Asbes Putih Layaknya Tembakau Di Indonesia

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 07 Nov 2019 13:52 WIB

Asbes Putih Layaknya Tembakau Di Indonesia

SURABAYAPAGI.COM, -Penggunaan asbes di Indonesia terbilang sangat massif. Padahal penggunaan bahan bangunan asbes telah terbukti mematikan. Bahkan negara Australia sudah lama melarang penggunaan bahan bangunan asbes. Tapi di Indonesia, hal itu masih terus berlangsung dalam skala besar seakan tidak menyadari bahaya yang bisa ditimbulkannya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebenarnya telah memperingatkan epidemi penyakit-penyakit terkait asbes di negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Tapi sejalan dengan semakin banyaknya negara yang melarang asbes, kelompok lobi industri ini justru semakin meningkatkan promosi penggunaan asbes di Indonesia dan Asia Tenggara. Kelompok lobi bernama Chrysotile Information Centre (CIC) dan berbasis di Bangkok itu mengklaim bahwachrysotile - umumnya dikenal sebagai asbes putih - larut di paru-paru setelah 14 hari. Menurut mereka, hal itu tak berbahaya. Diketahui asbes putih ini merupakan karsinogen yang dapat menyebabkan berbagai kanker termasukmesothelioma dan penyakit lainnya. Indonesia umumnya memperlakukan asbes ini seperti tembakau: dapat menyebabkan kanker tetapi tidak dilarang. Yang membedakan, orang merokok adalah pilihan pribadi. Tapi ribuan orang termasuk pekerja di 27 pabrik asbes di Indonesia, tidak menyadari bahaya bahan bangunan ini. Salah satu korban asbes bernama Sriyono, 46 tahun, kini menjadi gambaran dari ledakan korban asbes. Bekerja selama 25 tahun di pabrik asbes, Sriyono kini malah menderita kanker paru-paru stadium akhir. Dia tak bisa lagi bekerja karena penyakitnya itu. Penyakit kankernya telah menggerogoti berat badan dan kekuatan tubuhnya. Beratnya kini hanya 37 kilogram, kurus, tinggal tulang-belulang. "Dadaku terasa sangat sesak. Saya tak bisa bernapas dengan baik. Ketika saya mencoba melakukan sesuatu, saya gampang lelah," katanya. Sriyono adalah satu-satunya orang Indonesia yang menerima kompensasi untuk penyakit yang berhubungan dengan asbes. Tetapi baginya, gantirugi sekitar Rp 70 juta rupiah itu bukannya menghibur. "Saya begitu sangat marah," ujarnya kepada ABC. "Sampai berhenti kerja, perusahaan tidak peduli. Mereka tak menunjukkan belas kasihan, tidak ada perhatian. Tak ada peralatan keselamatan kerja. Tidak memenuhi standar," tambah Sriyono. Beralih dari kisah sriyono, Menurut data, sekitar 115.000 ton chrysotile digunakan setiap tahun, kebanyakan untuk memproduksi atap karena tahan api dan kuat. Sejauh ini, hambatan terbesar untuk pelarangan asbes di Indonesia adalah kuatnya lobi industri ini. Mereka aktif mendorong untuk memperluas pasarnya di sini. Lebih dari 75 persen dari total penggunaan asbes di dunia sekarang di berada Asia.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU