Home / Pilpres 2019 : Demokrat Kian Dekat dengan Koalisi Jokowi. Namun “

AHY-Puan, Terlalu Dini

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 10 Jun 2019 08:40 WIB

AHY-Puan, Terlalu Dini

Rangga Putra-Hermi, Tim Wartawan Surabaya Pagi Lebaran tahun ini bukanlah momen lebaran biasa. Ini tak lepas dari gonjang-ganjing politik pasca Pilpres 2019. Partai Demokrat yang makin dekat ke kubu Jokowi dinilai memiliki target khusus, yakni Pilpres 2024. Ketua Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berpeluang diduetkan dengan Puan Maharani, putri kandung Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Namun menjodohkan AHY dengan Puan, dinilai terlalu dini. --------- Demikian diungkapkan Direktur Surabaya Consulting Group (SCG), Didik Prasetiyono; Pengamat politik dari FISIP Universitas Islam (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno; Peneliti politik dari Surabaya Survei Center (SSC) Surokhim Abdus Salam; dan Pengamat politik dari FISIP Universitas Airlangga (Unair) Suko Widodo. Mereka dihubungi terpisah oleh Surabaya Pagi, Minggu (9/6/2019), ditanya terkait manuver Partai Demokrat yang inten berkomunikasi dengan tokoh-tokoh politik di kubu Jokowi pasca Pilpres 2019. Didik Prasetiyono menyebut pertemuan antara dua keluarga politik yang sebelumnya berseteru, membuat lebaran kali ini menjadi luar biasa. Menurut Didik, ada dua hal yang perlu dicatat dari pertemuan keluarga Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu. Pertama, kata Didik, pertemuan itu menjadi simbol redanya ketegangan antara dua tokoh pendiri parpol besar, yakni Demokrat dan PDIP. Kedua, lanjut Didik, sinyal approval masuknya Demokrat ke gerbong koalisi PDIP. "Yang pertama, dengan visual foto selfie seusai pertemuan yang terkesen rileks dan jauh dari formalisme pertemuan politik seperti biasanya," cetus Didik. "Dan yang kedua adalah approval masuknya Demokrat dalam koalisi Jokowi kedepan. Pentingnya approval dari ketua umum PDIP (Megawati) ini diketahui dengan baik oleh Demokrat dan diperankan dengan baik oleh AHY," lanjut dia. Hanya saja, sambung Didik, kans menjodohkan AHY dan Puan pada 2024 masih perlu dijajaki lebih jauh. Soalnya, kedua anak mantan presiden itu masih belum menunjukkan kiprah yang bisa menjadi tolak ukur kemampuan mereka dalam memimpin negara. "AHY dan juga Puan harus membuktikan kepada masyarakat lima tahun ke depan kemampuan leadershipnya, harus mampu menunjukkan di depan rakyat bahwa mereka mampu, baru kemudian bisa berbicara tentang kontestasi 2024," papar Didik. Untuk diketahui, kebekuan hubungan antara PDIP dan Demokrat mulai terlihat mencair belakangan sejak Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri menghadiri upacara pemakaman Ani Yudhoyono, istri dari Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Setelahnya, dua putra SBY yakni Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono melawat ke kediaman Megawati pada hari pertama Idul Fitri. Itu merupakan kunjungan pertama dari keluarga SBY ke rumah Megawati setelah sekian tahun. Generasi Baru Politik Terpisah, pengamat politik asal Universitas Trunojoyo Surokhim Abdus Salam menilai wacana menggandengkan AHY dan Puan sebagai pemimpin negara pada 2024 adalah hal yang wajar dalam politik. Apalagi, pada Pilpres 2024 mendatang, tidak ada petahana yang ikut kontestasi. Jadi, semua calon bakal mendapat kesempatan yang sama. Di sisi lain, masyarakat dewasa ini cenderung rasional dalam menetapkan pilihannya. Oleh sebab itu, para elit politik harus berhati-hati dalam menentukan sikap politik, tak terkecuali AHY dan Puan. "Para pemilih sekarang sudah rasional. Mestinya, parpol berhati-hati dalam menentukan sikap politik," cetus Surokhim. AHY dan Puan sebagai generasi baru, perlu mengedepankan virtu politik kebangsaan, alih-alih pragmatisme, papar Surokhim yang juga peneliti di SSC. Hilangkan Sekat Politik Hal senada diungkapkan Adi Prayitno, dosen politik UIN Jakarta. Ia menilai safari politik yang dilakukan AHY ke sejumlah tokoh politik tak lepas dari kepentingan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Adi bahkan menilai, AHY berpeluang berpasangan dengan Puan Maharani. "Pasca-Pemilu 2019, AHY sering melakukan safari politik, seperti ke Presiden Joko Widodo, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan mantan Presiden BJ Habibie," sebut Adi. Menurut Adi, banyak pihak hanya mengaitkan safari politik AHY sebagai upaya mencari kursi menteri. Namun, bukan itu yang menjadi target utama AHY. "Bahwa urusan menteri, Demokrat bergabung dengan Jokowi mungkin iya, tapi ada suatu hal yang sebenarnya dipersiapkan Demokrat menyongsong 2024," kata Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu. Ia menilai, Demokrat juga ingin menghilangkan sekat politik dengan pihak-pihak yang selama ini dianggap berseberangan dengan Demokrat. Salah satunya, dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. "Demokrat harus menghilangkan semua sekat-sekat politik yang selama ini menjadi halangan dan hambatan. Salah satu yang paling mungkin yakni menghilangkan sekat politik dengan Mega dan PDIP," terang Adi. Silaturahmi Biasa Pendapat berbeda datang dari Suko Widodo, pakar komunikasi politik Universitas Airlangga. Walupun sepakat pertemuan dua keluarga besar politik tersebut merupakan pertemuan yang luar biasa, namun sinyal ke arah koalisi dan menggandengkan AHY-Puan masih terlalu dini. "Pertemuan kedua keluarga itu memang istimewa dan tidak lazim," tutur Suko. "Tapi menurut saya itu hanya untuk meredakan tensi politik saja," imbuh dia. Menurut Suko, kans koalisi masih perlu dilihat dalam beberapa hari ke depan maupun pascaputusan Mahkamah Konstitusi (MK). Kalau saat ini, pertemuan-pertemuan tokoh politik hanya untuk menjaga silaturahmi semata. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU