen. Survei yang diambil dari tanggal 11-17 Desember 2018 ini mengambil 1.200 orang sebagai respondennya di 38 kabupaten atau kota Jawa Timur. Hadi Dediyansah, selaku Ketua Bidang Media dan Komunikasi BPP Prabowo-Sandiaga Jatim menilai survei tersebut tidak bisa mewakili secara keseluruhan masyarakat. Ia menyatakan bahwa survei hanya mengambil sample sebanyak maksimal 2.000 orang, padahal Jawa Timur memiliki sekitar 39 juta orang. Apalagi lembaga survei menurutnya hanya menggunakan metodologi tertentu tanpa adanya campur tangan faktor lainnya. Jokowi di masa pemerintahannya terlalu banyak janji yang diingkari sehingga kenaikan elektabilitas layak untuk dipertanyakan, tandas Hadi yang menambahkan survei sebelum debat ini bisa berubah karena ketika debat, Jokowi seolah olah melakukan cerdas cermat dengan contekan tanpa memahami kompleksitas negara. Namun, Surokim Abdussalam sebagai salah satu dosen Komunikasi-Politik di Universitas Trunojoyo Madura (UTM) menilai dinamika naik turunnya elektabilitas masih normal. Jika kondisi ke depannya akan normal tanpa ada perubahan dramatik maka peluang paslon bernomor urut satu masih terbuka. Tetapi, jika ada perubahan dramatik menjelang hari H, nantinya paslon bernomor urut dua untuk merebut suara undecided maupun swing voters juga terbuka, ujarnya pada Senin (28/1). Ia menambahkan bahwa tidak bisa dikatakan paslon 01 unggul karena perubahan perilaku memilih masyarakat juga semakin kompleks dengan banyaknya variabel pengaruh. Selain itu, dua hal yang sebenarnya harusnya mempengaruhi hasil survei ini adalah debat perdana pemilihan presiden dan munculnya tabloid provokatif. Sementara itu, opini Ali Sahab, seorang pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair) menganggap keunggulan incumbent sebagai hal yang wajar karena telah menggunakan berbagai instrumen kebijakannya. Elektabilitas yang berkutat pada angka sekitar 50 persen sebenarnya tanpa kenaikan signifikan. Namun, pilpres 2019 lebih seru dari tahun 2014 karena kontestasinya menarik, yang perlu diwaspadai adalah tren naiknya suara Prabowo-Sandi. Bila kalah pun, akan kalah dengan perbedaan angka lebih sedikit tapi bisa juga membalikkan suara, tandasnya. Beberapa catatan untuk paslon nomor urut satu yaitu belum amannya angka elektabilitas Jokowi meskipun cukup unggul di berbagai segmen tanpa daya dongkrak signifikan dari Maruf Amin. Sedangkan, untuk paslon bernomor urut dua, tren suara naik dengan jiwa petarung Sandi bisa menjadi vote getter namun pemilih masih mayoritas menengah ke atas. Pr

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU