Beban Bunga Melonjak Akibat Perebutan Likuiditas

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 26 Jul 2019 11:59 WIB

Beban Bunga Melonjak Akibat Perebutan Likuiditas

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Perbankan bersaing ketat memperebutkan likuiditas pada semester pertama 2019 lalu. Alhasil, laju beban bunga sejumlah bank melejit lebih tinggi daripada laju pendapatan bunga. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mencatat peningkatan beban bunga 26,62persen secara tahunan pada semester pertama lalu. BCA mencatat total beban bunga Rp 6,75 triliun secara konsolidasi. Pertumbuhan beban bunga ini lebih tinggi daripada pertumbuhan pendapatan bunga BBCA yang sebesar 15,73 persen. Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim memandang, kenaikan yang cukup besar tersebut merupakan akumulasi dari peningkatan bunga deposito BCA. "Tahun lalu dari bulan Mei-Desember bunga deposito naik 150 bps, tentu berdampak ke tahun ini," ujarnya di Jakarta, Jumat (26/7). Merujuk laporan keuangan BCA di semester pertama 2019, laju pertumbuhan deposito BCA memang cukup tinggi sebesar 18,1 persen secara tahunan. Dampaknya terasa pada biaya dana alias cost tof fund yang meningkat secara tahunan dari 1,73 persen di semester I-2018 menjadi 2,02 persen akhir semester I-2019. BCA mengaku baru menurunkan bunga deposito sebesar 25 bps pada awal Juli. Namun, Vera memastikan ke depan suku bunga deposito akan berangsur menurun. Sebab, likuiditas perbankan sudah mulai longgar setelah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga dan ditambah adanya pelonggaran giro wajib minimum (GWM). PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga mengalami hal serupa. BNI dalam laporan keuangannya mencatat kenaikan beban bunga 26,2 persen secara tahunan. Angka itu jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan pendapatan bunga tumbuh 9,4 persen pada periode yang sama.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU