Bimbel Bernunculan, Kegagalan Dunia Pendidikan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 27 Nov 2019 17:48 WIB

Bimbel Bernunculan, Kegagalan Dunia Pendidikan

SURABAYA PAGI, Lamongan - Menjamurnya bimbingan belajar (Bimbel) di tanah air saat ini, menjadi salah satu cermin kegagalan pendidikan, artinya ada yang keliru dalam pengelolaan pendidikan selama ini. Peryataan itu disampaikan oleh Prof Dr Zainuddin Maliki M,Si anggota Komisi X DPR RI, kepada sejumlah wartawan usai menjadi narasumber Sosialisasi Empat Pilar di Universitas Muhammadiyah Lamongan , Rabu (27/11/2019). Disebutkan olehnya, menjamurnya bimbel justru isyarat dari kegagalan guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. "Kalau guru bagus dan berkualitas, tidak perlu bimbel. Tetapi bimbel marak, berarti kinerja guru dipertanyakan, ungkap mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu. Meski adanya bimbel masuk kategori kegagalan dalam dunia pendidikan kata Zainuddin, oleh masyarakat bahkan pelaku pendidikan bimbel seakan menjadi solusi. Kalau itu terjadi justru mampu mereduksi pendidikan jadi pengajaran saja. Ia lantas mencontohkan dalam sebuah iklannya, bimbel aplikasi online Ruangguru mengklaim dipercaya 15 juta pelajar dan 300 ribu guru. Oleh karena itu rekor sebanyak itu patut diapresiasi jika dilihat dari sisi bisnis. Tetapi dilihat dari sisi pendidikan masih harus dicermati. "Menurut saya sebagai anggota DPR RI bimbel tersebut merupakan cermin kegagalan pendidikan di indonesia," kata wakil rakyat dari daerah pemilihan Lamongan Gresik ini. Karena demikian itu, pihaknya mengapresiasi keberanian Presiden Jokowi melakukan terobosan baru dalam dunia pendidikan nasional yang dilakukan oleh Menterinya Nadiem Makarim yang berniat melakukan perubahan kurikulum besar - besaran. Apalagi, UUD 1945 memberi amanah agar negara harus hadir mencerdaskan kehidupan bangsa. Tentu kecerdasan yang dimaksud bukan hanya kecerdasan intelektual tetapi kecerdasan ganda meliputi kecerdasan emosional dan juga spiritual, tambahnya. Ia lebih jauh memaparkan, bimbel konvensional yang ada selama ini yang telah dikemas dengan sentuhan teknologi inovatif di era industry 4.0,tetap saja masih sebatas pada pengembangan kecerdasan intelektual. Dia menegaskan, aplikasi inovatif itu tak menyentuh ranah pembentukan manusia sejatinya. Justru pembentukan manusia yang berkepribadian jujur serta bisa dipercaya sangat di kesampingkan. Harusnya pendidikan kita lebih pada penanaman kejujuran yang saat ini semakin sulit kita temukan, katanya. Zainuddin menambahkan, Fukuyama dalam risetnya berkesimpulan bahwa yang membuat bangsa maju adalah social capital yaitu trust. Fukuyama tidak menyebut rangking, skor tes atau IPK tinggi sebagai syarat untuk menjadi bangsa yang maju. Oleh karena itu, lanjutnya, yang kita butuhkan pendidikan dan bukan mengarusutamakan bimbel yang menekankan pengajaran. Kita butuh pendidikan yang bisa melahirkan manusia-manusia jujur dan bisa dipercaya," harapnya.jir

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU