SURABAYAPAGI.COM, Tuban- Memasuki bulan Juli, seluas 2768,3 hektar lahan tanaman padi dan jagung di Kabupaten Tuban mengalami kekeringan. Rabu, (17/7).
Data kekeringan tersebut terbagi dalam beberapa kategori yakni: kategori ringan seluas 1453,1 hektar, kategori sedang seluas 783,2 hektar, kategori berat 512 hektar, Puso atau gagal panen 65 hektar.
Wilayah kekeringan tersebar dibeberapa kecamatan, kondisi paling parah terdampak kekeringan dialami oleh Kecamatan Senori dengan cakupan semua kategori seluas 1450 hektar, Kecamatan Singgahan 432 hektar dan Kecamatan Soko 339,3 hektar.
Sedangkan yang paling kecil terkena dampak kekeringan lahan terdapat di Kecamatan Bancar dengan hanya 8 hektar kategori ringan dan di Kecamatan Grabagan seluas 13 hektar juga dalam kategori ringan.
Saat ditemui Surabaya Pagi, Rabu (17/7), Kepala Dinas Pertanian, Murtaji mengatakan jika telah dilakukan penanganan atas persoalan kekeringan lahan yang dialami para petani. Ia juga menerangkan jika dalam penanganan, pihaknya menggunakan pompa air sebagai salah satu solusi.
"Kami memakai pompa air dalam menanggulangi kekeringan lahan yang terjadi. Sudah ada puluhan pompa air yang sudah kita operasikan dilapangan" pungkasnya.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh BMKG, musim kemarau atau kekeringan kali ini memang sedikit lebih parah dari tahun sebelumnya. Dan puncaknya diprediksi terjadi mulai bulan Agustus sampai Oktober.
Sehingga, menanggapi hal itu secara terbuka dalam sambutanya kemarin, Presiden Joko Widodo memerintahkan pada semua kepala daerah untuk melakukan pengeboran air tanah dalam, sebagai langkah memenuhi kebutuhan air disemua lahan pertanian.
Yang tentunya, selain dibawah dukungan Dinas Pertanian juga secara regulasi mutlak menjadi kewenangan dan tugas Dinas Pekerjaan Umum (PU). wid
Editor : Mariana Setiawati
