Bila Diberi Celah, PKI Bisa Bangkit Lagi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 27 Sep 2020 21:44 WIB

Bila Diberi Celah, PKI Bisa Bangkit Lagi

i

Poliing SP

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya – Seperti diketahui, isu soal PKI mulai ramai dibicarakan semenjak tanggal 22 Mei yang disebut sebagai Hari Ulang Tahun PKI. Isu ini kembali ramai menjelang Hari Kesaktian Pancasila yang jatuh pada 1 Juni.

Terlebih, dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Haluan Ideologi Pancasila (HIP), dianggap mengabaikan atau tidak memasukkan Ketetapan (Tap) MPRS No.XXV Tahun 1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah NKRI Bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan Untuk Menyebarkan atas Mengembangkan Paham atau Ajaran Komunis/Marxisme-Leninisme dalam RUU HIP itu. ApaIagi isu  kebangkitan PKI ini semakin menyeruak jelang peringatan Gerakan 30 September 1965. 

Baca Juga: Gibran Absen di Otoda 2024 Surabaya, Mendagri Tito Bocorkan Alasannya

Menanggapi hal itu, tim Litbang Surabaya Pagi menggelar polling kepada masyarakat dengan beberapa pertanyaan terkait tanggapan mereka tentang isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Polling dilakukan tepat pukul 09.00 WIB  dan ditutup pukul 17.00 WIB, Minggu (27/09/2020).

Dengan responden rentang usia 20 tahun sampai 56 tahun dengan latar belakang mahasiswa, pekerja swasta, dan wiraswasta, dengan domilisi tidak hanya di Kota Surabaya tetapi juga di Sidoarjo, Gresik. Metode polling dilakukan menggunakan wawancara langsung menggunakan telepon dan WhatsApp. Selain media sosial Facebook dan Instagram.

Jumlah total responden yang dihimpun sebanyak 79 responden.  Hasilnya, diperoleh bahwa 54  responden memilih Iya karena mereka yakin PKI masih bisa memberontak. Sementara 25 responden memilih Tidak Mampu karena bagi mereka kebangkitan Partai Komunis Indonesia ( PKI) merupakan sesuatu yang tidak nyata.

 

Hanya Cari Ruang

Berikut berbagai alasan yang disampaikan oleh masyarakat yang  menyakini bahwa PKI bisa saja bangkit  “Saya sih menyakini kalau PKI bisa saja bangkit, PKI aja pernah mengkhianati kemerdekaan bangsa, apa jaminan mereka tidak bisa bangkit dan akan mengulanginya?”ujar Erni Sakti saat diwawancarai secara langsung tim Litbang Surabaya Pagi, Minggu (27/9/2020).

Salah satu pembaca dengan nama pengguna @ulfagh menulisnya di direct message Instagram Harian Surabaya Pagi. “Sekarang bisa saja PKI muncul lagi melalui pejabat-pejabat yang berkuasa atau mungkin bisa melalui anak cucu-cucunya” tulisnya.

Salah satu warga Wonokumo, Sindi mengatakan tergantung kepada masyarakat saat ini. Jika terbuka celah sedikit dan ruang, harusnya gak menutup kemungkinan komunis akan masuk di zaman saat ini.

"Tergantung masyarakat mau buka ruang apa tidak. Ideologi hanya cari ruang kalau masyarakat berikan ruang kemungkinan itu ada," tuturnya.

Hal yang sama pun disinggung oleh Wicak, warga Sidoarjo. Ia mengatakan semua memang kembali ke masyarakat , “PKI bangkit atau tidak belum bisa dipastikan. Namun saya menyakini ideologi komunisme patut dipertanyakan dalam setiap lini bangsa ini, banyak hal yang terselebung didalamnya” ujarnya saat ditanya litbang Surabaya Pagi via WhatsApp.

Baca Juga: SK Kwarda Jatim Terbit, Semangat Baru Bagi Pramuka Jawa Timur

 

Tidak Mampu

Sedangkan untuk masyarakat  memilih tidak mampu mereka mereka beranggapan Isu kebangkitan PKI adalah sesuatu yang mustahil. “Gerakan PKI dulu itu kan gagal. Kalau sampai ada yang bikin partai PKI, itu bodoh aja. Sudah tahu generasi pertama habis dibantai, generasi kedua susah hidupnya. Jadi enggak ada gerakan kudeta PKI, nggak bakal bisa dan mustahil” kata salah satu pembaca yang berkomentar di kolom polling Surabaya Pagi.

“Kalau menurutku kayaknya orang indonesia bakalan nolak kemunculan PKI. Apalagi orang Indonesia sekarang pada berani-berani... jadi kayaknya bakalan ada demo besar-besaran. Tapi kalau beneran PKI muncul aku gak tau sihh.. yang pasti orang indonesia gak bakalan nerima PKI di hatinya mereka masing-masing (termasuk aku),” ujar Salah satu warga Kenjeran yang namanya tidak mau disebutkan saat di wawancarai secara langsung oleh wartawan Surabaya pagi.  Minggu (27/9/2020).

Adapun dari warga Sidoarjo, Dominikus Priyo saat ditanya litbang Surabaya Pagi via WhatsApp menceritakan, cucunya para penyintas G30SPKI itu sebenarnya ada perjanjian dan ingin kembali menjadi warga biasa, karena mereka teringat dosa asal dari keluarga terdahulu dan masih terstigma di kehidupan meraka sampai sekarang, “Jadi cucu PKI bakal balas dendam iku gak bakal deh” ujarnya

 

Baca Juga: Hari Kamis, Presiden Jokowi Dijadwalkan ke Surabaya

Film G-30-S PKI

Tak hanya itu, tim litbang juga mengajukan pertanyaan pada masyarakat tentang bagaimana respon mereka saat melihat film peringatan Peristiwa G-30-S PKI. Sebanyak 73% responden mengaku bahwa mereka sudah melihat dan 27% mengaku belum melihat film tersebut.

Berikut respon mereka saat ditanya tentang film peringatan Peristiwa G-30-S PKI ini, banyak masyarakat yang berpendapat bahwa adegan yang ada dalam dilm ini sengaja dibuat-buat.

Warga Sikatan, Pras nama panggilannya mengatakan bahwa memang ada salah satu adegan yang ganjil “Monggo dilihat TKP kejadian yang diambill pasukan cakra birawa rumah nya satu komplek dengan rumah pak Harto, hanya pada malam penculikan rumah pak Harto sendiri yang kosong, aneh gak?” jelasnya.

“Didalam salah satu pelajaran sejarah, ada yang pernah mengatakan sing nulis sejarah adalah pihak yang menang atau berkuasa, bisa saja kejadian G-30-S PKI adalah murni dari tindakan para kaum tani yang memberontak atau ada dalang dibalik semuanya untuk menggulingkan orde lama” ujar salah satu pengguna @dominikuswicak dalam kolom komentar polling Surabaya pagi.

Sedangkan untuk yang mengaku belum melihat beralasan mereka  hanya tahu PKI dari buku sejarah di sekolah dan orang tua. "Saya tahunya dari buku pelajaran sejarah di sekolah, juga cerita orang tua, bahwa PKI organisasi terlarang di Indonesia," kata Fitri, mahasiswa angkatan baru tahun 2018 di salah satu Universitas Negeri di Surabaya, Minggu (27/9/2020). Ia tidak mengetahui persis ada pembunuhan para jenderal saat peristiwa 30 September. ana/litbangSP

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU