Home / Hukum & Pengadilan : Testimoni Jurnalis Senior Pemkot Surabaya Tentang

Awalnya Pemborong di YKP, Kini Diduga Malah Kuasai Aset YKP

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 21 Jun 2019 08:39 WIB

Awalnya Pemborong di YKP, Kini Diduga Malah Kuasai Aset YKP

SURABAYAPAGI.com - Mentik Budiwiyono saat ini diketahui duduk sebagai Direktur PT YEKAPE. Namun tidak banyak tahu, Mentik merupakan politisi kesohor di Jawa Timur, khususnya di Surabaya pada masa lampau. Darmantoko, jurnalis senior Kota Surabaya sekaligus ketua Forum Penabung Beli Rumah YKP, menceritakan bagaimana sepak terjang Mentik. Dulu, kisah Cak Dar--begitulah Darmantoko akrab disapa, Mentik Budiwiyono termasuk salah satu orang tidak mampu di Kota Pahlawan. Bahkan, sehari-hari Mentik dan istrinya berjualan di toko kelontong kecil milik mereka di Jalan Kecilung. Namun, karena aktif di organisasi pergerakan, Mentik sukses merintis karir politiknya hingga menjadi anggota DPRD Kota Surabaya sampai tiga periode. "Sejak SMP, Mentik aktif di GSNI (Gerakan Siswa Nasional Indonesia," tutur Cak Dar kepada Surabaya Pagi di Gedung PWI Jatim, Selasa (18/6/2019). "GSNI ini merupakan organsasi beraliran nasionalis yang berlandaskan Marhaenisme ala Bung Karno." Selain aktif di GSNI, Mentik belia juga aktif di Panti Marhaen (dulu di Jalan Panglima Sudirman). Di tempat yang terakhir disebut inilah idealisme nasionalis Mentik ditempa. Lama setelah itu, tutur Cak Dar, Mentik bekerja sebagai pemborong gali urug YKP. Namun, pendapatan dari hasil borongan gali urug ketika itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut Cak Dar, keuntungan pemborong pada masa lampau tidak banyak seperti sekarang. "Kalau uang habis, ya melarat lagi," papar Cak Dar. Karena aktif di jalur pergerakan, pada tahun 1980-an Mentik akhirnya berlabuh ke PDI, hingga terpilih menjadi anggota DPRD tiga periode berturut-turut yakni 1985-1992, 1992-1997, 1997-1999. Menurut Cak Dar, seperti politisi pada umumnya ketika itu, harta kekayaan Mentik meningkat drastis. Politik, sambung Cak Dar, sarat akan kepentingan yang bisa membuat orang idealis menjadi salah jalan. Namun, Cak Dar enggan merinci bagaimana Mentik memperoleh kekayaannya. Pada tahun 2003, kisah Cak Dar, Mentik mendirikan Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) di Ngagel. Sebelumnya, PPDI ini bernama Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Pada tahun 1990-an, PDI terbelah menjadi dua kubu yaitu PDI Soerjadi dan PDI Megawati dengan PDI Perjuangannya. Karena tidak lolos electoral threshold pada Pemilu 1999, PDI akhirnya mengganti nama menjadi PPDI pada tahun 2003 untuk mengikuti Pemilu 2004. "Saya ikut datang waktu pendirian PPDI di Ngagel," tutur Cak Dar. Dari penuturan Cak Dar, kabar yang berhembus ketika tahun pendirian PPDI itu, Mentik diduga mendanai pendirian dan kongres dari dana YKP. "Kasak-kusuknya begitu," tukas Cak Dar. "Kalau dalam dunia politik, kasak-kusuk itu biasanya benar." Untuk diketahui, berubahnya AD/ART YKP-KMS menjadi YKP-KS adalah pada tanggal 18 September 2002. Oleh sebab itu, sambung Cak Dar, Mentik yang ketika itu masuk menjadi anggota dewan pengurus YKP-KS, patut diduga menggunakan dana yayasan untuk mendirikan partai. PPDI sendiri sukses meloloskan wakil nya di DPRD tingkat provinsi dan kabupaten/kota pada pemilu edisi 2004 dan 2009. Namun pada Pemilu 2014, PPDI tidak lolos verifikasi administrasi KPU. Akhirnya, PPDI menyatakan bergabung ke Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Sejak itu, Cak Dar tidak terlalu mengikuti kiprah Mentik dalam dunia politik. Bahkan sampai kini, Cak Dar mengaku tidak tahu di mana rumah Mentik sekarang. Coba cari di Medokan Ayu MA III, tanya saja ke kantor Kelurahan Medokan Ayu, tahu semua (Mentik). Saat ini dia sangat kaya sekali, beber Cak Dar. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU