Baku Hantam Warnai Konsolidasi PDIP Jatim

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 14 Jul 2019 23:41 WIB

Baku Hantam Warnai Konsolidasi PDIP Jatim

Peserta Konsolidasi Curiga keputusan DPP menunjuk Adi Sutarwijono Persiapan skenario Pemilihan Walikota (Pilwali) Surabaya 2020 Hermi-Rangga Putra, Tim Wartawan Surabaya Pagi Konsolidasi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang berakhir, Minggu (14/7/2019) petang, ternyata belum menuntaskan persoalan penunjukan Adi Sutarwijono sebagai Ketua DPC PDIP Surabaya, yang menggantikan Whisnu Sakti Buana. Justru konsolidasi yang difasilitasi DPD PDIP Jawa Timur ini, diwarnai baku hantam. Pengurus Anak Cabang (PAC) yang mayoritas pendukung Whisnu, mencurigai adanya provokator menyusup ke pertemuan yang digelar tertutup itu. Sementara DPD PDIP Jatim tak bisa memutuskan apakah keputusan DPP menunjuk Adi Sutarwijono yang disebut-sebut orangnya Bambang DH, Ketua Bappilu DPP PDIP, itu dibatalkan atau tidak. Konflik ini diprediksi bakal berlanjut, karena terkait skenario Pemilihan Walikota (Pilwali) Surabaya 2020. Sekadar diketahui, nada protes PAC Surabaya terhadap rekomendasi DPP PDIP atas penunjukan Adi Sutarwijono sebagai Ketua DPC PDIP Surabaya terjadi sejak Konfercab di Empire Palace Surabaya, Minggu (7/7/2019) lalu. Pasalnya, PAC se-Surabaya telah memutuskan dukungannya ke Whisnu Sakti Buana, yang saat ini menjadi Wakil Walikota Surabaya. Minggu kemarin, DPD PDIP Jatim diperintah DPP untuk mengumpulkan PAC se Surabaya mensosialisasikan Peraturan Partai No 28 tahun 2019 tentang mekanisme pembentukan DPC, DPD menuju Kongres V PDIP. Ini sebagai tindak lanjut hasil Konfrensi Cabang (Konfercab) PDIP dalam pemilihan Ketua, Sekretaris, dan Bendahara (SKB) di tingkat DPC. Pengumpulan Pengurus PAC se-Surabaya ini instruksi dari DPP PDIP melalui surat nomor 5606/IN/DPP/VIII/2019 yang telah dikirimkan pada 10 Juli lalu kepada DPD Jatim. Pantauan di lokasi, Kantor DPD PDIP Jatim Jalan Kendangsari, Surabaya, konsolidasi digelar tertutup mulai pukul 14.00 WIB. Namun di tengah konsolidasi, mendadak ricuh. Dari dalam ruangan, orang-orang berteriak, Kemudian, seorang laki-laki digiring keluar dari forum oleh petugas Satgas Cakra Buana. Ketua PAC Simokerto, Tri Widayanto, turut keluar forum. Dia mengejar pria yang digiring petugas, dan sempat menyerang dengan pukulan. Kemudian dilerai oleh petugas. Sedang Sejumlah kader PAC di luar forum berteriak, menuduh pria yang digiring petugas adalah penyusup. Berdasarkan pengamatan orang tidak dikenal itu berpakaian jaket warna merah maroon, celana coklat dan membawa tas. Penyebab kericuhan itu karena dia memasuki agenda tertutup PDIP, padahal yang berhak masuk adalah Ketua PAC PDIP se-Surabaya dengan identitas seragam partainya warna merah berlogo benteng mancong putih. Setelah pria tadi diamankan dan diinterograsi Satgas PDIP sekitar 30 menit, lalu dibawa ke dalam mobil meninggalkan kantor DPD PDIP Jatim. Belum Disahkan Usai pertemuan, Ketua DPD PDIP Jatim Kusnadi menegaskan formasi kepengurusan DPC Surabaya belum disahkan. Sebab, Konferensi Cabang (Konfercab) yang digelar 7 Juli lalu, belum tuntas. Dijelaskannya, pengesahan Ketua, Sekretaris, dan Bendahara (KSB) diputuskan dalam Konfercab untuk tingkat DPC, lalu Konferda untuk tingkat DPD. Karena Konfercab Surabaya belum tuntas, maka belum disahkan rekomendasi rancangan Calon Ketua, Sekretaris, dan Bendahara yang diterbitkan DPP PDIP. "Sesuai AD/ART pengesahan Ketua itu untuk DPC melalui Konfercab dan untuk DPD melalui Konferda. Jadi ini belum tuntas, kemarin kan mandek," terang Kusnadi. Karena itu, lanjut Kusnadi, DPP PDIP telah memerintahkan kepada DPD agar menyempurnakan Konfercab di Jatim yang masih tersisa tiga daerah yakni Surabaya, Bojonegoro, dan Banyuwangi. Kemudian PAC di tiga daerah itu, dipanggil ke DPD untuk diberikan sosialisasi kembali Peraturan Partai No 28/2019 tentang konsolidasi PDIP melalui pembentukan DPC DPD dalam rangka Kongres ke V PDIP. Setelah hasil sosialisasi aturan ini dilaporkan ke DPP, selanjutnya Konfercab lanjutan akan digelar kembali sebelum tanggal 27 Juli 2019. Pemilihan waktu dan yang memimpin Konfercab lanjutan tetap DPP PDIP. "Besok kami buat surat ke DPP untuk melapor bahwa sudah dilaksanakan sosialisasi, tinggal DPP kapan akan menjadwalkan Konfercab lanjutan bagi Surabaya," katanya. Kusnadi menegaskan, dari tiga daerah itu, yang tahapan Konfercab tinggal penetapan Ketua, Sekretaris, dan Bendahara adalah daerah Bojonegoro dan Surabaya. Untuk Banyuwangi, rekomendasi DPP belum turun. "Kemarin sudah sampai demisioner untuk Surabaya dan Bojonegoro, setelah demisioner ini maka dilanjutkan penetapan Ketua baru," katanya. Serahkan ke DPP Terkait Konfercab lanjutan ini apakah dimungkinkan ada pembatalan atau meneruskan nama-nama yang sudah direkomendasi DPP, Kusnadi mengaku tidak memiliki kewenangan. Menurut Kusnadi, semua kewenangan ada di DPP. "Saya tidak bisa menjawab itu apakah membatalkan atau tidak membatalkan, karena semua adalah kewenangan dari DPP," tandas Kusnadi. Ia melanjutkan DPD PDIP Jatim tidak mempunyai otoritas melanjutkan Konfercab lanjutan itu. Nantinya Konfercab akan dipimpin langsung oleh DPP PDIP. Apabila berhalangan maka bisa DPD menjadi mandat atas perintah DPP PDIP. "Yang melaksanakan konfercab lanjutan itu DPP. Kita bisa dibikin mandat tapi atas nama DPP PDIP," imbuh pria yang juga Wakil Ketua DPRD Jatim ini. Lebih lanjut, saat ditanya apakah DPD akan mendamaikan Whisnu Sakti Buana dengan Adi Sutarwiyono, Kusnadi mengatakan, Pasti kita lakukan. Ada persoalan apa WS (Whisnu Sakti Buanda dengan Awi (panggilan Adi Sutarwijono). Gak ada apa-apa. Mungkin ada kesalahpahaman dari teman-eman. WS adalah Adi. Adi adalah WS." Pantauan di lokasi, sejumlah pengurus PAC PDIP Surabaya yang mengikuti konsolidasi keluar dari ruang pertemuan, disambut para kader tingkat ranting yang berada di luar gedung dengan sorak-sorai. Mereka sambil mengangkat tangan menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama. Mereka juga meneriakkan yel-yel Hidup Whisnu beberapa kali. Ketua PAC Bulak Riswanto keluar gedung sambil mengangkat tangan. Ia cukup vokal menyatakan protes atas keputusan DPP PDIP menunjuk Adi Sutarwijono menggantikan Whisnu Sakti sebagai Ketua DPC Surabaya. Namun Riswanto yang menjadi caleg terpilih anggota DPRD Surabaya pada Pileg 2019 ini tak menjelaskan hasil pertemuan. Begitu juga PAC lainnya. No comment, ucapnya. Rebutan kekuasaan Terpisah, pengamat politik asal Fakultas Ilmu Sipil dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga Suko Widodo menduga, kuatnya motivasi PAC-PAC menolak keputusan DPP dan teguh mendukung Wisnu Sakti ini boleh jadi karena rebutan kekuasaan. Apabila struktur kepemimpinan DPC berubah, dikhawatirkan terjadi perubahan pula dalam struktur di bawahnya. Padahal, setelah mengetahui adanya Peraturan PDIP No. 28/2019 itu, PAC-PAC semestinya bisa mengerti, menerima dan menjalankan keputusan partai. Tetapi tidak demikian yang terjadi. PAC PDI se-Surabaya lantas menggelar mimbar di kantor DPC di Jalan Kapuas untuk menyarakan kekecewaan mereka. Bahkan, mereka tidak bersedia mengakui Adi Sutarwijono sebagai ketua DPC yang baru. "Biasanya kalau ada perlawanan kuat dari PAC, patut diduga ada faktor rebutan kekuasaan," cetus Suko. Ketua Pusat Informasi dan Humas Unair ini menambahkan sebaiknya diterima saja keputusan DPP. Menurut Suko, Adi Sutarwijono adalah regenerasi pemimpin yang cocok untuk menahkodai DPC PDIP dalam lima tahun mendatang. Awi, sapaan akrab Adi Sutarwijono, dinilai sebagai sosok yang terbuka, sesuai dengan tuntutan partai yang modern. "Adi mampu membangun komunikasi dan menjaga kepercayaan masyarakat," tutur Suko. Terkait kandidat Pilwali Surabaya 2020, Suko menegaskan Wisnu Sakti masih mempunyai potensi suara besar di Surabaya, karena di tataran bawah masih memiliki pendukung yang setia. Loyalis WS di level grass root cukup besar, Ini kan juga potensi kekuatan yang tak bisa diabaikan. Loyalis WS itu merupakan modal sosial yang bagus untuk maju. Saya kira mungkin saja direkom DPP. Atau bisa saja lewat jalur lain, misalnya independen, yang tentu harus keluar dari PDIP, pungkasnya. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU