Awas 2 Juni ada Gelombang Angin Serang Surabaya

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 29 Mei 2020 20:38 WIB

Awas 2 Juni ada Gelombang Angin Serang Surabaya

i

Hujan deras yang mengguyur kawasan tersebut mulai siang hingga sore dengan intensitas tinggi mengakibatkan sejumlah perkampungan terkena banjir dengan ketinggian 30 - 50 centimeter. Foto-foto: SP/Patrik Cahyo

 

SURABAYA PAGI, Surabaya- Surabaya sedang menghadapi dua bencana yang bersamaan hingga akhir Mei 2020 menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Surabaya yang ke-727. Diawali penyebaran virus Corona (Covid-19), yang hingga Jumat (29/5/2020) kemarin, Surabaya menjadi kota paling tinggi di Indonesia dan Jawa Timur, dengan 2.394 kasus positif. Kemudian akhir pekan ini, Surabaya terkena dampak buruknya gelombang Equatorial Rossby yang dapat menimbulkan banjir, longsor serta angin kencang dan pohon tumbang. Untuk bencana alam yang terbaru ini, dampak Equatorial Rossby, diprediksi bakal terjadi hingga 2 Juni 2020 mendatang.

Baca Juga: Imigrasi I Surabaya Berhasil Terbitkan Hampir 10 Ribu Paspor

 

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi banjir dan longsor berpotensi terjadi akibat gelombang itu. "Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti genangan, jalan licin, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang dan petir," sebut BMKG Kelas 1 Sidoarjo, dalam siaran persnya yang diterima Surabaya Pagi, Jumat (29/5/2020).

BMKG menjelaskan bahwa gelombang Equatorial Rossby membuat awan konvektif yang dapat menimbulkan hujan lebat disertai angin kencang dan petir. Oleh karena itu, berpotensi mengakibatkan banjir, tanah longsor serta pohohn tumbang.

Sejauh ini, hujan lebat sudah terjadi di Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Gresik, Pamekasan, Jombang serta beberapa daerah lainnya.

Bahkan sejumlah wilayah di Surabaya dan Sidoarjo sudah terendam banjir akibat hujan deras pada Kamis kemarin (28/5/2020) lalu. Tidak hanya ruas jalan, tetapi air juga merendam wilayah permukiman. "Kondisi peningkatan curah hujan ini diprakirakan terjadi hingga tanggal 2 Juni 2020," mengutip siaran pers BMKG.

 

Kena Sirkulasi Eddy

Bahkan, sebelumnya, Kasi Data dan Informasi BMKG Klas I Juanda Teguh Tri Susanto menjelaskan, cuaca di Surabaya, sudah muncul adanya Sirkulasi Eddy sejak Rabu malam. Sirkulasi Eddy merupakan sirkulasi di atmosfer berupa pusaran angin dengan durasi harian. Daerah yang mengalami Sirkulasi Eddy akan cukup sering diguyur hujan.

"Sirkulasi Eddy ini tak hanya mengakibatkan hujan di Surabaya, tetapi hampir seluruh wilayah di Pulau Jawa bahkan di Pulau Sumatera," kata Teguh.

Selain itu, ada faktor lain yang memicu hujan di wilayah Jawa Timur, yaitu MJO atau Madden Julian Oscillation. MJO merupakan pergerakan massa udara dari barat ke timur di sekitar ekuator yang menyebabkan peningkatan potensi pembentukan awan hujan. Jika MJO aktif dan melintas, potensi hujan sedang hingga ekstrem akan meningkat.

Ada pula pola palung tekanan rendah di selatan Jawa yang tekanan atmosfernya relatif rendah. Sebagian palung membawa awan hujan dan pergantian angin. "Di tambah lagi ditemukan adanya anomali positif SST atau sea surface temperature yang berkaitan dengan suhu ketinggian atau kedalaman tertentu dari permukaan laut," tutur dia.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Usulkan SERR ke Pusat

 

Banjir Semalam Suntuk

Hujan deras sendiri sudah terpantau di Surabaya sejak Kamis (28/5/2020) malam. Bahkan, sejak Kamis, huja mengguyur kota Surabaya hampir sehari penuh dengan intensitas penuh. Hingga pukul 22.28 WIB, hujan masih mengguyur beberapa kawasan di Surabaya, salah satunya Kecamatan Tegalsari.  Sejumlah ruas jalan tergenang, di antaranya Rungkut, Gununganyar, Ketintang, Semolowaru, Nginden.

Salah satu rumah warga yang terdampak banjir adalah kediaman Shierine di Perumahan Nginden Intan, Sukolilo, Surabaya. "Cuma sampai ruang tamu, tapi kalau berdiri di jalan depan rumah, pukul 20.30-21.00 malam tadi tingginya sepaha orang dewasa. Mobil sudah tidak bisa melintas," kata Shierine, Kamis malam.

Sebelumnya, saat Surabaya diguyur hujan deras, kediaman Shierine juga pernah terendam banjir. Namun, tidak pernah sampai separah ini. "(Kalau hujan deras pernah) banjir, tapi enggak separah ini. Biasanya mobil masih bisa lewat. Kan jalanan rumah saya itu miring ya, saya yang bagian lebih rendahnya," ujar dia.

 

Kurang Ada Evaluasi Berkala

Baca Juga: Tingkatkan Kepuasan Masyarakat, Satpas SIM Colombo Gaungkan Pelayanan Prima dan Transparansi

Sementara, hujan yang mengguyur kota Surabaya, sejak Kamis yang mengakibatkan banjir di beberapa wilayah Surabaya, disoroti anggota DPRD kota Surabaya. Menurut anggota DPRD kota Surabaya, adanya banjir di Surabaya, imbas pembangunan infrastruktur yang oleh Pemerintah Kota Surabaya, tidak dilakukan evaluasi dan perawatan intensif dan berkelanjutan.

"Kesuksesan indek pembangunan infrastruktur yang disampaikan ibu walikota  saat penyampaian LKPJ  sangat berdampak pada perkembangan usaha dan peningkatan PAD.  Namun dampak pada kenyamanan masyarakat masih sangat harus dievaluasi.  Banjir adalah parameter kurang suksesnya pemkot dalam mengendalikan dan mengatasi banjir di Surabaya. Harusnya dalam penanganan yg holistik dan berkesinambungan, banjir bisa dihitung kapan akan teratasi," jelas Aning Rahmawati, wakil Ketua Komisi C DPRD kota Surabaya, kepada Surabaya Pagi, Jumat (29/5/2020).

Normalisasi dan naturalisasi Saluran drainase,  menurutnya menjadi salah satu kunci pengendalian banjir. "Banyak saluran di permukiman maupun jalur utama yang macet alias penuh sampah.  Jika normalisasi dengan pengerukan ini intensif dilakukan sebagaimana intensifnya penanganan taman,  maka saluran di Surabaya akan terjaga dan banjir akan minimalis" tuturnya

Aning juga menyampaikan, bila perlu  dipikirkan secara mendalam untuk segera membuat konsep Peraturan Daerah terkait dengan banjir di Kota Surabaya.

"Hal lain yang tak kalah penting adalah Surabaya belum punya perda penanggulangan banjir, sehingga aturan yang  mengena pada kontraktor, pengembang,  pemilik usaha dan warga belum bisa mengendalikan dan mengantisipasi banjir.  Salah satu yang paling sepele adalah Benchmark (BM), sebagai titik kendali,  titik kontrol yg harusnya ada di titik-titik strategis pembangunan,  ternyata sering tidak ada.  Perlu dipikirkan secara mendalam untuk segera dikonsep perda banjir" pungkasnya. byt/tyn/pat

 

Editor : Aril Darullah

BERITA TERBARU