Atasi Perang Dagang, China Menempuh Reformasi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 29 Apr 2019 11:45 WIB

Atasi Perang Dagang, China Menempuh Reformasi

SURABAYAPAGI.com - Pemerintah China tengah gencar untuk melakukan reformasi secara besar-besaran di negaranya. Presiden Cina Xi Jinping berbicara kepada sekitar 40 pemimpin dunia di forum Belt and Road di Beijing menyampaikan pidatonya yang ditunjukkan kepada kepala negara yang tidak hadir yaitu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Menurut Xi Jinping, China berjanji melakukan reformasi dari mengatasi masalah subsidi negara, kemudian melindungi hak kekayaan intelektual, mengizinkan investasi asing di lebih banyak sektor dan menghindari devaluasi kompetitif terhadap yuan. Selanjutnya masalah perdagangan antara Beijing dan AS. Pihaknya akan membangun sistem perdagangan internasional yang mengikat serta mempunyai standardisasi di semua tingkat pemerintah baik dalam hal lisensi administrasi dan regulasi pasar. Kami juga akan menghilangkan aturan yang tidak tepat, serta penyediaan subsidi dan praktik bisnis yang menghambat persaingan yang adil dan mendistori pasar, kata Xi, Minggu (28/4). Janji-janji Xi telah digemakan oleh para pejabat selama beberapa bulan terakhir dan China telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi kekhawatiran AS, termasuk mengesahkan undang-undang investasi asing baru yang melarang transfer teknologi secara paksa. Negosiasi perdagangan ini dipimpin oleh perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer yang akan kembali ke Beijing minggu depan karena Trump dan Xi akan bertemu untuk menandatangani kesepakatan. Pertemuan ini tampaknya menawarkan konsesi yang kemungkinan besar dibuat oleh China sebagai kesepakatan perdagangan antara AS-China dan hal ini akan segera terjadi, kata Tom Rafferty, manajer regional Economist Intelligence Unit untuk China. Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan AS dan China telah menyetujui kesepakatan mengenai aturan mata uang dalam perjanjian perdagangan keduanya. Dalam hal ini, Amerika Serikat meminta China untuk menjaga nilai yuan agar tetap stabil sebagai cara menyelesaikan perang tarif dengan AS. Xi menegaskan China tidak akan terlibat dalam depresiasi mata uang yang merugikan negara lain dan akan dijaga pada tingkat keseimbangan yang wajar serta secara aktif menetapkan nilai tukar. Fiona Lim, analis mata uang senior di Malayan Banking Bhd di Singapura menjelaskan kedua negara hampir mendekati kesepakatan yang mencakup pakta mata uang. Investor juga kemungkinan menghindari devaluasi kompetitif dan nilai yuan yang lebih kuat. Sekitar 5.000 peserta dari seluruh dunia menghadiri pidato Xi, yang juga berfokus pada upaya untuk membereskan program infrastruktur luas yang dimulai pada 2013 untuk membangun kembali rute perdagangan kuno di seluruh Eurasia.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU