Aksi Demonstrasi Penggerak Islam dan Ulama Terhadap Dubes India

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 13 Mar 2020 15:57 WIB

Aksi Demonstrasi Penggerak Islam dan Ulama Terhadap Dubes India

SURABAYAPAGI.com, Jakarta - Massa aksi demonstrasi tumpah ruah memadati jalanan sekitar Kedutaan Besar India, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan Jakarta Selatan, Jumat (13/3). Massa yang berasal dari Front Pembela Islam (FPI), Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF Ulama) dan Persaudaraan Alumni (PA) 212 itu mengecam Dubes India untuk Indonesia Pradeep Kumar Rawat yang membatalkan secara sepihak pertemuan dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Pradeep seharusnya dijadwalkan bertemu dengan MUI serta 61 ormas Islam di Kantor MUI pada Kamis (12/3) untuk membahas konflik antara umat Muslim dan Hindu di timur New Delhi yang menewaskan puluhan orang dan melukai puluhan lainnya. "Dubes India pengecut, mereka teroris. India teroris!" kata salah seorang orator dari atas mobil komando. Mereka turut mengecam dan mengutuk aksi kekerasan di India. Kekerasan yang terjadi di India tak lepas dari Undang-undang Kewarganegaraan yang menjadi kontroversial. UU itu mengizinkan India untuk memberi status kewarganegaraan terhadap imigran yang menerima persekusi di negara asalnya seperti Bangladesh, Pakistan, dan Afghanistan. Namun, UU tersebut hanya berlaku kepada imigran pemeluk agama Hindu, Kristen, dan agama minoritas lainnya selain islam. Atas terbitnya peraturan itu, kekerasan antara umat Hindu dan Islam pecah di timur New Delhi. Masih dalam kesempatan itu, orator juga mengajak massa yang hadir untuk mendoakan agar India terkena wabah Virus Corona (Covid-19). "Kita doakan agar India terkena wabah corona, habis itu kena azab Allah!" ujar Orator tersebut yang langsung diamini oleh para peserta yang hadir. Sindir Jokowi Para peserta aksi juga menyindir sikap pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang belum mengambil sikap terkait kasus ini. Orator demo sempat membandingkan sikap Jokowi dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Menurut mereka, Erdogan sudah lebih dulu mengecam kekerasan yang terjadi di India. "Padahal, yang katanya presiden dengan umat muslim terbesar, malah diam aja," kata dia. Mereka juga membandingkan sikap Jokowi dengan Presiden ke-2 RI Soeharto yang cepat merespons kekerasan terhadap umat Islam di Bosnia akibat konflik dengan Serbia pada 1995. Sikap Soeharto, yang mendatangi Bonsia, kata mereka, lebih berani dibanding sikap Jokowi saat ini. (cnn/cr-01/dsy)

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU