Azrul, Coreng Surabaya

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 31 Okt 2019 01:11 WIB

Azrul, Coreng Surabaya

Persebaya tak Kunjung Berprestasi dan Juara, justru Kerusuhan di GBT Mencoreng Citra Surabaya yang Mempersiapkan jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20. Bonek Tuding Bos Persebaya tak Dengarkan Aspirasi Supporter Alqomar, Fauzan BCH, Farid Akbar, Hendarwanto, Tim Wartawan Surabaya Pagi Perusakan dan pembakaran fasilitas Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya, setelah Persebaya kalah 2-3 dari PSS Sleman pada pekan ke-25 Liga 1 2019, Selasa (29/10) lalu, berbuntut panjang. Presiden Persebaya Azrul Ananda pun menjadi sasaran kritik. Pasalnya, ia dinilai tak mampu membawa klub kebanggaan warga Surabaya ini berprestasi. Justru kerusuhan di Stadion GBT mencoreng citra kota Surabaya, yang tengah mempersiapkan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, 2021 mendatang. -------------- Untuk diketahui, Persebaya Surabaya yang dikelola Azrul Ananda ini Gagal meraih kemenangan dalam enam pertandingan terakhir di Liga 1 2019, usai dikalahkan PSS Sleman. Kekalahan itu membuat Bajul Ijo kalah empat kali dalam enam pertandingan tersebut. Kekalahan dari PSS membuat Persebaya gagal menang dalam lima laga beruntun di kandang sejak 10 Agustus lalu. Kemenangan terakhir di kandang diraih Persebaya saat menaklukkan Persipura Jayapura 1-0. **foto** Hasil buruk di kandang tersebut membuat suporter kecewa. Mereka masuk ke lapangan dan merusak sejumlah fasilitas Stadion GBT. Ada yang bakar-bakar rumput, karpet, papan reklame dan perusakan sejumlah fasilitas stadion Gelora Bung Tomo. Di klasemen sementara Liga 1, Persebaya berada di peringkat sembilan dengan raihan 31 poin hasil tujuh kali menang, sepuluh kali seri dan delapan kali menderita kekalahan. Performa Persebaya saat ini bukannya membaik, tapi malah menurun, karena di 6 laga terakhir ini mengalami 4 kekalahan dan 2 seri. Apalagi terakhir ini kalah di kandang sendiri. Kita merasa terhina, itu yang membuat kekecewaan Bonek (sebutan supporter fanatik Persebaya, red), ungkap Noer Satriwan, Pembina Bonek Edukasi yang ditemui Surabaya Pagi, Rabu (30/10/2019). Menurut dia, kejadian di GBT Selasa (29/10) itu harusnya menjadi teguran keras bagi manajemen Persebaya. Bonek sendiri, lanjutnya, sebenarnya sudah melakukan banyak upaya untuk lebih dekat dengan klub kebanggannya. Kami (Bonek) sudah membuka ruang komunikasi dengan pihak manajemen Persebaya melalui surat terbuka. Kemudian pertemuan di restoran Nur Pacific awal tahun 2019 ini, sama pihak manajemen juga. Kayaknya mereka (manajemen Persebaya, red) tidak bisa menuruti kehendak Bonek. Ini yang menjadi pertanyaan kami, tutur pria yang akrab disapa Cak Wawan ini. Kalau hari ini manajemen hanya sebatas mengganti pelatih, apalagi mengambil pelatih yang tidak profesional, itu akan berdampak buruk bagi Persebaya. Sayangnya Bung Azrul Anada masih belum bisa menuruti kehendak Bonek, lanjut dia. Wawan menegaskan selama lima tahun Bonek demo untuk membangun Persebaya hingga akhirnya bisa berlaga lagi di Liga 1. Selama itu pula, lanjutnya, Bonek juga membeli produk merchandise di Persebaya Store yang harganya ratusan ribu. Kami juga membeli tiket seharga 50 ribu dan kami memadati tribun GBT. Ini tidak murah. Seharusnya dibayar dengan kemenangan, tandas Wawan menyindir Presideb Persebaya Azrul Ananda. Mahmud, Bonek sekaligus owner dari Warkop Satu Nyali juga mengungkapkan hal senada. Yang kami takutkan pertandingan selanjutnya Persebaya kalah lagi dan tidak ada pembenahan. Maka Persebaya bisa masuk zona kuning atau zona degradasi, cetus dia. Ia berharap Manajemen Persebaya di bawah Azrul Ananda bisa membenahi Persebaya menjadi lebih baik. Jika perlu, oknum di manajemen Persebaya yang tidak sevisi diganti. Kami pendukung fanatik Persebaya, kami menginginkan manajemen dan pemain agar melihat kami sebagai supporter, bukan sebagai penonton ataupun sebagaicostumer. Jika manajemen dan pemain melihat kami sebagai penonton dan costumer, selesai sudah. Maka kami pastikan mereka (manajemen dan pemain, red) belum memiliki mentalitas Surabaya dan belum menjiawi atas nama besar Persebaya yang ada di dada, tandas Mahmud. Merusak Citra Surabaya Kritikan juga datang dari anggota DPRD Kota Surabaya. Pemkot Surabaya diminta melaporkan pembakaran GBT ke polisi, siapa di balik pembakaran dan perusakan GBT yang merupakan stadion kebanggan arek-arek Suroboyo. Ini harus diusut tuntas, karena pembakaran dan perusakan stadion jelas perbuatan kriminal, tandas Buchori Imron, anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya, ditemui terpisah di gedung DPRD Kota Surabaya, Rabu (30/10/2019). Menurutnya, jika penegak hukum tidak mengusut tuntas siapa pelaku pembakaran GBT, maka akan menjadi preseden buruk bagi dunia olah raga sepakbola, terutama di Surabaya. Buchori kembali mengatakan, anggaran untuk perbaikan gedung GBT saja hampir Rp100 miliar, dengan rincian Rp30 miliar untuk perbaikan akses jalan menuju GBT, dan Rp30 miliar untuk fasilitas di dalam stadion. Dengan anggaran perbaikan sebesar itu, maka harus diusut tuntas siapa dalang di balik perusakan dan pembakaran di Stadion GBT. Apalagi nanti GBT akan digunakan sebagai ajang Piala Dunia U20, tentu menjadi kebanggaan warga kota Surabaya. Nah kalau dirusak seperti ini, citra Kota Surabaya di mata dunia akan negatif, ungkap politikus PPP ini. Tanggung Jawab Persebaya Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Surabaya, Afghani Wardhana mengungkapkan ada beberapa bagian kerusakan terkait fasilitas yang ada di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya. Meski demikian pihaknya berjanji akan segera melakukan perbaikan atas kerusakan fasilitas tersebut. Memang ada beberapa bagian yang rusak, ada juga yang terbakar, insya Allah nanti kita perbaiki secepatnya, ucap Afghani Wardhana melalui sambungan selularnya, Rabu (30/10) kemarin. **foto** Saat ini, lanjutnya, pihaknya sedang menginventarisi fasilitas yang rusak untuk segera diperbaiki. Seperti lintasan lari, jaring gawang, papan score, dan beberapa kerusakan lainnya. Kami masih belum bisa menghitung total kerugiannya. Dikarenakan masih diinventarisir perlengkapan yang rusak.Insya Allah dalam waktu singkat kami perbaiki, tegasnya. Meski siap membenahi, Afghani menyebutkan ada klausul dalam perjanjian penggunaan fasilitas dengan pengguna. Bila terjadi kerusakan fasilitas yang bertanggung jawab adalah panitia pelaksana dalam hal ini Persebaya. "Sesuai klausul dalam perjanjian penggunaan fasilitas olahraga, yang memperbaiki kerusakan yang terjadi, dalam hal ini adalah pemakai atau pemohon. Yakni Persebaya," ujarnya. Dia mengatakan, sesuai klausul itu, pembenahan atas kerusakan yang terjadi akibat penyelenggaraan event olahraga, panitia pelaksana bertanggung jawab atas 100 persen pembenahannya. "Ya, tentu saja begitu dan akan kami minta pertanggungjawaban 100 persen. Dan insya Allah kami pun bisa meng-cover semuanya," tandas Aghani. Terancam Diusir Pasca kejadian perusakan dan pembakaran di dalam Stadion GBT, Pemkot Surabaya tak bisa menjamin Persebaya bisa tampil lagi di GBT. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya, Eri Cahyadi mengatakan GBT memang tidak boleh digunakan sama sekali selama renovasi untuk persiapan Piala Dunia U-20. Namun, jika Piala Dunia sudah berakhir, ia menyebut tidak tahu apakah Persebaya Surabaya bisa tampil lagi di GBT. "Kalau sudah berakhir?Embuh. Bayangkan kalau (GBT) sudah single seat, rumput bagus, dibakar semua. Tapi semoga kalau menang nggak gitu. Kemarin hanya kecewa saja," tutur Eri, Rabu (30/10) kemarin. Menurutnya, masalah Persebaya bakal bertanding di mana bukanlah urusan pemkot, melainkan urusan penyewa. "Jangan tanya kami, itu urusan penyewa. Yang jelas GBT bakal ditutup selama renovasi. Penyewa harus cari lapangan gantinya," katanya. Wolfgang Pikal Mundur Wolfgang Pikal menyatakan mundur dari jabatannya sebagai pelatih kepala Persebaya Surabaya, menyusul rentetan hasil negatif dan jeblok timnya dalam beberapa pertandingan terakhir. "Hari ini, 30 Oktober 2019, saya mundur sebagai pelatih kepala," ujar Wolfgang Pikal melakui media sosial resmi klub di instagam @officialpersebaya yang diunggah pada Rabu sore (30/10). Pelatih berkebangsaan Austria itu berterima kasih kepada tim, manajemen dan pemain yang selama ini telah bersama berjuang demi kemajuan Persebaya. Wolfgang Pikal juga menyampaikan bahwa situasi di tim merupakan tanggung jawab dan risiko sebagai pelatih kepala. "Klub dan manajemen di sini sangat luar biasa dan all the best untuk masa depan Persebaya," kata mantan asisten pelatih Alfred Riedl di Timnas Indonesia tersebut dan tercatat pernah membawa timnas dua kali sebagai runner up Piala AFF pada 2010 dan 2016. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU