Apa Yang Menyebabkan Warga Iran Kibarkan Bendera Merah?

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 07 Jan 2020 13:19 WIB

Apa Yang Menyebabkan Warga Iran Kibarkan Bendera Merah?

SURABAYAPAGI.COM,- Pemimpin Revolusi Islam di Iran Imam Sayyed Ali Khamenei berjanji pada hari Jumat untuk balas dendam atas kematian Soleimani yang ia sebut sebagai ikon perlawanan seluruh dunia. Pejabat Iran lainnya termasuk Presiden Hassan Rouhani menekankan bahwa Republik Islam Iran akan membalas dendam atas komandan tertinggi dan para martir lainnya. Pada Jumat, 3 Januari 2020, Jenderal Iran Qasem Soleimani tewas di Baghdad dalam serangan udara Amerika Serikat. Iran pun merespons kejadian tersebut dengan mengibarkan bendera merah di atas Masjid Jamkaran, di Kota Suci Syiah Qom, Iran. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Iran, sebuah bendera merah dikibarkan di atas Kubah Suci Masjid Jamkaran yang melambangkan pertempuran hebat yang akan datang. Menurut tradisi Syiah, bendera merah melambangkan balas dendam berdarah. "Mereka yang ingin membalas darah Hussein," bunyi bendera perang tersebut. Pengibaran bendera tersebut disiarkan secara langsung atau live di stasiun-stasiun televisi. Ini merupakan pertama kali sepanjang sejarah, bendera merah dikibarkan di atas Masjid Jamkaran. Lantas, apa arti dari pengibaran bendera merah di Iran?. Melansir dari The Times of India, bendera merah Iran ini berarti panggilan untuk melakukan pembalasan terhadap kematian Soleimani yang tewas karena serangan Amerika Serikat di Baghdad. Bendera merah dalam tradisi Syiah melambangkan darah yang tumpah secara tidak adil dan sebagai panggilan untuk membalas seseorang yang terbunuh. Bendera merah, konon dikibarkan di tempat suci Imam Hussain di Karbala setelah kematiannya dalam Pertempuran Karbala (680 M). Bendera tersebut belum diturunkan sampai sekarang. Sejalan dengan tradisi Syiah, bendera itu hanya akan diturunkan begitu kematian Imam Hussain dibalas. Sementara saat ini, pengibaran bendera merah menggarisbawahi keseriusan seruan Iran untuk membalas kematian Kepala Pasukan Elit Quds, Qasem Soleimani. Pada Jumat, 3 Januari 2020, serangkaian roket diluncurkan di Baghdad. Roket-roket tersebut jatuh di dekat zona hijau yang menampung kantor-kantor pemerintah dan kedutaan asing, termasuk kedutaan besar AS. Serangan udara di bandara utama Baghdad telah menyebabkan ketegangan antara Iran dengan Amerika Serikat meningkat dan memunculkan kekhawatiran akan terjadinya perang. Presiden Amerika Serikat Donald Trump dilaporkan menyetujui Soleimani adanya serangan tersebut. Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan, Soleimani merencanakan serangkaian serangan yang akan membahayakan pasukan dan diplomat Amerika di Timur Tengah. Menurut Trump serangan terhadap Jenderal Qassem Soleimani seharusnya sudah dilakukan sejak lama oleh presiden sebelum dia. "Kami mengambil tindakan tadi malam untuk menghentikan perang. Kami tidak mengambil tindakan untuk memulai perang," kata Trump. Kemarahan tak terbendung Iran muncul karena sosok Soleimani bukan sekadar komandan militer biasa. Dia adalah pahlawan nasional dan orang berpengaruh kedua di Iran setelah pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khameini. Dia adalah tangan kanan Khameini untuk operasi Iran di luar negeri, menyebarkan pengaruh ke organ proksi Iran, dan mengatur perundingan di negara tetangga. Mereka yang berkabung meneriakkan kata-kata Amerika Mati, Israel Mati. dan tuntutan untuk membalas kematian kedua pemimpin itu. "Ini serangan yang sangat menyakitkan, tapi itu tidak mengguncang kami," kata Mohammed Fadl, seorang warga yang ikut berkabung dengan mengenakan pakaian hitam. Mereka mengibarkan bendera merah sebagai simbol balas dendam. Pemerintah di Inggris dan Perancis sudah memerintahkan warganya untuk menghindari perjalanan ke Irak dan Iran. Sementara itu, Iran mempunyai peran penting dalam perekonomian global. Sebanyak 30 persen minyak dunia diperdagangkan melalui Selat Hormuz, selat yang memisahkan antara Iran dengan Uni Emirat Arab.

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU