Home / Hukum & Pengadilan : Sehari Jelang Pertemuan SBY dan Prabowo

Anak Buah Prabowo Hina AHY

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 24 Jul 2018 08:53 WIB

Anak Buah Prabowo Hina AHY

Sehari menjelang pertemuan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), diwarnai kejadian tak mengenakkan. Pasalnya, Waketum Partai Gerindra Arief Poyuono menyerang Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan sebutan anak boncel atau anak kecil. Pernyataan Poyuono ini sebagai respon atas isu duet Prabowo- AHY di Pilpres 2019. Meski Prabowo sudah menegur, Arief Poyuono menolak meminta maaf ke Partai Demokrat. Akankah kejadian itu berpengaruh pada pertemuan Prabowo-SBY yang dijadwalkan hari ini, Selasa (24/7/2018)? Kini, upaya Prabowo membangun koalisi dengan Demokrat dibayang-bayangi kegagalan. Apalagi, suara Demokrat di daerah-daerah ada yang lebih condong mendukung Jokowi di Pilpres 2019. Ditambah lagi dengan aksi Poyuono. --------------- Laporan : Tedja Sumantri Jaka Sutrisna -------------- Arief Poyuono mengkritik keras Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), karena dianggap belum pantas mendampingi Prabowo Subianto di Pilpres 2019. Arief menilai, AHY dipandang belum punya pengalaman di pemerintahan dan disebut hanya tentara biasa. Prabowo pun marah dan menegur Arief Poyuono, karena dianggap menghina putra Presiden ke-6 SBY. Wakil Ketua Umum Gerindra, Sugiono membenarkan hal tersebut. Bahkan sudah ada surat teguran dari Prabowo untuk Arief. "Benar, (suratnya) tadi pagi. Selain surat, juga dibuat copy elektroniknya untuk dikirim kepada Mas Arief Poyuono," ungkap Sugiono, Senin (23/7/2018). Dia menegaskan, pernyataan yang disampaikan Arief kepada AHY sangat tidak pantas. Karena harusnya menghargai siapapun. Dalam surat teguran itu, Prabowo menilai pernyataan Poyuono telah melampaui kewenangan. Padahal, kata Prabowo, Gerindra sedang menjajaki peluang berkoalisi dengan Partai Demokrat. "Saudara Arief Poyuono, saya sangat menyesal mendengar Anda membuat komentar tentang rencana kita berkoalisi dengan Partai Demokrat. Pernyataan tersebut di luar wewenang Anda dan sangat tidak memiliki dasar," sebut Prabowo. Prabowo menekankan pernyataan politik sepenuhnya ada di tangan dia dan orang-orang suruhannya. Poyuono diminta meminta maaf kepada AHY dan Demokrat. "Ini merupakan teguran, saya berharap Anda dapat membuat statement keterangan pers untuk mencabut pernyataan Anda dan juga menyampaikan permohonan maaf kepada Partai Demokrat," ungkapnya. Tolak Minta Maaf Meski ditegur, Arief Poyuono menolak meminta maaf karena menyebut AHY anak boncel, lantaran tak punya pengalaman di bidang politik. Ia pun mengungkapkan sejumlah alas an. "Saya menyebut dia (SHY) itu anak boncel, nggak punya pengalaman. Konteksnya kan ada pertanyaan mengenai Prabowo dipasangkan dengan AHY. Saya bilang, sangat tidak mungkin kalau militer sama militer. Kedua, AHY itu kan belum punya pengalaman, masih boncel dalam politik," ungkap Arief. Arief menuturkan kritik semacam itu diperlukan AHY. Sebab, AHY masih perlu ditempa agar tumbuh menjadi pemimpin besar. "Sekarang kan gini, AHY itu harus dihina dan dikuatkan kalau dia ingin jadi seorang pemimpin besar. Dan AHY ini memang punya potensi pemimpin besar. Sekolahnya tinggi, lulusan ABRI. Tapi kan politik nggak bisa gitu. AHY ini harus ditempa, dikritik harus kuat," tuturnya. Arief pun menyatakan enggan mengeluarkan permintaan maaf atas ucapannya itu. Menurut dia, apa yang dilakukannya adalah hal yang benar. Saya nggak mau minta maaflah. Nggaklah. Ngapain? Wong tujuan saya bener kok supaya AHY jadi kuat. Kan yang ngomong bukan saya aja. Banyak yang ngomong AHY seperti itu. Nah AHY harus buktikan," tambahnya. Sebenarnya, lanjut dia, AHY pantas dipasangkan dengan mantan Danjen Kopassus. Tapi, kata dia, AHY harus diuji terlebih dahulu sebelum memimpin Indonesia. Contohnya saja Jokowi ketika dikritik keras sebelum menjadi Presiden. "Contohnya dulu Jokowi dihina kan sama JK. Nah jadi presiden. Ini AHY saya hina nanti jadi presiden kayak dulu Jokowi jadi presiden saya hina," tandas Arief. Sementara itu, Ketua DPP Demokrat Jansen Sitindaon menyebut sikap Poyuono memang berbeda dengan sang ketum, Prabowo Subianto. Dia heran bukan kepalang terhadap Poyuono. "Pak Prabowo sendiri sudah menyatakan melirik AHY untuk mendekatkannya dengan pemilih muda dan milenial, pemilih mayoritas di Pemilu 2019 besok. Ini anak buahnya malah menyangkal dan kepala batu. Kalau di tentara, sudah desersi Poyuono ini," tegas Jansen. Demokrat Siapkan Opsi Meski diserang anak buah Prabowo, SBY siap menerima kedatangan Prabowo Subianto di kediamannya, Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, hari ini (24/7). Demokrat menyebut sudah menyiapkan garis-garis besar pertemuan itu. "Semua sudah kami siapkan, salah satunya tentu persiapan hal-hal yang garis besar," kata Sekjen Partai Demorat Hinca Pandjaitan di kompleks parlemen, Senayan, Senin (23/7) kemarin. "Pak SBY kalau bertemu dengan mitranya selalu ada kerangka, cara berpikirnya. Jadi banyak hal yang disiapkan dan mudah-mudahan hari ini cukup dan besok kami sudah bisa siap menerima 08 (Prabowo)," imbuhnya. Hinca mengatakan pertemuan akan membahas semua kemungkinan koalisi Pilpres 2019. "Yang pasti memang mereka akan berbicara apa yang harus dilakukan antara tanggal 4-10 Agustus. Yaitu berkenaan dengan pencalonan capres dan cawapres. Tetapi sama sekali belum ada kesepakatan apa pun, sehingga itulah pertemuan untuk memperbincangkan itu dan semuanya masih terbuka opsi," jelas Hinca. Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad, dalam pertemuan itu mereka akan mematangkan koalisi Pilpres 2019. "Itu bisa saja terjadi (pematangan koalisi) namanya politik dinamis, apapun bisa terjadi dari mulai hubungan silaturahmi sampai koalisi," kata Dasco di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (23/7). Dasco menuturkan, pertemuan dua petinggi partai ini juga akan dinamis. Namun kata dia, yang terpenting adalah penjajakan koalisi. Dasco yakin PKS dan PAN akan menerima Demokrat dalam koalisi karena tidak ada aturan yang dilanggar antara PKS dengan Gerindra. Survei Cawapres Lembaga Media Survei Nasional (Median) mengumumkan hasil surveinya yang mengukur elektabilitas para tokoh yang berpotensi menjadi calon wakil presiden (cawapres) pendamping Joko Widodo pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019. Direktur Riset Median, Sudarto mengungkapkan, nama Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT) masuk dalam tiga besar tokoh yang berpotensi mendampingi Jokowi dengan persentase 42,3%. "Jokowi-Hary Tanoe 42,3%, Jokowi-Cak Imin, 42,6 %, Jokowi-AHY 42,4 %, Jokowi-Wiranto 39,4%. Jokowi-Puan Maharani 38,6 %," kata Sudarto membacakan hasil survei Median, di Cikini, Jakarta, Senin (23/7/2018). Sudarto menjelaskan, alasan meningkatnya elektabilitas HT karena Perindo dikenal sebagai parpol yang dermawan di kalangan masyarakat lantaran kerap menggelar kegiatan bakti sosial. "Itulah yang membuat figur Hary Tanoe tampaknya sudah menjadi magnet elektoral untuk Perindo," ucapnya. Populasi survei ini adalah 1.200 responden yang memiliki hak pilih pada Pilpres 2019. Adapun margin of error sebesar +/- 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU