Bertahan Karena Prestasi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 24 Nov 2019 21:47 WIB

Bertahan Karena Prestasi

Barongsai di Era Digital Barongsai selalu identik dengan adat dan budaya Tionghoa. Identitas tersebut kemudian menjadi kegiatan komunikasi yang bertujuan mengidentifikasi sebuah kelompok. Usaha pemberian identitas kemudian memunculkan gambaran, sehingga memilki penilaian atau pandangan tersendiri dari masyarakat. Wartawan SurabayaPagi, Byta SURABAYAPAGI.COM, Surabaya -Barongsai biasanya dianggap sebagai tarian tradisonal yang berasal dari Tiongkok. Memiliki topeng besar yang menutupi kepala dan memiliki ekor panjang membuat masyarakat menilai bahwa topeng tersebut seperti singa atau naga yang biasa berwarna merah, kuning, putih, dan emas. Perlahan-lahan Barongsai mulai masuk ke Indonesia dengan diantarkan oleh para imigran Tiongkok. Di Kota Surabaya, ada sebuah komunitas Barongsai yang bernama Lima Bakti. Komunitas ini merupakan komunitas tertua yang berada di kota Surabaya. Berdiri sejak tahun 1980-an membuat komunitas Lima Bakti memilki banyak pengalaman. Komunitas Barongsai ini berada di bawah naungan Yayasan Lima Bakti yang bertempat di Jl. Bunguran No. 31 D Surabaya. Pada tahun 2017 Indonesia kemudian menetapkan bahwa Barongsai masuk dalam naungan Komite Olah Raga Nasional Indonesia dengan konsentasi bidang seni dan olah raga. Lima Bakti kemudian menjadi Eksebisi dalam ajang PON 2017 di Bogor. Prestasi yang di milki oleh komunitas Barongsai Lima Bakti tidak kalah dengan kiprah nama besar yang mereka sandang. Setiap tahun mereka selalu dipilih oleh FOBI (Federasi Olah Raga Barongsai Indonesia) untuk mewakili Jawa Timur dalam pertandingan Internasional yang biasa diselenggarakan di China, Malaysia, Singapura, dan Vietnam. Komunitas yang beranggotakan 30 orang ini memilki jadwal intensif untuk latihan pada hari Selasa, Kamis, dan Minggu pukul 19.00 hingga selesai. Mereka biasanya berlatih di halaman Yayasan Lima Bakti dan memilki 30 koleksi Barongsai yang biasa digunkan untuk latihan, show, hingga pertandingan. Berat kostum Barongsai sendiri memiliki beban sebesar 10 kg untuk satu kostumnya. Maka para pemain harus latihan ekstra lebih keras untuk menahan beban, serta berlatih tarian dan beberapa jurus yang akan di tampilkan. Iringan musik pada pertunjukan Barongsai juga memilki beberapa alat musik yang wajib digunakan untuk mengiringi pertunjukan seperti simbal, kenong, dan ambur Julian selaku koordinator komunitas Barongsai Lima Bakti juga menjelaskan bahwa sekarang lebih beragam. "Kalau dulu orang melihat pertunjukan Barongsai biasanya di Klenteng, nah kalau sekarang bisa di acara pernikahan, sunatan, Maulid Nabi dan masih banyak lagi. Sekarang juga dikembangkan dalam tingkat pertandingan,"ucapnya. Saat ini juga tidak hanya keturunan suku Tionghoa saja yang menggemari Barongsai, tapi juga suku dan kepercayaan lain. "Seperti Islam, Kristen, dan Khatolik. Karna sudah masuk cabang olah raga, maka suda memasuki banyak lini tuturnya. **foto** Dalam proses latihan biasanya akan difokuskan kepada pemain yang memakai Barongsai. Latihan ini untuk membuat para pemain semakin luwes dalam menggerakan kepala Barongsai. Mereka biasanya belajar bagaimana cara memegang kepala dengan benar, seperti latihan pada teater boneka. Tidak sedikit para pemain yang cidera ketika mengikuti proses latihan, namun mereka menghargai hoby dengan berlatih secara serius dan semaksimal mungkin. Pada pertunjukan Barongsai sendiri biasanya di bagi menjadi dua kategori, yaitu tradisional dan tonggak. Biasanay mereka menggunakan alur cerita dengan dibantu alat peraga agar mempermudah permainan. Ketika pertunjukan di mulai para penonton biasanya memberikan angpao kepada para pemain, hal ini memiliki arti bahwa mereka suku keturunan Tionghoa bisa membuang sial atau karma dengan cara memberika angpao kepada Barongsai.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU