5 Fakta Kesenjangan Ekonomi Ini bakal Membuatmu Berurai Air Mata

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 14 Jul 2019 15:55 WIB

5 Fakta Kesenjangan Ekonomi Ini bakal Membuatmu Berurai Air Mata

Distribusi ekonomi di dunia yang kita tinggali ini saat ini sedang tidak adil. Betapa tidak? Terdapat ratusan juta orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem, sementara di sisi lain, terdapat rentetan penghargaan yang diberikan kepada mereka yang berhasil berada di puncak. Selain itu, terdapat lebih banyak orang kaya daripada sebelumnya. Pun, kekayaan mereka diketahui telah tumbuh hingga memecahkan rekor. Di sisi lain, yang termiskin di dunia menjadi malah semakin miskin. Banyak kebijakan pemerintah di berbagai negara yang memicu krisis ketimpangan sosial ini. Pemerintah sejatinya punya lembaga pemungut pajak dan negara punya orang-orang yang kaya. Mestinya, hal itu terjalinkelindan. Tetapi yang terjadi di lapangan, banyak negara yang malah tidak memiliki layanan publik vital seperti perawatan kesehatan dan pendidikan. Fakta-fakta ini jelas menghantam orang-orang yang paling miskin. Biaya untuk menjadi manusia rupanya sangat besar, dengan perempuan dan khususnya anak perempuan adalah yang paling menderita. Kesenjangan ekonomi dan sosial ini malah membuat semakin banyak orang terjebak dalam kemiskinan. Yuk, mari kita tengok lima fakta mencengangkan seputar ketimpangan ekonomi di dunia seperti yang dirilis berbagai lembaga nirlaba dunia. 1. Orang kaya yang berlipat ganda **foto** Saat ini, sudah lewat 10 tahun sejak krisis keuangan yang mengguncang sekaligus menyebabkan penderitaan luar biasa bagi banyak orang di dunia. Namun saat ini, kekayaan orang terkaya di dunia telah meningkat secara dramatis. Jumlah miliarder dewasa ini hampir dua kali lipat dari satu dekade yang lalu. Rupanya, terlahir miliarder baru setiap dua hari antara tahun 2017 dan 2018. Mereka sekarang memiliki lebih banyak kekayaan daripada sebelumnya. Lembaga sosial Oxfam International mencatat, kekayaan orang terkaya di dunia diketahui meningkat USD 900 Miliar (Rp 12.5 biliunan) pada tahun ini. Itu artinya USD 2.5 miliar atau Rp 35 triliuanan sehari! Sementara di sisi lain, hampir setengah populasi manusia di dunia hampir tidak pernah keluar dari kemiskinan ekstrem, dengan hidup dengan kurang dari $ 5,50 atau Rp 70 ribuan sehari. 2. Kekayaan tanpa pajak **foto** Sementara banyak orang terkaya di dunia terus menikmati kelimpahan harta, mereka rupanya juga menikmati pungutan pajak terendah dalam beberapa dekade terakhir, termasuk korporasi yang mereka miliki. Data lembaga sosial Oxfam International mencatat, hanya terpungut 4 sen dari setiap dollar pajak yang diambil dari pajak kekayaan. Sebaliknya, pajak jatuh secara tidak proporsional pada kalangan pekerja, staf, karyawan, buruh, apapun namanya. Di sebagian negara di dunia, orang-orang miskin justru membayar pajak 10% dari penghasilan mereka. Ketika pemerintah memanjakan orang kaya, akibatnya adalah tidak ada uang untuk membangun layanan vital seperti perawatan kesehatan dan pendidikan. Ujungnya, pemerintah justru meningkatkan kesenjangan dan kemiskinan. 3. Layanan publik yang kurang biaya **foto** Pada saat yang sama, layanan publik yang sudah ada juga menderita kekurangan dana secara kronis, sehingga diprivatisasi oleh swasta yang jelas-jelas mengecualikan orang-orang miskin. Di banyak negara, pendidikan yang layak atau layanan kesehatan yang berkualitas telah menjadi kemewahan yang hanya mampu dimiliki oleh orang kaya. Hal ini memiliki implikasi mendalam bagi masa depan anak-anak dunia dan peluang yang mereka miliki untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dan lebih lama. 4. Mengingkari umur panjang **foto** Di sebagian besar negara-negara di dunia, memiliki banyak uang adalah jaminan untuk kesehatan yang lebih baik dan masa hidup yang lebih lama. Sementara di sisi lain, tidak punya uang acap kali berhubungan dengan lebih banyak menderita penyakit. Orang-orang dari komunitas miskin memiliki harapan hidup sepuluh atau dua puluh tahun lebih awal daripada orang-orang di daerah kaya. Di negara-negara berkembang, seorang anak dari keluarga miskin dua kali lebih mungkin meninggal sebelum berusia lima tahun daripada seorang anak dari keluarga kaya. 5. Ketimpangan adalah seksisme **foto** Kita semua menderita ketika layanan publik diabaikan. Tetapi perempuan dan anak perempuan adalah yang paling menderita. Buktinya, anak perempuan ditarik keluar dari sekolah terlebih dahulu ketika uang tidak tersedia untuk membayar biaya pendidikan. Selain itu, perempuan adalah sosok yang yang menjaga bahkan merawat kerabat yang sakit ketika sistem kesehatan negara gagal melayani. Yang paling panting, kemakmuran ekonomi dunia sejatinya bergantung pada kontribusi besar para perempuan namun tidak diakui. Yang dilakukan oleh para perempuan ini adalah jasa tanpa pamrih yang mestinya menjadi tugas negara. Tanpa perempuan, negara bisa apa? Itulah lima fakta masalah kesenjangan ekonomi yang terjadi di seluruh penjuru dunia. Bagaimana menurutmu dengan yang terjadi di Indonesia?

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU