Home / Ramadhan : Pesan Ramadhan (9)

Balas Dendam Makan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 15 Mei 2019 02:25 WIB

Balas Dendam Makan

Dalam bahasa Arab, Ramadan berasal dari kata dasar "ramda" yang artinya "membakar ". Jadi di bulan ini, dosa-dosa manusia di sebelas bulan sebelumnya akan dibakar dengan melaksanakan puasa yang benar dan ibadah-ibadah lainnya. Di bulan ini, umat Islam dilatih untuk kembali menjadi manusia yang suci sesuai fitrahnya yang cenderung pada kebaikan. Karena itulah mengapa bulan Ramadan sering disebut bulan yang suci, penuh berkah, dan penuh ampunan. Dari pengertian dan maksud datangnya bulan Ramadan, kebiasaan umat Islam mempersiapkan mental dan fisik. Ini agar bisa menjalankan ibadah sebanyak-banyaknya. Bukan malah sibuk dengan makanan yang akan dimakan pada saat sahur dan buka puasa. Sering saya jumpai ada orang yang berbuka puasa layaknya "balas dendam". Semua makanan ingin dimakannya. Alhasil, alih-alih latihan menahan diri dan sikap sederhana yang terbangun, justru mendatangkan sikap serakah. Padahal berpuasa adalah salah satu ibadah yang diwajibkan di dalam bulan Ramadan. Berpuasa tidak hanya berarti menahan diri dari lapar, haus, dan berhubungan seksual bagi suami-istri. Tapi lebih jauh dari itu yaitu menahan diri dari segala bentuk pikiran, perasaan, dan perbuatan yang dilarang oleh Allah. Setelah jalani puasa sejak 40 tahun lalu, saya rasakan puasa bukan ibadah yang bersifat individual semata. Selain berhubungan spiritual antara hamba dengan Tuhannya (vertikal), ada manfaat kemanusiaan (horizontal) yang juga terkandung di dalamnya. Akal sehat saya, mengatakan manfaat puasa tidak hanya dirasakan oleh orang berpuasa saja, tapi juga oleh orang lain. Karena itu, di bulan Ramadan, selain ibadah seperti salat, puasa, tadarusan, berzikir, berdoa, umat Islam juga dianjurkan untuk bersedekah kepada orang yang membutuhkan. Selain melakukan aktivitas yang bermanfaat untuk orang lain. Bahkan, Allah mengingatkan agar umat Islam memperhatikan tetangganya. Jangan sampai kita sahur dan berbuka dengan nikmat, sementara tentangga sebelah kelaparan. Ini membuktikan bahwa Tuhan sangat memperhatikan keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan (habbluminallah) dan hubungan antarmanusia (habbluminannas). *) Penulis adalah Pembelajar Agama Islam secara Otodidak

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU