Home / Pilpres 2019 : Surat Terbuka untuk Capres Jokowi-Prabowo, Peserta

Bagi Prabowo-Jokowi, Pilpres 2019 Kali ini adalah Ultimate Fighting

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 17 Des 2018 22:41 WIB

Bagi Prabowo-Jokowi, Pilpres 2019 Kali ini adalah Ultimate Fighting

Yth Pak Jokowi-Pak Prabowo, Anda Capres Prabowo Subianto, tampaknya punya tim komunikasi politik yang hebat. Kali ini Anda menciptakan Komunikasi Politik yang menurut akal sehat saya telah memunculkan kegaduhan politik dan informasi publik. Anda, kemarin, di depan sejumlah kader Gerindra dan relawan di Konferensi Nasional Gerindra, Sentul, Bogor, menyatakan kalau kita kalah, negara Ini bisa punah. Inilah hakikat komunikasi politik Anda memasuki empat bulan menjelang pencoblosan, 17 April 2019. Pernyataan Anda ini paling tidak memiliki lima unsur. Pertama, pelibat. Anda terus melempar isu-isu menarik dalam proses penyampaian pesan dalam kampanye politik. Kedua, pesan Anda tak jauh dari politik praktis yaitu penjatahan sumber daya politik, menang atau kalah. Sekarang kembali ke rakyat pemilih, apakah penjatahan yang Anda munculkan seperti ini di terima atau tidak oleh rakyat. Bila diterima, bisa membuka peluang munculnya konflik baru yang membuat kampanye makin panas. Mengingat lawan Anda yaitu Capres Jokowi, yang dibelakangnya ada sejumlah jenderal pensiunan bisa menolak kebalikan pernyataan Anda, menang, Negara tidak punah. Akal sehat saya bisa mengatakan, kebiasaan pernyataan Anda. Bisa jadi, kubu Capres Jokowi, tersinggung, seolah Polpres 2019 dimenangkan oleh Jokowi-Maruf, Negara punah?. Makanya, ke depan menurut akal sehat saya, pernyataan Anda Capres Prabowo, bisa memicu terjadinya konflik berkepanjangan. Ketiga, soal saluran. Pernyataan Anda ini akan dipublikasikan bahkan digoreng (running) oleh berbagai media massa sebagai saluran komunikasi politik. Peran Media masa harus diakui mempunyai peran besar. Ini karena, media massa era industry seperti sekarang selalu memiliki kualifikasi suatu peristiwa itu penting untuk diliput. Maklum, setiap media massa yang umumnya bercorak kapitalistik, bisa mengamati, merekam dan mencatat dengan frame worknya masing-masing. Baru kemudian hasil olehan peristiwa disebarkan pada publik dengan sudut pandang masing-masing dari media massa. Keempat, konteks. Maklum,, komunikasi politik berlangsung dalam konteks system politik Pilpres 2019 dengan segala aturan dan norma yang berlaku sekarang, dimana pemilih generasi milenial lebih banyak ketimbang pemilih berusia tua. Dan kelima, pengaruh atau effect . Pesam Anda Capres Prabowo, pasti mendapatkan respon dari Anda Capres Jokowi dan kubunya. Cawapres Maruf misalnya, merespon langsung. Diakui selama dua bulan ini elektabilitas Anda bersama Cawapres Maruf tak bergerak signifikan. Terkait kinerja dua bulan lalu, Maruf berkeyakinan 1.000 persen elektabilitasnya bersama Jokowi akan segera naik. Mengingat, bulan Januari 2019, Maruf akan turun ke daerah-daerah, mengadakan dialog. Sangat sangat yakin. 1000 persen (yakin)," ujar Maruf kepada wartawan di kediamannya, Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (8/12). Yth Pak Jokowi-Pak Prabowo, Dalam prespektif komunikasi politi, apa yang Anda Capres Prabowo, bagian dari suatu bentuk propaganda ofensif. Inilah lanjutan dari peperangan psikologis yang sudah menjadi bagian dari taktik perang Anda selama ini. Saya menyimak, peperangan psikologis yang Anda ciptakan ini, bisa menjadi operasi terpisah dari Cawapres Sandiaga Uno, yang keliling daerah menggarap emak-emak dan generasi milenial. Akal sehat saya menilai ada tujuan dalam peperangan psikologis yang Anda Capres Prabowo, mengenai bila Anda kalah, Negara akan punah. Tujuannya seperti ingin mencoba mengubah sikap publik atau kompetitor Anda agar berkurang tingkat penentangan atau militansinya. Saya menilai titik serang peperangan psikologis yang Anda ciptakan di Sentul Bogor ini, untuk mempengaruhi pikiran manusia. Inilah keperkasaan sebuah propaganda dalam bentuk khusus kegiatan komunikasi. Artinya, memenangkan pasar dengan propaganda, bisa sebuah keniscayaan. Saya teringat kisah sekutu memenangkan pertempuran pada PD II yang merupakan sebuah keniscayaan. Kemenangan ini berkat kehebatan propaganda yang dilakukan Sekutu yang mampu melemahkan mental prajurit Nazi di garis depan. Yth Pak Jokowi-Pak Prabowo, Akal sehat saya menilai pernyataan Anda yang ditanggapi oleh Marf tak ubahnya sebuah perang uraf syaraf. Maka saya mempercayai bahwa psywar (Psychological Warfare) atau perang urat syaraf adalah suatu bentuk serangan propaganda yang saling bertentangan, antara Anda dan rival Anda. Dalam pemahaman saya, psywar merupakan salah satu strategi dalam peperangan. Ini berbeda dengan perang-perang konvensional yang bermodalkan senjata atau berbagai peralatan fisik. Tentu untuk mengalahkan musuh, Psywar memanfaatkan sisi psikologis dan pemikiran lawan agar bisa dipecah konsentrasinya. Psywar merupakan strategi yang seringkali efektif sebagai cara memenangkan persaingan. Jadi, terlepas baik atau buruk, suatu tujuan yang mendasari psywar, menjadi suatu nilai lebih. Terutama bila seseorang bisa menguasainya dalam berbagai hal (terlebih untuk tujuan yang baik dan bermanfaat. Bisa jadi, setelah pernyataan menyerang kandang banteng di Provinsi Jawa Tengah, kini kubu Anda Capres Prabowo, terus gencar melakukan psywar atau perang urat syaraf. Perang urat syaraf Anda ini saya baca sebagai bagian dari operasi psikologi untuk mengubah sistem kepercayaan, emosi, motif, pemikiran, dan perilaku kader dan relawan Capres Jokowi. Ini bisa membuat rakyat bingung melihat pernyataan Anda dan Maruf. Pertanyaannya, apaka pernyataan Anda itu bisa mengubah keadaan dengan tujuan lawan Anda kalah pilpres April 2019 nanti. Walahualam. Saya mencatat, bagi Anda berdua, Pilpres 2019 adalah ultimate fighting. Pertempuran final. Siapa kalah, ia akan menyingkir selamanya. Pensiun sebelum waktunya. Maka itu, bulan Desember dan seterusnya, Anda berdua, baik Prabowo maupun Jokowi, akan mengerahkan segala kemampuan yang dimilikinya. Maklum, Ini pertempuran mati hidup bagi Anda berdua. Mengingat setelah Pilpres 2019, tak ada pertempuran berikutnya. Kata kuncinya, menang, atau kalah selamanya. Meski ultimate fighting, semua calon pemilih berharap sisa kampanye Anda berdua bisa dilakukan tetap dengan cara-cara fair. Ini penting agar dalam Pilpres 2019 nanti lahir pemimpin yang benar-benar dikehendaki rakyat. Bukan pemimpin hasil manipulasi dan menipu suara rakyat. Selain untuk memastikan bahwa demokrasi dalam Pilpres 2019, hidup dan terjaga dengan baik di negeri ini. Tidak saja ini akan dilihat oleh dunia, tapi bisa jadi warisan moral bagi generasi dan anak bangsa. Semoga. ([email protected], bersambung)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU