13 Menit Mencekam, Pilot Pertahankan Pesawat Lion Air JT610

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 15 Jan 2019 13:24 WIB

13 Menit Mencekam, Pilot Pertahankan Pesawat Lion Air JT610

SURABAYAPAGI.com - Black box berisi Cockpit Voice Recorder (CVR) milik pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610 ditemukan oleh KRI Spica 934 milik TNI AL, Senin (14/1/2019). "KRI Spica-934 menemukan CVR pada posisi koordinat 05 48 46,503 S - 107 07 36,728 T di perairan Tanjung Kerawang, Jabar," kata Kepala Pushidros TNI AL Laksamana Muda Harjo Susmoro dalam keterangannya. Harjo menuturkan, sebanyak 18 orang penyelam Dinas Penyalaman Bawah Air dan tiga orang penyelam Komando Pasukan Katak diturunkan ke bawah air setelah titik koordinat itu ditentukan. Sebanyak 21 penyelam itu langsung melaksanakan tugasnya dan pada pukul 08.40 WIB black box ditemukan oleh salah seorang penyelam. "Pada pukul 08.40 wib penyelam atas nama Serda Ttg Satria Margono berhasil menemukanya CVR dimaksud," ujar Harjo. Selanjutnya, black box diangkut ke KRI Spica sebelum dibawa ke Jakarta. CVR tidak hanya merekam percakapan pilot dan kopilot, namun juga beragam suara yang bisa merupakan petunjuk penting, seperti suara mesin, suara alarm, bahkan suara kursi yang digeser jika awak kabin bergerak. Pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018) pagi, setelah 13 menit lepas landas dari Bandara Soetta. Pesawat dipiloti Bhavye Suneja dan kopilot Harvino. Dengan ditemukannya CVR ini, maka akan terungkap 13 menit mencekam saat pilot dan kopilot Lion Air PK-LQP berjuang mati-matian mempertahankan pesawat sebelum menukik tajam ke perairan Tanjung, Karawang, Jawa Barat. Sebelumnya tim penyelam Basarnas menemukan black box bagian flight data recorder (FDR), Kamis (1/11/2018). Black box Lion Air JT 610 itu temukan oleh penyelam TNI AL, Sertu Hendra dan dibawa ke KM Baruna 01 pada pukul 10.00 WIB. Dikutip dari tayangan TV, black box ditemukan di lokasi berjarak 400 meter dari lokasi terakhir hilangnya Lion Air JT 610 dengan kedalaman 30 meter. "Kami yakin, yakin mengikuti alat yang diberikan, kami sempat putus asa karena di area itu hanya ada bongkahan kecil, tapi kami terus ikuti alat, areanya semakin kami kecilkan, kami gali-gali dan akhirnya mendapatkan black box itu," kata Sertu Hendra. Sebelumnya dalam laporan awal tersebut disajikan data dari kotak hitam Flight Data Recorder (FDR) yang menunjukkan bahwa sebelum jatuh, hidung pesawat Lion Air JT610 turun secara otomatis hampir 24 kali dalam 11 menit. Pilot dan kopilot berulang kali berupaya untuk membawa pesawat naik kembali, sebelum akhirnya kehilangan kontrol. Pesawat kemudian menukik dengan kecepatan sekitar 700 kilometer per jam, sebelum akhirnya menghantam laut. Faktor lain yang masih diselidiki saat ini adalah sensor Angle of Attack (AoA) dalam pesawat. Sensor mirip sirip kecil yang berada di samping hidung pesawat ini mendeteksi sudut angle of attack (kemiringan hidung pesawat) saat terbang. KNKT juga mengungkap kerusakan yang sama yang dialami oleh PK-LQP dalam penerbangan sehari sebelumnya (28/10/2018), yakni rute Denpasar-Jakarta. Saat itu, kopilot mengatakan bahwa kendali pesawat terasa berat saat ditarik ke belakang (untuk membawa hidung naik). Pilot kemudian mengubah trim stabilizer ke posisi CUTOUT, untuk mematikan sistem trim otomatis, sehingga trim diatur secara manual. Langkah itu sesuai dengan rekomendasi yang dikeluarkan Boeing dan Federal Aviation Admisnitration (FAA), setelah kecelakaan JT610 terjadi. Menurut Nurcahyo, KNKT selanjutnya akan berdiskusi dengan Boeing dan FAA di Amerika Serikat (AS), untuk membahas temuan awal ini. Menurut laporan itu ada perbedaan data sensor Angle of Attack (AoA). "Data Flight Data Recorder (FDR) merekam adanya perbedaan antara AoA kiri dan kanan sekitar 20 derajat, yang terjadi terus menerus sampai dengan akhir rekaman," ungkap Kapten Nurcahyo Utomo, Kepala Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, di hadapan wartawan. Sensor yang disebut angle of attack ini memberikan data tentang sudut terkait hembusan angin melalui sayap, sehingga pilot bisa mengetahui daya angkat pesawat saat itu. AOA adalah parameter penting yang membantu sistem pesawat mengetahui apakah posisi bagian hidung pesawat terlalu tinggi. Jika terlalu tinggi pesawat bisa mengalami apa yang disebut aerodynamic stall dan jatuh. "Data Flight Data Recorder (FDR) merekam adanya perbedaan antara AoA kiri dan kanan sekitar 20 derajat, yang terjadi terus menerus sampai dengan akhir rekaman," ungkap Kapten Nurcahyo Utomo, Kepala Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, di hadapan wartawan. Pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018) pagi. Pesawat itu mengangkut 181 penumpang dan 8 awak. Semua penumpang dan awak diduga tewas dalam kecelakaan itu. Total ada 125 jenazah korban jatuhnya pesawat yang teridentifikasi dari total 189 penumpang dan awak kabin yang menaiki pesawat naas tersebut. tr

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU