Home / Pemilu : Isu Jokowi Calon Tunggal di Pilpres 2019

PAN Isyaratkan Membelot

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 05 Mar 2018 22:21 WIB

PAN Isyaratkan Membelot

SURABAYAPAGI.COM, - Berdasarkan hasil sejumlah survei, Presiden Joko Widodo masih terkuat dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang. Apalagi sudah ada lima parpolyang telah mendeklarasikan mengusung Jokowi, yakni PDIP, Partai Hanura, Partai NasDem, Partai Golkar, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Karena itulah, kemudian muncul wacana calon tunggal dalam Pilpres 2019. Akankah terwujud mengingat sejumlah partai seperti Partai Demokrat, Partai Gerindra, PKS, PAN dan PKB belum menentukan sikap dukungan pada Pilpres 2019? ------------------------- Laporan : Tedjo Sumantri - Joko Sutrisno Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional (PAN) Yandri Susanto mengatakan partainya kemungkinan tak akan mengusung Jokowi dalam Pilpres 2019. PAN, kata dia, akan keluar dari koalisi partai pendukung pemerintah untuk menghadapi Pemilihan Umum 2019. Ia menilai PAN tidak ingin hanya ada calon tunggal dalam pemilihan presiden pada 2019. "Kecenderungan kuat kami, insya Allah, di luar Pak Jokowi, karena kami enggak mau calon tunggal. Kalau semua ke Pak Jokowi ya bisa jadi hanya calon tunggal," kata Yandri di Kompleks Parlemen, Senayan, Senin (5/3/2018). Yandri pun membantah kemungkinan tersebut ada karena masalah komunikasi dengan Presiden Jokowi dan koalisinya. Ia memastikan komunikasi politik dengan partai lain berjalan baik. "Komunikasi dengan PDIP bagus, dengan partai lain bagus, tidak ada masalah," ujarnya. Yandri pun menambahkan, keputusan bulat partainya dalam menentukan arah koalisi akan diputuskan saat rapat kerja nasional pada April mendatang. "PAN mengambil keputusan bukan maunya Pak Amien (Amien Rais) atau Bang Zul (Zulkifli Hasan), tapi diputuskan berdasarkan rakernas," ujarnya. Ia menilai tak elok jika pemilu hanya ada calon tunggal. PAN, bersama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjadi partai politik yang belum menentukan arah dukungan koalisi menjelang pemilihan presiden. Padahal, keduanya adalah partai pendukung pemerintah Jokowi. Partai Demokrat, yang menyebut dirinya sebagai partai penyeimbang, juga belum menentukan sikap. Sedang Partai Gerindra juga belum resmi menyatakan sikap, meski sejumlah elit partai tetap akan mengusung Prabowo Subianto sebagai Capres 2019. Menurut Yandri, saat ini pun masih banyak calon alternatif yang dapat menjadi penantang Jokowi. Diantaranya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Muhaimin Iskandar, Gatot Nurmantyo ataupun dari internal PAN, Zulkifli Hasan. Yandri menilai rencana pertemuan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tidak dapat dijadikan acuan untuk menentukan koalisi. Pertemuan tersebut, kata dia, adalah pertemuan biasa antar-pimpinan partai. "Kalau berbeda calon, lalu bertemu, itu bisa meredam situasi yang dinamis," ujarnya. Gerindra Belum Bersikap Sementara itu, Partai Gerindra enggan mengomentari manuver partai politik lain dalam menentukan tokoh yang akan diusung pada Pilpres 2019. Ketua DPP Partai Gerindra, Ahmad Riza Patria, menyebut situasi politik begitu dinamis. Jika ada parpol menentukan nama capres hari ini, bisa saja berubah di menit-menit akhir. "Pokoknya masih cair untuk capres-cawapres, semua partai punya kesempatan yang sama," ujar Riza di Gedung Nusantara III, Senayan, Jakarta, Senin (5/3) kemarin. Tetapi khusus Gerindra, lanjutnya, semua kader partai dari tingkat pusat, daerah dan ranting sudah sepakat untuk mencalonkan Ketua Umumnya, Prabowo Subianto. "Kami meyakini bahwa Pak Prabowo itu cerdas, memiliki integritas yang tinggi dan negarawan, memiliki kompetensi yang baik. Dengan pergaulan yang luas, pengalaman yang panjang, tentu memahami berbagai permasalahan bangsa dan mengerti bagaimana mencari solusi," jelasnya. Namun, pencapresan ini tidak ada kaitan dengan pertemuan elite Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Gerindra, di kediaman Prabowo, Kamis lalu (1/3). Riza menyebut pertemuan itu sebagai evaluasi menjelang Pilgub Jabar 2018. "Kemarin ketemu itu cuma evaluasi Pilkada Jabar. Tidak membahas Pilpres," kelit dia. Istana Galang Kekuatan Politisi Nasdem Akbar Faisal tidak sepakat dengan isu yang beredar bahwa istana sedang menggalang kekuatan menjelang Pilpres 2019. Penggalangan yang dimaksud adalah cawe-cawe Kantor Staf Kepresidenan (KSP) dalam pembentukan relawan pemenangan Presiden Joko Widodo untuk Pilpres 2019. Termasuk pada pertemuan antara Presiden Jokowi dengan elit Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Menurutnya isu itu tidak masuk akal, karena presiden bisa mengundang dan bertemu siapa saja. "Ini kan presiden pilihan rakyat jadi mau ketemu siapa saja terserah beliau," kata Akbar di gedung DPR, Jakarta, Senin (5/3) kemarin. Akbar menyarankan agar masyarakat tidak langsung termakan isu yang sengaja dibuat pihak tertentu untuk merendahkan pemerintahan Jokowi. "Jadi itu kalau quote narasumber itu lihat-lihat dulu orangnya. Jangan karena ingin tenar asal bicara dan ditulis di berita juga dibaca banyak orang," tandas Akbar. Hitungan Politis Pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai Presiden Joko Widodo belum tentu menang apabila menjadi calon tunggal dan melawan kotak kosong di Pilpres 2019. Upaya untuk menjadikan Jokowi calon tunggal, menurut Hendri, justru bisa menjadi bumerang bagi Jokowi sendiri. "Satu calon belum tentu melenggangkan Jokowi ke Istana. Hati-hati," kata Hendri dalam sebuah diskusi di Jakarta, kemarin. Hendri mengatakan hal ini berdasarkan data survei lembaga Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai Kopi). Menurut Hendri, survei lembaganya itu berbeda dengan survei lain. Jika survei lain mensimulasikan Jokowi dengan para tokoh penantangnya, survei Kedai Kopi justru mensimulasikan "Jokowi vs selain Jokowi". Survei dilakukan pada periode September 2017. Hasilnya, responden yang memilih selain Jokowi lebih banyak, yakni 48,9 persen. Sementara yang memilih Jokowi 44,9 persen. Responden sisanya tidak memberikan jawaban. "Jokowi diadu siapapun menang. Tapi begitu ditanya, Jokowi atau selain Jokowi? Jokowi kalah," tutur Hendri. Oleh karena itu, Hendri meminta kubu Jokowi berhati-hati apabila hendak mengupayakan strategi calon tunggal. Bisa jadi justru pemilih yang kesal karena tidak mempunyai pilihan tokoh lain justru akan memilih kotak kosong. "Jadi Pak Jokowi belum tentu menang meski jadi calon tunggal," tandas Hendri. n

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU