BPBD Jatim Petakan 22 Daerah Rawan Banjir dan 13 Daerah Rawan Longsor di Ja

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 26 Nov 2019 14:48 WIB

BPBD Jatim Petakan 22 Daerah Rawan Banjir dan 13 Daerah Rawan Longsor di Ja

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya Musim penghujan yang baru saja dirasakan di sejumlah wilayah terkhususnya Surabaya, menjadi momok bagi kawasan yang kerap menjadi langganan banjir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur menyatakan dari 38 kabupaten / kota di Jawa Timur, 22 daerah diantaranya masuk dalam kategori rawan banjir. Dari 22 daerah tersebut, ada sekitar 1.439 desa dan kelurahan di Jatim yang terancam banjir. Kepala BPBD Jatim, Subhan Wahyudiono mengatakan, BPBD Jatim juga telah memetakan daerah mana saja yang dikategorikan rawan banjir saat memasuki musim penghujan. Daerah-daerah yang berpotensi terendam banjir tersebut, merupakan daerah yang berada di sepanjang tujuh aliran sungai. Yakni, Sungai Bengawan Solo, Sungai Brantas, Sungai Welang-Rejoso, Sungai Kemuning Sampang, Sungai Bajul Mati Banyuwangi, Sungai Pekalen Situbondo, dan Sungai Bondoyudo Lumajang. "Ya itu daerah-di tujuh aliran sungai itu. Contohnya, Bengawan Solo itu mulai Pacitan, Ponorogo, Madiun sampai Gresik. Kali Brantas mulai dari Blitar, Tulungagung, Nganjuk, Sidoarjo, banyak pokoknya," ujar Subhan di Surabaya, Selasa (26/11). Selain daerah rawan banjir, Subhan mengatakan pihaknya juga memetakan daerah rawan longsor. Karena bencana longsor kerap terjadi saat musim penghujan. Subhan mengungkapkan, ada 13 daerah di Jatim yang masuk kategori rawan longsor. "Kalau longsor itu ada 13 kabupaten/ kota yang masuk kategori rawan, atau 633 desa dan kelurahan. Itu biasanya terjadi di sisi selatan Jatim mulai Magetan, Blitar, Trenggalek, Nganjuk, Tulungagung, Malang, Lumajang, dan sebagainya," kata Subhan. Diakui Subhan, BPBD Jatim juga telah melakukan langkah-langkah untuk menghadapi bencana yang biasa terjadi saat musim hujan. BPBD Jatim berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait potensi hujan di wilayah setempat. Koordinasi dimaksudkan untuk mengantisipasi potensi-potensi bencana pada musim penghujan di Jatim. Berdasarkan hasil koordinasi tersebut, diperkirakan puncak musim hujan di Jatim terjadi pada Januari hingga Februari 2020. "Diperkirakan Desember itu di Jawa Timur hujannya sudah merata. Kalau sekarang kan belum merata. Puncak musim hujan itu diperkirakan pada Januari dan Februari 2020," ujar dia. Langkah lainnya, menggelar rapat koordinasi dengan kepala Bakorwil se-Jatim, dan seluruh kepala BPBD di Jatim, sebagai kesiapsiagaan menghadapi bencana musim hujan. "Gubernur juga sudah bersurat ke bupati/ wali kota untuk segera siap siaga menghadapi musim hujan itu," ujar Subhan. Subhan mengaku, saat ini sudah ada 612 Desa Tangguh di Jatim, yang ditargetkan bertambah 40 desa setiap tahunnya. "Jawa Timur itu kan sudah kita petakan. Dari 8.501 desa dan kelurahan itu, 2.742 memiliki potensi tinggi bencana, baik itu banjir, longsor dan sebagainya," kata dia.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU