ANALISIS POLITIK

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 31 Jul 2019 06:17 WIB

ANALISIS POLITIK

Ahok Kejutan, tapi Tak Laku di Surabaya Pengamat Politik asal Universitas Trunojoyo Madura, Surokhim Abdussalam menilai peluang Basuki Thajaja Purnama atau yang biasa disapa Ahok maju sebagai cawali Surabaya sangat kecil, walau bakal menciptakan kejutan. Sejak Ahok bebas setelah menjalani masa hukuman karena divonis bersalah dalam kasus penistaan agama, kelanjutan karir politiknya menjadi tanda tanya. Meskipun saat ini telah mengantongi kartu tanda anggota (KTA) PDIP, namun hingga saat ini Ahok belum mendapatkan jabatan politik. Sejauh ini, sambung Surokhim, bacawali Surabaya yang beredar merupakan kombinasi kader partai dan birokrat. Mereka diprediksi punya peluang lebih besar untuk maju sebagai cawali Surabaya. Sementara untuk calon dari luar Surabaya, termasuk Ahok, bakal punya kendala psikologis terkait dengan kultur masyarakat Surabaya. "Kendati begitu, semua masih mungkin jika itu sifatnya penugasan dari DPP PDIP. Menurut saya, Ahok dari sisi kelugasannya, blak-blakannya, mendekati tipikal masyarakat Surabaya," cetus Surokhim kepada Surabaya Pagi, Selasa (30/7/2019). Namun demikian, modal karakter dinilai tidak cukup lantaran terdapat prasyarat kultural yang juga akan sulit dipenuhi Ahok untuk bisa meraih dukungan pemilih tradisional Surabaya yang jumlahnya relatif besar. Menurut Surokhim, pemilih tradisional ini masih dalam masa transisi menjadi pemilih rasional. "Pertimbangan-pertimbangan kultural dan identitas tradisional masih tetap dijadikan preferensi. Ahok yang fenomenal di Jakarta belum tentu bisa cetar membahana di Surabaya," tutur Surokhim yang juga peneliti politik Surabaya Survey Center (SSC). Selain itu, PDIP sendiri selalu mempertimbangkan kekuatan tradisional seperti PKB dan NU di Surabaya. Oleh sebab itu, DPP PDIP bakal berhitung dengan cermat karena mereka adalah partai pemenang di Surabaya yang tak ingin kalah dalam perhelatan Pilwali mendatang. "Bahkan ada kecenderungan memilih calon yang elektabilitasnya benar-benar aman untuk mengamankan misi wajib menang itu. Saya pikir itu beberapa alasan yang membuat peluang Ahok kecil ikut kontes di Pilwali Surabaya," papar Surokhim. Sementara untuk Jamhadi, bacawali Surabaya lainnya, Surokhim menilai peluang ketua Kadin Surabaya ini masih tidak sekuat kader organik dan birokrat walau mengantongi dukungan dari petinggi partai. Tetapi, Jamhadi tetap berpotensi menjadi kuda hitam. Bila benar serius, maka Jamhadi harus memoles diri lebih gencar agar elektabilitasnya bisa terpantau dan naik signifikan. Pasalnya, elektabilitas Jamhadi sejauh ini masih rendah. "Saya melihat Pak Jamhadi potensial jadi kuda hitam karena punya koneksi yang baik dengan faksi Pak BDH (Ketua Bappilu PDIP Bambang DH) yang bisa memberi pandangan pada Bu Mega secara langsung," urai Surokhim. "Namun semua yang akan menentukan pada akhirnya Bu Mega. Siapa dan jalur mana yang bisa meyakinkan Bu Mega. Selain itu peluanh masing-masing calon akan sangat bergantung pada momentum dan situasi termutakhir," pungkasnya. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU